NovelToon NovelToon
Suami Dan Anak Ku Bukan Untuk Ku

Suami Dan Anak Ku Bukan Untuk Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Persahabatan / Cinta Murni / Dijodohkan Orang Tua / Teman lama bertemu kembali / Pernikahan rahasia
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Vismimood_

Menjadi Istri kedua atau menjadi madu dari Istri pertama sudah pasti bukan sebuah mimpi dan harapan, bahkan mungkin semua wanita menghindari pernikahan semacam itu.
Sama halnya dengan Claire yang sudah menyusun mimpi indah untuk sepanjang hidupnya, menikah dengan suami idaman dan menjadi satu-satunya Istri yang paling cintai.
Namun mimpi indah itu harus kandas karena hutang Papanya, uang miliaran yang harus didapatkan dalam dua bulan telah menjadi kan Claire korban.
Claire akhirnya menikah dengan pengusaha yang berhasil menjamin kebangkitan perusahaan papanya, Claire dinikahi hanya untuk diminta melahirkan keturunan pengusaha itu.
Segala pertentangan terus terjadi di dalam pernikahan mereka, Claire yang keras menolak hamil sedangkan jelas tujuan pernikahan mereka untuk keturunan.
Kisah yang sedikit rumit antara satu suami dan dua istri ini dialami Claire, Brian, dan Tania. Akan seperti apa akhirnya pernikahan itu, jika keturunan tak kunjung hadir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bisa Aku Menolak?

Claire tampak gelisah berada di kamarnya, sudah beberapa hari ini Raja tidak bisa dihubungi sama sekali. Kemana lelaki itu padahal sewaktu terakhir bertemu Raja mengatakan mereka akan bertemu lagi, tapi apa sekarang lelaki itu justru menghilang begitu saja tanpa kabar apa pun.

Drrrrrtttt.....

Claire segera meraih ponselnya, berharap itu adalah notif masuk dari Raja. Sayang itu kesalahan besar karena ternyata ada panggilan masuk dari nomor baru, Claire menatap nomor tersebut, tapi sama sekali tidak mengenalinya.

"Hallo." Sapa Claire.

Sesaat terdiam Claire lantas memutuskan sambungannya, ia segera keluar kamar dan keluar rumah. Ada mobil yang terparkir di luar gerbang rumahnya, dengan langkah sedikit cepat Claire menghampiri mobil tersebut.

"Claire, ayo masuk." Ajak Tania.

Claire merasa senang karena sekarang Tania menemuinya, Semoga saja wanita itu mau membantunya untuk membatalkan pernikahan yang akan terjadi. Setelah masuk, Tania menjalankan mobilnya meninggalkan kediaman Claire.

"Kamu sedang sibuk?"

"Tidak sama sekali, Mba Tania kenapa datang ke sini?"

"Aku mau jalan aja sama kamu, aku mau kasih tahu kamu kalau saat pernikahan kamu nanti itu aku yang akan merias kamu."

Deg.....

Lagi, Claire dibuat kesal oleh pemikirannya sendiri. Tania bukan datang untuk membatalkan pernikahan itu, tapi Tania justru datang untuk menunjukan dukungan penuh untuk pernikahan itu.

Claire diam dengan menatap jalanan di sampingnya, sedikit pun Claire tidak bisa mengerti dengan jalan pikiran Tania. Ketika suaminya hendak menikah lagi, ketika suaminya berniat mendua, tapi Tania tampak tenang sangat biasa saja.

"Mba, kenapa Mba Tania begitu tenang dengan keadaan ini. Bukankah harusnya Mba sedih karena sebentar lagi Mba akan memiliki madu, bahkan sekarang wanita itu ada di sisi Mba Tania."

Tania tersenyum masih dengan ketenangan yang sempurna, Claire tidak tahu betapa hancur hati Tania karena pernikahan yang akan terjadi beberapa waktu lagi. Tapi kesadaran diri Tania mengalahkan segala egonya, Tania sadar satu kekurangannya tidak bisa diganti dengan apa pun lagi.

"Mba."

"Aku hanya mau kebahagiaan untuk Mas Brian, jika dengan menikahi kamu dia bisa mendapatkan itu lalu aku bisa apa?"

"Kebahagiaan apa sih Mba?"

"Anak, Claire bukankah Mas Brian sudah katakan semuanya sama kamu."

Claire diam, ia melihat perubahan ekpresi dari Tania, wajah yang semula tampak tenang itu kini telah berbeda. Entah apa artinya tapi Claire merasa jika emosi Tania sedang diaduk sempurna, marah, menyesal, terluka seolah menjadi satu tergambar di raut wajahnya.

"Claire kalau kamu tahu sepanjang hidup kamu tidak bisa punya anak bagaimana, kalau posisi kamu sudah memiliki Suami dan satu-satunya mimpi Suami kamu adalah memiliki keturunan dari Istrinya tapi kamu tidak bisa."

"Mba Tania-"

"Iya, vonis Dokter sudah jelas jika aku tidak bisa memiliki keturunan. Mas Brian selalu mengaku bahagia hidup bersama aku, tapi aku sadar Claire kebahagiaan itu tidak sempurna hanya saja Mas Brian berusaha untuk tidak melukai perasaan ku."

Hening, kini Claire sibuk dengan pikirannya sendiri setelah mendengar kalimat panjang dari Tania. Secara tiba-tiba kalimat Ellena yang mengatakan jika Claire bisa menyingkirkan Tania setelah melahirkan anak Brian nanti kembali terputar, Claire bisa menjadi istri satu-satunya Brian dan mereka bisa menjadi keluarga kecil yang bahagia tanpa ada Tania.

Tapi tidak, tidak akan pernah ada kebahagiaan jika diawali dengan merenggut kebahagiaan orang lain. Claire menggeleng dan kembali menatap jalanan di sampingnya, Claire memiliki mimpi sendiri dan itu tetap jadi fokusnya.

"Raja," Gumam Claire yang untung saja tidak disadari Tania.

"Kamu punya pacar Claire?"

"Hah- em tidak, aku sendiri kok Mba."

"Kalau begitu mungkin kamu bisa mencoba membuka hati untuk Mas Brian, aku sudah katakan padamu jika kamu bisa melahirkan keturunan Mas Brian maka aku akan rela pergi."

Claire hanya merespon dengan senyuman tipis, suasana kembali hening karena Claire merasa bingung dengan keadaan saat ini. Tania menghela nafasnya dan menghentikan laju mobilnya, ia berbalik menatap Claire yang juga meliriknya.

"Kenapa?"

"Mas Brian baik, dia tampak jahat karena belum kenal kamu. Boleh aku memohon, tolong bersikap baiklah padanya, dengan begitu dia juga akan bersikap baik sama kamu."

"Aku gak bisa Mba, lelaki itu sudah merusak mimpi aku. Aku tidak masalah meski pada akhirnya aku di buang, tapi bagaimana dengan anak yang aku lahirkan jika memang aku bisa melahirkan?"

Tania tersenyum hangat diraihnya kedua tangan Claire, Tania tidak main-main dengan ucapannya, ia akan pergi jika Claire bisa mewujudkan mimpi Brian. Tania berusaha meyakinkan Claire jika sesuatu yang dimulai dengan sedikit tidak baik, bukan berarti akan berakhir dengan tidak baik juga.

Claire menarik tangannya berpaling dari tatapan Tania, kenapa Claire merasakan haru karena sorot mata Tania. Claire tidak mau pernikahan itu terjadi, tapi bagaimana caranya untuk menolak jika Tania justru memohon seperti ini.

*

Disisi lain, Raja tampak melamun di meja kerjanya sembari mengetuk-ngetuk bolpoin yang dipegangnya. Sampai saat ini Raja masih memikirkan Claire, pertemuan tak sengajanya dengan Brian rupanya tak lantas membantu Raja bisa membebaskan Claire.

Brian justru mengancam akan menghancurkan perusahaan Raja bahkan hidup Raja jika berani mengusik calon istrinya, Brian sepertinya bukan orang biasa dan Raja bisa merasakan itu. Perusahaannya belum menjadi perusahaan besar, dan mungkin akan sedikit lebih mudah untuk dihancurkan nantinya, Raja merenungkan semuanya saat ini.

"Bukankah pilihan orang tua itu selalu baik, lalu kenapa aku harus khawatir dengan pernikahan Claire. Lagi pula kita berdua tidak memiliki hubungan apa pun, Claire masih bisa dimiliki siapa pun."

Raja memejamkan matanya, mungkin sama seperti Claire yang kehilangan mimpi dan sekarang Raja pun merasa seperti itu. Mimpi Raja menjadikan Claire pendamping hidupnya harus pupus tanpa sempat memulai, kenapa Tuhan terlambat mempertemukan ia dan malaikat kecilnya itu.

Ting....

Raja meraih ponselnya, ada notif pesan masuk dan itu dari Claire. Sejak hari itu Raja memang sengaja menghindari Claire, mungkin benar Raja terlalu ikut campur masalah mereka jika mengingat Raja hanya orang asing.

"Maaf Claire, mungkin aku hanya bisa menjaga kamu dari jauh. Semoga saja kamu benar-benar bisa bahagia." Gumam Raja yang kemudian menghapus pesan Claire tanpa sempat membacanya.

"Apa pun yang akan terjadi nanti, jika lelaki itu benar membuang mu, aku yang akan paling awal menemui mu Claire."

Raja menyatukan telapak tangannya dan menempelkan dibibirnya, ingin sekali Raja menemui Claire sekarang. Tapi Raja harus hati-hati karena sepertinya Brian selalu mengawasi Claire, Raja juga khawatir jika Brian sampai menyakiti Claire nantinya.

Tok...

Tok...

Tok...

"Permisi, Pak." Ucapnya seraya memasuki ruangan.

"Ada masalah?"

"Tidak, saya mau minta tanda tangan Bapak untuk berkas ini. Silahkan."

Raja membuka dan langsung menandatangani berkasnya, berkas tersebut kembali diambil oleh sekretarisnya. Tak ada apa pun yang diucapkan Raja dan itu sedikit membuat Raisa heran, dengan sedikit ragu Raisa bertanya jika saja Bosnya itu sedang tidak sehat.

"Bapak sakit?"

"Tidak, kenapa?"

"Sepertinya Bapak tidak bersemangat, setahu saya pekerjaan aman kan?"

"Aman, tidak ada masalah apa pun."

Raisa mengangguk untuk meresponnya, tapi sedikit banyak Raja tahu jika sekretarisnya itu cukup kepoan. Raja balik menatap Raisa karena yakin akan ada pertanyaan berikutnya, dan benar saja dengan senyuman nyelenehnya Raisa menebak jika Raja sedang putus cinta.

"Putus, aku bahkan belum memulainya."

"Ah, jadi Bapak sedang jatuh cinta dan tidak bisa mengungkapkannya?"

"Bukan tidak bisa, tapi tidak mungkin."

"Kenapa?"

Raja menahan nafasnya sesaat, bukankah benar jika jiwa kepo sekretarisnya itu cukup kuat. Tapi selama ini memang Raisa adalah orang yang bisa dipercaya, Raja sesekali memang suka cerita tentang masalah pribadinya.

Dan sekarang sepertinya Raja tak ragu untuk menceritakan perkara Claire, Raja menjelaskan semuanya dari awal sampai akhir. Hingga pertemuannya dengan Brian kala itu, dan sekarang Raja yang menghindari Claire.

"Em sedikit rumit." Gumam Raisa.

"Tapi Bapak masih mau berjuang?" Tambahnya lagi.

"Entahlah."

"Kesempatan akan selalu ada Pak, jangan khawatir jika langkah pertama gagal ada langkah kedua, jika langkah kedua gagal ada langkah ketiga. Tapi jika langkah ketiga masih gagal, ya terpaksa pakai jalur dewa."

Raja mengernyit mendengar penuturan Raisa, jalan pertama menemui orang tua Claire sudah gagal, kedua dengan menemui Brian juga sudah gagal. Lantas jalur mana lagi yang harus Raja tapaki agar bisa meraih mimpinya, tidak mungkin jika Raja harus mengacaukan semuanya dengan sengaja.

"Mau tahu gak Pak?"

"Apa memangnya?"

"Bapak biarkan saja mereka menikah, nanti kalau mereka sudah menikah nah Bapak bisa jadi selingkuhan Istrinya itu!"

*

Tania sengaja membawa Claire ke kediaman dirinya dan Brian, saat bersamaan rupanya Brian juga baru sampai ke rumah. Tania berjalan seraya menggenggam pergelangan tangan Claire, meski wanita itu menolak tapi sepertinya sikap egois Tania berhasil membawa Claire sekarang.

"Sayang, kamu dari mana?" Tanya Brian seraya menarik Tania hingga genggaman tangan itu terlepas.

Claire mendelik ketika Brian menatapnya, ingin sekali Claire kabur sekarang jika tidak perlu menghargai Tania. Tapi mau bagaimana lagi, Tania begitu baik dan lembut memperlakukannya sejak tadi, Claire masih memiliki hati nurani untuk bisa mengerti perasaan Tania.

"Mas, aku sengaja bawa Claire ke sini. Aku mau kalian mulai untuk saling mengenal satu sama lain."

"Kita sudah saling mengenal." Sahut Brian sekenanya.

"Harus lebih dekat lagi Mas, sebelum kalian menikah harusnya kalian bisa mengakrabkan diri. Dengan begitu malam pertama kalian nanti, tidak akan ada kata canggung."

Brian dan Claire saling lempar tatapan, sedikit pun Claire tak pernah terpikir untuk malam pertama dengan Brian. Claire berpindah menatap Tania, Claire yakin meski saat ini Tania berbicara dengan penuh senyuman, tapi hatinya pasti terluka bahkan sangat terluka.

"Ayo kita masuk!" Ajak Tania yang menarik Claire mendekat.

"Kalian akan jadi Suami Istri, jadi mulailah untuk menghilangkan jarak yang membuat kalian asing."

Tania meraih tangan Brian dan membuatnya menggenggam tangan Claire, keduanya sempat menolak bahkan Brian sedikit mendorong Claire. Tapi Tania berusaha menenangkan suasana, Tania merayu Brian agar bisa lebih lembut pada Claire dengan begitu Claire akan bisa menerima keadaan keduanya.

"Sayang, aku-"

"Mas, kamu tidak pernah menolak keinginan aku selama ini. Jadi tolong untuk kali ini pun jangan menolak, aku dan Claire sama-sama perempuan jadi perlakukan kami dengan sama."

Tania kembali menyatukan tangan keduanya, kali ini Brian menurutinya meski pun Claire berusaha menolaknya. Tania meminta mereka untuk masuk lebih dulu, ia beralasan ponselnya tertinggal di mobil dan akan menyusul masuk.

Brian menghembuskan nafasnya pasrah dan berlalu lebih dulu dengan menggandeng Claire, sepanjang langkah Claire berusaha menarik tangannya tapi genggaman Brian justru semakin kuat. Tania berpaling setelah dua tubuh itu menghilang di balik pintu, rasanya sakit harus merelakan suaminya bersama dengan wanita lain seperti itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!