Nadia harus mengalami cobaan begitu berat. Kehilangan anak dan pernikahannya kandas di hari yang sama saat bayinya menghilang. Ditengah keterpurukannya, ia bertemu dengan mantan tunangannya yang memiliki seorang bayi laki-laki. Tanpa sengaja ia akhirnya menjadi seorang ibu susu dari anak mantan tunangannya.
Apabila cerita tidak sesuai keinginan kalian, silahkan tinggalkan tanpa meninggalkan pesan yang kasar. Sekian dan terima kasih.
Selamat Membaca..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 - Aku Hanya Mau Anakku
Aryo tampak gelagapan mendengar pertanyaan Nadia, ia bingung harus menjawabnya.
Belum mendapatkan jawaban dari pria yang akan menjadi mantan suaminya, mata Nadia seketika membulat. Seorang wanita yang tubuhnya hanya dibalut selimut keluar dari salah satu kamar. Ya, wanita itu adalah Tania. Teman bisnisnya Aryo, mereka saling kenal karena Tania adalah temannya Aryo semasa sekolah.
Nadia tersenyum getir melihat kenyataan dihadapannya. "Pantas saja anakku sampai sekarang belum ketemu, ternyata kamu malah asyik dengan wanita lain!"
"Aku butuh dia buat memenuhi keinginanku!" ujar Aryo dengan santainya.
"Kita belum resmi bercerai tetapi kamu sudah tak dapat menahan diri. Apa memang karena dia, kamu ingin kita bercerai?" tanya Nadia berusaha tetap tenang karena ia cuma mau putranya kembali.
"Akhirnya kamu sadar diri juga wanita kampungan!" sahut teman wanitanya Aryo, ia berjalan menghampiri keduanya.
"Aku kampungan?" Nadia bertanya dengan nada getir. "Aku tidak masalah dianggap seperti itu, lebih baik memang begitu. Daripada kamu, wanita murahan yang mau ditiduri tanpa ikatan apapun!" lanjutnya menyinggung.
"Jaga mulutmu itu!" sergah wanitanya Aryo dengan tatapan marah.
"Harusnya kamu tahu diri!!" Nadia berkata secara lantang. "Kami belum berpisah secara negara, aku bisa saja menuntut kalian!!" tambahnya.
"Nadia, diam!! Jangan libatkan Tania dalam hubungan kita!! Dia tidak bersalah!!" bentak Aryo.
"Aku tidak peduli dengan hubungan kalian, aku cuma mau kamu benar-benar mencari anakku. Aku hanya mau anakku!!" Nadia berteriak dihadapan Aryo.
Aryo yang tak senang Nadia berkata kasar mendorongnya hingga terjatuh.
"Kamu pikir aku tidak mencarinya. Jika kamu tidak lalai menjaganya, dia tidak mungkin hilang!!"
"Jangan hanya menyalahkan aku saja. Kamu yang seharusnya sebagai suami membantuku menjaganya!!" Nadia tak rela terus disalahkan penyebab hilangnya anaknya.
"Hei, tugasnya seorang ibu menjaga anaknya bukan menyuruh suaminya!" sahut Tania.
"Karena kamu belum menjadi ibu makanya asal bicara. Kita lihat saja nanti, jika kalian menikah apa Aryo masih bersikap manis kepadamu atau tidak!" tantang Nadia.
"Pastinya Aryo akan menyayangiku!" Tania berkata dengan bangganya.
"Benarkah? Tapi, saat ini harapanmu itu belum tentu terjadi. Aryo hanya menganggapmu teman tidur, mungkin saja dia tidak berniat menikahimu!" sindir Nadia seraya menampilkan senyuman seringai.
Tania lalu menoleh ke arah Aryo, selama ini hubungan keduanya tersembunyi. Aryo datang cuma menginginkan kehangatan.
"Kalau kamu tidak mampu mencari Dion, maka aku akan mencarinya sendiri!" Nadia sudah sangat lelah menunggu.
"Apa kamu tidak ingat dengan kata-kataku?" Aryo kembali menekan.
Nadia terdiam.
"Kamu mau kedua saudara kandungmu itu menjadi gelandangan?" Aryo tersenyum seringai.
Nadia mengepalkan tangannya menahan rasa ragu dan bimbang.
"Tetaplah menunggu, biar kalian semua selamat!" Aryo benar-benar membuat Nadia tak berkutik.
-
Nadia kembali ke rumah orang tuanya. Pikirannya sangat kalut sehingga ia memutuskan tak pergi ke rumah Marcell.
Sesampainya, Nella menghampiri Nadia dan bertanya, "Kamu dari mana saja? Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi?"
"Aku dari rumah Aryo, Ma!" jawab Nadia pelan.
"Kenapa kamu ke rumahnya sendirian?" Nella tampak terkejut, ia khawatir Nadia menemui Aryo seorang diri takut terjadi sesuatu hal yang buruk.
"Aku ingin menanyakan kabar mengenai Dion, Ma."
"Kamu bisa minta temani Dewa atau Delon. Jangan sendirian!" kata Nella.
"Aku tidak mau Kak Dewa dan Delon malah menyerang Aryo, Ma. Mama tahu 'kan kalau keluarga Aryo sangat berpengaruh!" ujar Nadia.
"Makanya, Mama khawatir kamu pergi sendirian ke sana," kata Nella lagi.
"Iya, Ma. Lain kali aku ke sana tidak sendirian!" janji Nadia.
"Tadi Marcell ke sini, dia bilang Mario rewel karena kamu tak ada di sana!"
"Astaga, kenapa aku bisa melupakan Mario?" Nadia baru ingat jika dirinya memiliki anak lainnya meskipun tidak terlahir dari rahimnya.
"Pergilah ke rumah Marcell, Mama kasihan dengan putranya yang terus rewel kalau kamu tidak didekatnya!" kata Nella.
"Baiklah, aku mau ke sana sekarang, Ma!" Nadia bergegas pamit.
-
Menggunakan taksi, Nadia berangkat ke rumahnya Marcell. Benar saja, Marcell sedang menggendong putranya dan berusaha mendiamkannya.
"Maaf, aku terlambat!"
Marcell menoleh ke arah suara, ia meminta pengasuh membawa putranya ke kamar.
"Dari mana saja kamu, hah?? Apa kamu sudah tidak peduli lagi dengan bayiku??" Marcell memarahinya.
Nadia tersentak mendengar Marcell marah-marah kepadanya.
"Aku mencarimu ke rumah orang tuamu. Tapi, kamu tidak di rumah. Apa kamu keberatan menjadi ibu susu anakku, hah?? Katakan saja, jangan membuat Mario semakin terikat denganmu!!" Marcell terus mengomel dan tak memberikan kesempatan Nadia berbicara.
"Aku ke rumah Aryo!"
"Mau apa kamu ke sana?"
"Aku mau menanyakan kabar anakku!"
"Hanya itu saja?" Marcell seakan cemburu melihat Nadia pergi ke rumahnya Aryo.
"Ya," ucap Nadia singkat.
"Apa kamu sudah mendapatkan kabarnya?" Marcell mulai menurunkan intonasi suaranya.
Nadia menggelengkan kepalanya pelan lalu menunduk menahan air matanya.
"Apa dia benar-benar mencari anak kalian?" tanya Marcell penasaran.
"Entahlah," jawab Nadia tanpa menatap.
Marcell berjalan mendekat, ia memegang kedua bahu Nadia. "Kamu yang sabar, ya!"
"Aku sebenarnya sudah tak kuat, Cell!!" air mata Nadia pecah.
Marcell menarik bahu Nadia dan memeluknya berusaha menenangkan mantan tunangannya itu.
"Aku sangat merindukan Dion, Cell. Aku seperti seorang ibu yang tak berguna!" isak Nadia.
"Kamu sangat berguna bagiku dan Mario. Aku berterima kasih kamu hadir menemani kami!" kata Marcell.
"Aku tidak bisa hidup dengan tenang sebelum aku mengetahui kabarnya Dion, Cell. Tolong bantu aku!" Nadia melepaskan pelukan dan menatap wajah Marcell.
"Aku akan membantumu, bersabarlah!"
-
Marcell memutuskan tak kembali ke kantor, ia meminta Nadia buat beristirahat saja. Biar Mario menjadi urusan pengasuh, Nadia cukup memberikan ASI jika Mario sedang membutuhkannya. Marcell memilih melanjutkan pekerjaan kantornya di rumah.
Selama Nadia berada di rumah Mario terlihat tenang. Tak ada terdengar tangisan yang nyaring.
Marcell telah selesai bekerja, ia melangkah ke kamar mandi membersihkan diri. Sore ini, ia ingin mengajak Nadia dan Mario berkeliling tempat tinggal.
Marcell keluar kamar dan menghampiri Nadia yang asyik bercengkerama di taman belakang bersama Mario. "Jalan-jalan, yuk!"
"Ke mana?" Nadia mengarahkan pandangannya kepada Marcell yang berdiri di sampingnya.
"Sekitar komplek!"
"Boleh juga, ayo!" Nadia pun setuju.
Ketiganya pun berkeliling tempat tinggal, Marcell bertugas mendorong kereta bayi agar Nadia tak kelelahan.
"Wah, ini istrinya Pak Marcell, ya?" tanya seorang wanita paruh baya yang merupakan tetangganya Marcell. Kebetulan mereka berpapasan.
"Bu---"
"Iya, Bu. Dia istri saya!" Marcell dengan cepat memotong ucapan Nadia.
"Akhirnya kami tahu juga istrinya Pak Marcell, selama ini kami pikir Pak Marcell belum menikah!" ucap ibu-ibu yang lainnya.
"Selama ini mereka tinggal di luar kota," kata Marcell berbohong.
"Oh, begitu!" ibu-ibu yang berjumlah 3 orang manggut-manggut paham.
"Kalau begitu, kami duluan. Permisi!" Marcell kembali mendorong kereta bayinya.
"Kenapa kamu berbohong?" tanya Nadia setelah cukup jauh dari ibu-ibu itu.
"Tidak perlu mereka mengetahui banyak tentang aku!" jawab Marcell.
"Kenapa tidak jujur saja kalau kamu seorang duda?" tanya Nadia lagi.
"Aku tidak mau mereka menjodohkan aku dengan wanita pilihan mereka!" jawab Marcell lagi.
"Memangnya kenapa? Mario 'kan butuh seorang ibu!" kata Nadia.
"Kalau kamu ada, buat apa aku membutuhkan mereka!"
knp jg marcel pake bohong klo nadia tau itu ank x tak tau lah apa akan marah taau gmn