Krystal, gadis berusia 22 tahun terpaksa menikah dengan kakak iparnya sendiri karena sebuah surat wasiat, yang kakak kandungnya tinggalkan satu hari sebelum dia meninggal.
Mau tidak mau, Krystal menerimanya meski sebenarnya hatinya menolak.
“Berpura-pura lah menjadi istriku. Dan tanda tangani surat perjanjian kontrak ini. Tapi, kamu harus ingat, jangan sampai jatuh cinta padaku.” Bara Alfredo.
“Seharusnya aku yang mengatakan itu padamu. Jangan sampai kamu tergoda dan jatuh cinta padaku, Kakak Ipar.” Krystal Alexander.
Akan seperti apa kehidupan rumah tangga mereka yang tidak di dasari dengan perasaan cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 026
Selesai menyiapkan air hangat dan memasukkan sabun aroma therapy ke dalam bathtub, Bara melepaskan satu persatu pakaiannya dan hanya menyisakan celana boxer pendek.
"Eh, kamu mau apa?" Krystal menutup kedua matanya dengan kedua telapak tangannya. Lagi-lagi Bara berani hampir te lan jang di depannya tanpa malu sedikitpun.
"Tentu saja mandi," jawab Bara. Pria itu mendekati Krystal, "Kenapa ditutup segala? Kita ini suami istri. Kamu bebas melihatku dan aku juga bebas melihatmu."
"Enak saja! Siapa juga yang mengizinkan kamu melihat tubuhku." Krystal mendorong Bara agar menjauh darinya.
Namun, bukan Bara namanya jika ia akan menuruti semua ucapan Krystal. "Buka pakaianmu atau aku yang akan membukanya!" titah Bara dengan nada penuh penekanan.
"Tidak mau! Kumohon, berhenti memaksaku." Krystal hendak bangkit dari sana. "Ingat, kita memang suami istri tapi jangan lupa kalau kita punya perjanjian kontrak. Apa yang kamu lakukan sekarang melanggar kontrak."
Krystal tak habis pikir, Bara yang membuat kontraknya, tapi dia juga yang ingin melanggarnya. Apa pria itu beranggapan semua hanyalah permainan?
"Di sana tidak tertulis dilarang mandi bersama dengan istri dan juga menyentuhnya. Kita hanya dilarang mencampuri urusan masing-masing. Lalu, jangan sampai jatuh cinta," ucap Bara merengkuh pinggang Krystal hingga membentur dada bidang polosnya.
Krystal mendengus kesal. Semua memang tidak tertulis dalam perjanjian kontrak itu. Bahkan yang Bara lakukan terkesan merugikan dirinya.
Tapi, jika sikapnya selalu seperti ini, wanita manapun tidak akan tahan. Sangat posesif dan menganggap semua yang berhubungan dengannya adalah miliknya. Termasuk dirinya.
"Lalu sekarang kamu mau apa?" tanya Krystal, wajahnya terlihat gugup. Ia mungkin akan bersikap biasa saja jika yang ada di depannya ini adalah orang lain.
Namun, pria ini adalah Bara, suaminya.
"Aku ingin memandikan mu," ucap Bara membopong tubuh Krystal masuk ke dalam bathtub. "Tadi kita kehujanan. Aku tidak mau kamu sakit lagi dan mengabaikan Lio."
Deg.
Mendengar nama Lio, Krystal menelan ludahnya dengan susah payah. Apa jangan-jangan Bara sudah tahu kalau Lio sedang sakit parah.
"Se-sejak kapan aku mengabaikan Lio? Bukankah selama ini kamu yang bersikap acuh padanya."
"Ya, aku memang melakukan itu. Tapi aku punya alasan yang jelas." Bara ikut masuk ke dalam bathtub dan duduk di belakang Krystal. Ia melingkarkan kedua lengan di pinggang gadis itu.
"Bisakah kamu menjauh dariku. Posisi ini membuatku tidak nyaman," lirih Krystal menundukkan wajahnya. Ia berusaha menjauh dari Bara. Tapi semakin Krystal memberontak, Bara semakin mengeratkan pelukannya.
"Hanya sebentar. Aku ingin menikmati moment ini bersamamu," ucapnya mengecup punggung Krystal yang entah, sejak kapan sudah polos tanpa sehelai benang.
Yang tersisa hanyalah kain segitiga dan kacamata berwarna merah muda yang menutupi asetnya.
Sesekali, bara menghirup aroma tubuh Krystal yang membuatnya tenang. Apa mungkin karena Krystal adalah adik mendiang istrinya, jadi aroma mereka sama?
"Bodoh! Apa yang kamu pikirkan, Bara. Mereka berbeda, sangat berbeda. Selama menikah, aku tidak pernah menginginkan Berlian sebesar aku menginginkan gadis ini," gumamnya dalam hati.
Sesekali, Bara menggigitnya kulit seputih susu itu. Membuat sang empu meng gelin jang, merasa geli dan juga aneh bersamaan.
"Kumohon, hentikan..." Krystal menggigit bibir bawahnya sendiri. Sungguh, ini adalah pertama kalinya ia diperlakukan begini oleh seorang pria.
"Kenapa kamu selalu menolak ku? Padahal aku sangat ingin melakukan ini bersamamu," lirih Bara, mengusap naik turun perut datar Krystal.
Dibawah sana, milik Bara sudah terasa sesak. Ia menahannya mati-matian. Apalagi jika Krystal terus bergerak seperti ini.
"Melakukan apa maksudmu?"
Bara menopang dagunya di pundak Krystal, lalu melirik gadis yang sedang merona itu. "Tubuhmu. Aku ingin mencicipinya," bisiknya lirih.
Krystal menegakkan tubuhnya, lalu berbalik dan menatap tajam Bara. "Kamu benar-benar sudah gila!"
Krystal beranjak dari sana. Belum sempat ia melakukannya, lengannya ditahan oleh Bara, hingga gadis itu terjatuh di pelukan Bara.
"Kak, kumohon..."
"Ini bukan pertama kalinya untukmu, kan? Jadi, lakukan saja sekarang!" titahnya dengan nada penuh penekanan.
Krystal tersenyum kecut. Entah sampai kapan Bara akan terus menganggapnya sebagai gadis murahan.
"Baiklah." Krystal melepaskan besi pengait di belakang punggungnya. Terlihatlah kedua gunung kembar ranum menggoda miliknya. "Lakukan apa yang memang ingin kamu buktikan mengenai diriku, Bara Alfredo!"