ceita ini tentang seorang gadis muda, yang rela menikahi bos di tempatnya bekerja. Demi membiayai pengobatan sang adik yang terbaring koma di rumah sakit.
Lelaki yg menikahinya, seorang yang sangat dingin, jarang banyak bicara tapi, sebenernya ramah dan penyayang.
Hanya saja kehidupan rumah tangganya dulu, yang hancur membuat laki-laki itu seakan menutup diri.
Bagaimana gadis ini menjalani rumah tangganya?
Sanggupkah dia bertahan?
mari kita simak sama-sama😊
ini karya pertamaku kak mungkin sedikit berantakan dalam penulisan jadi mohon bimbingannya ya😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cietyameyzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Malam itu, Mona dan Lisa bersenang-seneng. Semua permainan mereka jelajahi satu persatu, layaknya seorang anak kecil.
Setelah lelah Mereka segera mengisi perut yang sudah keroncongan dari tadi, berbagai tukang makanan berjejer di pasar malam.
"Kamu mau makan apa, Lis?." tanya Mona.
"Aku mie ayam aja, enak kayanya." jawab Lisa.
"Ok. kita pesen, yuk?" Ajak Mona.
Mereka menghampiri tenda penjual mie ayam, lalu duduk di kursi paling depan. Tak lupa sebelumnya, Mona sudah memesan terlebih dulu.
"Lis, kamu lagi ada masalah apa? Dari tadi aku liat kamu agak sedikit melamun." tanya Mona khawatir.
"Sebenernya, ini bukan masalah. Cuman aku agak kepikiran aja." Jawab Lisa.
"Coba cerita, kali aku bisa kasih solusi."
Lisa mulai menceritakan semua percakapan dia dan Dion, tentang Dion yang mengungkapkan perasaannya. Sampai perkataan Dion yang terakhir.
"Serius, pak Dion nembak kamu?." ujar Mona tak percaya.
"Serius Mon, aku aja engga percaya pak Dion bisa suka sama aku."
"Kataku sih, bisa aja. Soalnya selama ini yang aku liat, dia emang perhatian banget kalau sama kamu. Cuman yang aku engga habis pikir, kok bisa sih dia bisa seentengnya ngomong mau setia nunggu kamu." tutur Mona jelas.
Obrolan mereka terpotong, karena pesanan mie ayam mereka sudah datang.
"Silahkan di nikmati, mie ayamnya neng." ujar bapak tua penjual mie ayam.
"Makasih, pak " ucap Mona.
"Sama-sama neng." jawab pak tua tadi.
Setelah penjual mie ayam pergi, Lisa kembali membuka suara.
"Iya, aku juga engga habis pikir." Jawab Lisa.
"Udahlah, engga usah di pikirin. Kamu fokus aja, sama babang tampanmu itu."
"Hmm."
Baru 2 suap mi ayam masuk ke mulut Lisa, suara dering ponsel menghentikannya. Lisa merogoh tas, untuk mengambil ponsel miliknya.
Terlihat dengan jelas, nama si penelpon yang tak lain suaminya sendiri.
"Assalamualaikum." ujar Lisa begitu telpon di angkat.
"Waalaikumsalam, sayang apa kamu masih di luar?." tanya Rendy di ujung telpon sana.
"Iya mas, mas sudah mau pulang?."
"Iya, ini sudah selesai. Kamu posisi dimana, biar aku jemput. Aku engga terima penolakan." tegas Rendy.
"Iya mas. Aku di jalan xx."
"Ok. tunggu aku di sana. Assalamualaikum." ucap Rendy yang langsung menutup telpon.
"Waalaikumsalam." jawab Lisa.
Mona yang langsung paham, siapa yang menelpon sahabatnya ini, hanya diam.
"Kamu mau di jemput babang tampan ya, Lis?" Tanya Mona.
"Iya, Mon."
"Ya udah, cepet habisin makananmu keburu suamimu dateng."
Lisa tak menjawab dia langsung melahap habis mie ayamnya, setelah selesai Lisa membayar makanannya dengan Mona.
"Makasih ya, udah di traktir. Tau gitu, tadi pesen yang lainnya juga. Hehehe." ucap Mona cengengesan.
"Dasar kamu ini, ayo buruan takut suamiku keburu datang."
"Iya deh, istri solehah." Goda Mona.
Mereka menunggu di tempat masuk pasar malam, tak berapa lama terlihat mobil mewah menghampiri mereka.
Kaca mobil itu terbuka memperlihatkan sosok Rendy, yang sedang duduk di kursi belakang. Sedangkan Rey, berada di depan menyetir mobil.
Mona yang baru melihat bos nya sedekat ini langsung menunduk hormat. Rendy bersikap biasa saja, karena merasa ini bukan jam kerja lagi.
"Ayo, masuk." ucap Rendy.
"Iya mas. Mona kamu pulang sendiri engga apa-apa kan?." Tanya Lisa pada sahabatnya ini.
"Engga apa-apa kok, aku bisa naik angkot." jawab Mona.
Rendy yang merasa kasihan pada sahabat istrinya ini, akhirnya menyuruh Mona ikut bersama mereka.
"Sekalian, ajak temanmu masuk. Biar di anter Rey pulang, ini sudah malam." ucap Rendy.
Lisa yang mengerti kemudian mengajak Mona masuk ke mobil. Lisa duduk di bangku belakang dengan suaminya. Sedangkan Mona, duduk di depan bersama Rey.
Rey menatap lekat pada wanita di sampingnya ini, entah ada rasa yang tak biasa yang dia rasakan.
Rey kemudian melajukan mobilnya, membelah jalanan ibu kota. Suasana malam yang ramai, pertanda masih banyak kehidupan tercipta.
20 menit berlalu, mereka sampai di depan rumah Rendy. Rendy dan Lisa segera turun dari mobil.
"Rey, lo anterin temennya Lisa. Awas lo, jangan macem-macem atau gue potong tuh gaji." Ancam Rendy sebelum masuk ke dalam.
"Yaelah, lo kira gue penjahat wanita. Tenang aja, dia aman sama gue." jawab Rey.
"Mona, hati-hati di jalan ya. Kak Rey, titip mona ya. Aku masuk dulu." ucap Lisa.
"Iya Lis." jawab Mona.
Rey hanya mengangguk pada Lisa, kemudian melajukan kembali mobilnya ke jalan raya. Tak ada percakapan di antara mereka, Rey merasa bosan.
"Rumah kamu dimana?." Tanya Rey.
"Di jalan melati pak, deket sama rumah Lisa yang dulu." jawab Mona.
"Oh. Tumben diem aja, lagi dapet ya?." Goda Rey.
"Apaan sih pak Rey, engga jelas banget."
"Habis saya ngerasa di kacangin. Ya kali, kalau martabak di kacangin enak, apalagi tambah keju sama coklat. Mantap." ucap Rey yang ngelantur kemana-mana.
"Hahahaha. Pak Rey bisa ngelawak juga." Mona tertawa tak menyangka sekertaris bosnya ini, tak sekaku pikirannya.
"Hidup tuh jangan di buat serius terus, entar keburu tua duluan. Hahahaha." Rey ikut tertawa.
Mereka terdiam lagi, Mona bingung harus membahas apa dengan pak Rey. Karena sebelumnya, dia hanya berbicara dengan Rey di kantor, itu pun sebentar saja.
"Kamu udah punya pacar, Mon?." Tanya Rey membuyarkan lamunan gadis imut di sampingnya ini.
"Belum pak, kenapa? Bapak mau daftar jadi pacar saya hehehe." jawab Mona sambil cengengesan.
"Percaya dirimu tinggi juga."
"Ya kali aja gitu."
"Kalau saya daftar, kamu mau terima." ucap Rey.
Mona kaget, antara percaya tak percaya dengan ucapan Rey. Sosok yang sangat di hormati juga di kagumi no 2 di kantor, Bisa berbicara seperti itu pada Mona.
"Ah pak Rey, kalau bercanda bisa aja." ucap Mona.
"Siapa yang bilang saya bercanda."
Mona terdiam lagi, ini tidak mungkin. Mona yakin dia sedang bermimpi, Mona menampar pipinya supaya segera bangun dari mimpinya.
"Aw." jerit Mona.
"Kamu ngapain, nampar muka sendiri kaya engga ada kerjaan aja." ucap Rey kaget yang melihat Mona menampar mukanya sendiri.
"Ini bukan mimpi kan, pak?." Tanya Mona.
"Ya bukanlah, buktinya kamu lagi ngomong sama saya."
"Terus ucapan pak Rey barusan itu juga nyata."
"Hmm." Rey hanya berdehem.
"Pak Rey, belum minum obat ya soalnya ngomongnya ngelantur mulu."
"Sembarangan kamu."
"Lagian pak Rey ada-ada aja, mau daftar jadi pacar cewek dekil kaya aku. Udah gitu aku cuman cleaning servis lagi." tutur Mona.
"Memang apa yang salah?. Rendy aja engga masalah dengan Lisa, kenapa saya tidak boleh." ucap Rey.
Mobil sudah sampai di depan rumah Mona, terlihat rumah yang kecil dan sedikit kumuh. Mona yakin setelah melihat ini, lelaki di sampingnya ini akan segera ilfil padanya.
"Lihat deh pak, rumah saya aja kumuh gitu. Saya sama bapak udah kaya langit dan bumi. mungkin Lisa memang beruntung, karena mendapatkan lelaki baik yang menerimanya seperti pak Rendy."
Mona menghela nafas kasar lalu melanjutkan ucapannya.
"Saya tidak mau bermimpi terlalu tinggi, karena sekalinya saya jatuh, itu akan sangat menyakitkan. Terimakasih, sudah mau mengantar saya, saya permisi pak" ucap Mona yang langsung keluar dari mobil.
Tanpa di duga, Rey menarik tangan Mona setelah Mona sudah di luar mobil.
"Saya tidak peduli siapa kamu, karena cinta tidak memandang status sosial. Masuklah, saya akan pulang." ucap Rey melepas tangan Mona, lalu melajukan mobil untuk pulang.
Mona menatap kepergian lelaki itu, dia tak mau terlalu jauh berharap. Biarkan takdir alloh yang menjawab.
...****************...
BERSAMBUNG~~~
Maaf ya author telat up, author lagi kurang enak badan dari semalam.
Jangan lupa dukungannya ya🤗
SELAMAT MEMBACA😊😊