Fatharani Hasya Athalia, atau biasa disapa Hasya oleh teman-temannya itu harus terjebak dengan seorang pria di sebuah lift Mall yang tiba-tiba mati.
Hasya yang terlalu panik, mencari perlindungan dan dengan beraninya dia memeluk pria tersebut.
Namun, tanpa diketahuinya, ternyata pria tersebut adalah seorang CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Hasya sendiri bekerja subagai Office Girl di perusahaan tersebut.
Pada suatu hari, Hasya tidak sengaja melihat nenek tua yang dijambret oleh pemotor saat dirinya akan pergi bekerja. Karena dari perangai dan sifatnya itu, nenek tua tersebut menyukai Hasya sampai meminta Hasya untuk selalu datang ke rumahnya saat weekend tiba.
Dari sanalah, nenek tua tersebut ingin menjodohkan cucu laki-lakinya dengan Hasya.
Akankah Hasya menerima pinangan itu? Sedangkan, cucu dari nenek tua tersebut sedang menjalin kasih bahkan sebentar lagi mereka akan bertunangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ijah hodijah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
"Tolong lepasin gue, Kak. Gue mohon..." bibir Hasya bergetar, matanya berkaca-kaca menatap orang di depannya.
"Gak akan! Gue udah lama nungguin lo, tapi lo malah menikah sama orang lain!" sahutnya marah. Matanya memerah, begitu pun dengan wajahnya yang merah padam.
"Gu-gue, itu bukan keinginan gue, Kak." Hasya mengatupkan kedua tangannya walaupun susah karena ia diikat di kursi.
"Kalau begitu, lo jangan pernah kembali lagi ke sana, lo harus ikut gue dan jadi istri gue."
"Mana bisa, Kak. Namanya sudah terikat, apalagi seorang perempuan, tidak bisa menikah lagi. Jangan aneh-aneh, ya, kak. Mungkin kita bukan jodoh." jawab Hasya.
"Hasya! Waktu gue terbuang sia-sia nungguin lo, kalau lo mau tahu?!" suaranya meninggi membuat Hasya sedikit takut. Namun, ia tetap tidak gentar.
"Suruh siapa nungguin gue, kak? Lagian, kakak tahu dari mana kalau gue udah menikah?" Hasya bingung sendiri siapa yang memberi tahu orang lain, karena pernikahan ini hanya keluarga inti saja yang hadir. Atau dari Aurel? Tapi Hasya belum bisa berpikir jauh, saat ini dia lagi melawan panik nya yang bisa saja membuat dia lemah.
"Gak usah lo tahu, karena itu gak penting." jawabnya sinis.
"Penting, dong. Lo udah menjebak gue dan gue gak terima." Hasya tidak menerima ini. Cukup dia kalah melawan orang tua nya, tapi dia tidak boleh kalah melawan orang yang berada di depannya.
"Gak usah, sok, ya, Hasya! Jangan mentang-mentang sekarang lo berada di bawah perlindungan keluaga dari laki lo, jadi lo merasa hebat? Harusnya lo sadar diri, karena belum tentu lo dijadikan istri seutuhnya. Lo tahu, kan, gemerlap dunia bisnis? Apalagi yang jadi suami lo itu umurnya beda jauh sama lo, bisa saja lo itu istri ke dua atau istri ke tiga. Udah mening lo dijadikan istri sah, bagaimana kalau lo hanya sebatas istri simpanan?" pria mencoba mengelabui Hasya.
"Gak usah nakut-nakutin gue, lo, kak! Yang jalanin gue, kok. Sekarang lepasin gue!" Hasya tetap tidak ingin terlalu percaya ucapan dari pria itu
Brak!
Aris menendang kursi yang Hasya duduki. Ya, yang menculik Hasya adalah Aris, seorang mahasiswa hukum semester akhir di kampus dekat kos-an Hasya, atau satu kampus dengan Aurel.
Dia menyukai Hasya sejak ia menjada MaBa. Namun, saat Aris mengungkapkan perasaannya kepada Hasya, Hasya menolaknya dengan berbagai alasan. Hasya selalu bilang tidak ingin pacaran dulu, karena dia masih ingin menggapai cita-citanya sebagai Arsitek.
Sebelum penculikan terjadi. Hasya mendapatkan kabar kalau bu Dewi masuk rumah sakit. Jelas-jelas yang menghubunginya Aurel, tapi lewat pesan. Hasya yang merasa panik, langsung turun ke bawah dan ia berniat akan memberitahu Bara langsung ke restoran yang dia juga sering ke sana.
Tapi, saat dia berada di lobi, Aris sengaja menabrakan dirinya kepada Hasya.
"Eh, lo, Hasya?" tanyanya.
"Masa lo udah gak kenal, Kak?" Hasya langsung mengenali siapa orang yang menabraknya. Dia mencoba untuk menegakkan tubuhnya.
"Gue pangling, lo cantik banget sekarang. Biasa pakai baju OG, sekarang pakai dress begini. Lo sempurna!" Aris meneguk ludahnya kasar saat melihat tampilan Hasya untuk pertama kalinya memakai dress.
"Ayo ikut gue!" karena dia mengira kalau Aurel yang menyuruh Aris, akhirnya Hasya ikut bersama Aris.
Namun, saat sudah jauh dari perusahaan, Aris membawanya ke sebuah rumah yang berada di pinggiran kota. Rumah itu terlihat sederhana dan sangat sepi, dan rumah penduduknya juga terlihat berjauhan.
***
"Gue gak akan lepasin lo, sebelum gue berhasil membuat lo hamil terlebih dahulu." Aris melepaskan almamaternya.
Hasya mulai panik, ia meremas kencang tangannya. Matanya tetap waspada mengawasi gerak-gerik Aris.
Deg
Deg
Deg
Jantung Hasya berdebar kencang saat Aris membuka tali yang mengikatnya di kursi. Kemudian, ia menarik Hasya untuk berdiri setelah itu ia mendorong Hasya ke tempat tidur.
"Kak! Lo jangan lakuin ini... Gue mohon, kak. Lo gak sayang sama kuliah lo yang tinggal beberapa bulan lagi?" Hasya mencoba menyadarkan Aris, bukan hanya dia yang merugi atas tindakan Aris. Hasya juga tidak ingin perjuangan Aris selama ini sia-sia apalagi sebentar lagi Aris akan lulus.
"Persetan, lo bilang begitu! Hah!" Aris mengukung Hasya, tangan Hasya dipegang kuat ke atas kepala Hasya.
Hasya mulai panik, tubuhnya bergetar hebat dia menggerak-gerakan kepalanya saat Aris akan menc1umnya.
"Diam, gak, lo!" bentaknya. Tapi Hasya tidak ingin diam. Dia tidak ingin memberikan tubuhnya kepada siapa pun selain suaminya. Sepolos-polosnya Hasya, dia tahu tentang itu.
"Ya tuhan... Tolong aku, aku lemah saat ini." bulir bening mengalir dari sudut mata Hasya. seluruh tubuhnya bergetar hebat karena merasa panik.
"Tidak ada siapa pun yang pantas aku mintai tolong saat ini, aku tidak punya siapa-siapa selain keluarga dia. Tolong gerakan hati dia supaya dia tahu kalau aku ini diculik." batin Hasya. Dia menjerit dalam ketidak berdayaan.
"Lo, bisa diam, gak, hah?! Jangan sampai gue berbuat kasar!" Aris kembali membentaknya.
Hasya memejamkan matanya sejenak, kepalanya terasa pusing karena dari tadi dia bergerak cepat. Dia juga tidak sudi kalau harus dipaksa begini. Jujur, Hasya tidak menyangka dengan apa yang dilakukan oleh Aris.
Sejak dulu, Hasya memang mengaguminya, tapi dia tahu diri siapa dirinya sebenarnya. Hasya memendam sendiri rasa itu sampai akhirnya ia merasa pantas untuk Aris yang akan menjadi pengacara hebat nantinya. Dia akan berjuang sendiri untuk melanjutkan kuliahnya dan dia juga sudah yakin kalau dia akan menjadi arsitek hebat. Namun, semuanya itu pupus saat dirinya harus sakit dan di rawat inap.
Di kampusnya, Aris termasuk mahasiswa berprestasi dan banyak kejuaraan yang ia dapatkan sejak masuk universitas tersebut. Namun, Hasya seperti sudah tidak mengenalinya saat ini, hanya karena obsesinya apa Aris rela melepaskan semua yang pernah ia dapatkan. Dan yang lebih disayangkan adalah kelulusannya yang tinggal beberapa bulan lagi.
Hasya meyakinkan dirinya jika nanti terjadi sesuatu kepada dirinya, dia mempunyai teman bukan hanya Aurel saja, dia bisa mencari bantuan kepada kakak kelasnya yang lain untuk menindak lanjuti perbuatan Aris.
"Lo, akan hancur, kak, kalau lo lakuin ini ke gue!" Hasya berusaha mengeluarkan suaranya walapun mungkin tidak terdengar oleh Aris.
"Lo, bisa apa, hah? Bukannya , lo hanya anak pembawa sial di keluarga lo?! Siapa yang akan bantu lo?!"
Duar!
Hasya merasa lemas saat Aris mengatakan kalau dirinya adalah anak pembawa sial.
Melihat Hasya lemas, menjadi kesempatan bagi Aris untuk mendekatkan wajahnya ke wajah Hasya. "Hari ini, lo akan jadi milikku seutuhnya, gue akan bersihkan bekas suami lo. Dan hanya akan ada bekas gue nantinya dan selamanya hanya gue yang boleh memiliki lo!" Aris berbisik penuh penekanan. Dia merasa senang saat tubuh Hasya bergetar hebat bahkan wajahnya sudah pucat pasi. Dia pastikan Hasya tidak akan bisa berontak lagi.
Aris memejamkan matanya sebentar, kemudian ia membukanya, menatap wajah Hasya yang sudah tidak bergerak lagi karena dia merasa pusing.
Aris tersenyum smirk melihat ketidakberdayaan Hasya saat ini, matanya berkaca-kaca menatap Hasya yang sangat pucat. Hatinya bergetar hebat, merasakan betapa beruntungnya dia saat ini. Lebih dari dua tahun dia menunggu kepastian dari Hasya, tapi selama satu tahun ini Hasya sedikit menjauh darinya.
"Mulai saat ini, lo akan menjadi milik gue seutuhnya!" bibirnya bergetar, matanya berkaca-kaca, perasaannya berkecamuk hebat. Ia mulai mendekatkan wajahnya kembali...
Kring
Kring
Kring
Dering ponsel itu memekikan telinga, tapi Aris tidak goyah bahkan jarak wajah dan bibirnya hanya tinggal dua centimeter saja dari Hasya. Namun dering ponsel itu sangat mengganggu pendengaran Aris.
Aris langsung duduk, "Sial!" umpatnya.
Sementara Hasya merasa lega, tapi dia merasa lemas tidak berdaya.
Kring
Kring
Kring
Aris menyambar ponselnya yang lupa ia matikan datanya, kemudian ia melihat siapa yang mengganggunya.
"Prof. Hadi?" Aris menyambar almamaternya, kemudian ia berjalan menuju pintu dengan tergesa-gesa. Dia punya janji hari ini dengan Profesor Hadi. Namun, ia teringat dengan keberadaan Hasya. Ia berbalik dan menghampiri Hasya.
"Tunggu dulu di sini, jangan mencoba untuk kabur! Kalau lo, kabur, gue pastikan hidup lo gak tenang!" ucapnya penuh penekanan.
Kring
Kring
Kring
"Shit!" Aris kembali mengumpat, kemudian dia menekan tombol warna hijaunya dan langsung mengangkat panggilan dari dosen pembimbingnya.
"Siap, Prof. Sekitar lima belas menit saya datang, maaf tadi ada kendala." suara Aris menghilang berbarengan pintu kamar ditutup. Hasya membuka matanya yang lemah, mengucap banyak syukur dan tidak lama kemudian penglihatannya buram dan gelap.
Bersambung
tetap semangat terus thorr
tetap semangat terus thorr