Hanya Adik Angkat Sersan Davis

Hanya Adik Angkat Sersan Davis

Bab 1 Pantulan Tubuh di Cermin

     "Davis antarkan segera adikmu ke sekolah. Sebentar lagi katanya harus kumpul, karena hari ini merupakan hari perpisahan dan kelulusan sekolah," titah sang mama kepada Davis yang sudah rapi dengan seragam PDL nya.

     Harum parfum dari tubuh Davis sudah tercium dan menguar di udara.

     "Kapan kamu mau memperkenalkan seorang calon mantu untuk mama? Kamu sudah 26 tahun lho, teman-teman seangkatan kamu sudah banyak yang menikah. Bahkan sejak dua tahun masa dinas, mereka berlomba-lomba mengajukan nikah ke kantor. Bukankah tahun lalu kamu punya gandengan seorang Kowad?" singgung mama Verli, tidak tahan melihat anak keduanya betah membujang padahal teman-teman satu letingnya sudah banyak yang menikah.

     "Nanti, Ma. Davis belum ada yang srek. Davis masih mencari. Tenang saja, Davis juga belum 30 tahun. Dan mengenai Kowad yang Mama bilang tadi, Davis mohon jangan bahas lagi, sebab dia sudah menikah dengan seorang anggota Polisi," tukas Davis membungkam mulut sang mama karena dinilainya terlalu bawel masalah jodoh Davis.

     "Apa, Bella sudah menikah?" Mama Verli menganga tidak percaya.

     "Iya, makanya Davis tidak banyak bercerita lagi tentang dia. Dia sudah kepincut sama Polisi. Lagipula Davis memang kurang suka dengan dia."

     "Lalu, kamu sukanya yang seperti apa sih? PNS wanita yang masih fresh juga banyak, bukan, di kantor kamu itu, masa tidak satu orang pun yang naksir kamu?" tukas mama Verli lagi tidak sabar.

     "Banyak, Ma. Tapi Davis memang tidak sedang mencari orang yang satu kantor, tolong masalah jodoh, Mama jangan bawel lagi. Biar Davis cari sendiri," balas Davis seraya berlalu menuju kamar Silvani.

     "Bilang sama adikmu, katanya harus kumpul di sekolah, tapi masih belum siap juga. Memangnya jam berapa kumpulnya? Kalau masih siang, lebih baik kamu pergi duluan, nanti kembali lagi ke rumah untuk antar dia," ujar Mama Verli masih saja ngedumel.

     Davis tidak menyahut, ia segera menaiki tangga untuk menghampiri kamar Silvani.

     "Dek, kamu sudah siap belum? Kakak masuk, ya?" teriak Davis sembari mengetuk pintu. Sebelum dipersilahkan, Davis memang suka masuk sembarangan, mungkin karena kamar adiknya sendiri, jadi ia tidak ragu-ragu lagi masuk ke dalam kamar adiknya itu.

     "Kak Davis, Kakak sudah siap, ya?" Silvani sedikit terkejut karena Davis sudah ada di kamarnya. Dengan berlilitkan handuk, Silvani keluar dari kamar mandi menuju ranjangnya. Dengan santai, Silvani menuju lemarinya, membuka lemari itu, lalu meraih satu set dalaman baru yang seminggu lalu dibelikan mama Verli via offline. Padahal Silva senangnya beli dalaman via online, katanya bisa dapat banyak karena sedang harga promo.

     "Kalau beli dalaman, jangan via online, salah-salah kamu nanti kena tipu. Lebih baik beli offline, nanti biar mama belikan di toko langganan mama, yang bagus sekalian," ujar sang mama suatu hari.

     Davis duduk di sofa seraya memperhatikan adiknya yang masih sibuk itu. Seperti kebiasaannya dia memang selalu menunggu Silva di dalam kamarnya.

     Sambil bernyanyi lagu yang ceria layaknya anak remaja, Silvani kini mulai melepas handuknya dan memakai satu per satu pakaian dalamnya dengan santainya.

     Tanpa sengaja, Davis justru melihat semua dari pantulan cermin meja rias di kamar Silva yang memantul menuju lemari milik Silva. Tubuh Silva bagian atas terpampang nyata, membuat Davis menelan saliva seketika. Matanya tidak berkedip, karena baginya ini kali pertama melihat tubuh remaja yang sangat menantang dan tentunya masih belum terjamah, terlihat jelas dari bentukannya.

     Wajah Davis segera melengos, saat Silvani mengakhiri ritualnya. Dia kini sudah menggunakan kaos dalam. Tanpa rasa malu, ia berjalan di depan Davis hanya dengan bra dan kaos dalam, bahkan renda-renda dari bra itu masih terlihat sehingga sembulan sesuatu di dalamnya masih bisa dilihat Davis.

     Davis sempat bergetar tadi, saat ia melihat jelas pemandangan alam sang gadis remaja yang masih asli perawan.

     "Pada hari Minggu ku turut ayah ke kota ...."

     "Dek, cepat dong, jangan sambil nyanyi dandannya, lama tahu," protes Davis memotong senandung lagu yang dinyanyikan Silva.

     "Sabar, dong, Kak. Belum jam setengah delapan, Kakak apel pagi juga belum mulai," balas Silva seraya meraih kemeja putih dipadukan dengan rok rempel panjang warna hitam.

     Setelah itu ia memoles tipis wajahnya dengan skin care dan make up, seketika wajahnya berubah merona merah muda, semakin menambah kecantikan wajah Silvani. Pada dasarnya Silvani memang cantik, apalagi kalau sudah dipoles make up.

     "Lihat Kak, bibir aku, apakah nggak pink banget. Terus blush on nya nggak tebal, kan?" ucapnya meminta penilaian Davis seraya mengulum bibirnya satu sama lain untuk meratakan pemerah bibir yang sudah dipolesnya tadi.

     Melihat Silva berkali-kali mengulum bibir, ada desiran aneh dalam dada Davis, Davis menatap bibir sensual itu, rasanya ingin dia coba lalu dipagutnya.

     "Sialan otak ini, kenapa tiba-tiba mesum?" tepisnya dalam hati, heran dengan pikirannya yang tiba-tiba aneh begini.

     "Kakak, aku sedang meminta pendapat Kakak, kenapa bibirnya ikut mengulum juga?" sentak Silva membuat Davis tersadar.

     "Ya ampun, kaget. Sudah, kamu sudah cantik paripurna. Sekarang, segera keluar," ajak Davis seraya meraih lengan Silva keluar dari kamar.

     Satu langkah dari pintu, tiba-tiba tangan Davis ditarik sang mama. "Silva, kamu turun duluan," titah Mama Verli terlihat galak. Silva tersentak dan heran, tapi tak ayal dia patuh juga. Silva segera menuruni tangga.

     "Apa yang tadi kamu lihat, Dav?" tanya sang mama dengan mata nyalang.

     "Lihat apa, Ma? Davis kan sedang menunggu Silva berdandan."

     "Lain kali, jangan berani masuk kamar adikmu tanpa ijin. Kamu harus bisa menjaga privasinya. Kamu paham!" peringat sang mama sembari melotot. Davis heran karena biasanya dia tidak pernah apa-apa jika masuk ke dalam kamar adiknya.

     Mama Verli segera turun setelah memperingatkan Davis tadi. Kini giliran Silva yang dicegat.

     "Silva, lain kali pintu kamar harus dikunci kalau kamu sedang mandi. Jangan biarkan kakakmu masuk kamar sembarangan. Ingat pesan mama," peringatnya sambil mengacungkan telunjuknya.

     Silva bengong, karena baru kali ini mamanya melarang kakaknya untuk masuk kamar.

     "Memangnya kenapa, Ma? Kan selama ini Kak Davis selalu masuk kamar Silva?" tukas Silva tidak mengerti.

     "Pokoknya ikuti perintah mama. Kamu itu sudah tumbuh menjadi gadis remaja. Jadi, jangan sembarangan kamu umbar aurat kamu di depan kakakmu, apalagi dia kakak laki-laki. Kamu juga pakai hijab, harusnya kamu lebih paham tentang aurat," tegur mama Verli tegas.

      "Ih, Mama. Tidak apa-apa dong Kak Davis masuk kamar juga. Orang di kamar Silva nggak ada rahasia. Bukankah bagus kalau seorang adik perempuan bisa dekat sama kakaknya? Kak Davis juga masuk ke kamar Silva tidak mengganggu Silva, lagian Kak Davis sengaja masuk kamar Silva, biar dia percaya kalau Silva tidak main pacar-pacaran," sergah Silva membuat mama Verli meradang.

     "Diam kamu, mulai sekarang jangan bantah ucapan mama. Kamu patuhi kata-kata mama. Sudahlah, sekarang kamu sebaiknya segera berangkat. Diantar kakakmu," ucap Mama Verli sembari meninggalkan Silva yang kini siap diantar Davis.

     "Cepatlah sedikit, nanti kakak yang kesiangan, sebentar lagi apel pagi."

Terpopuler

Comments

Mrs.Riozelino Fernandez

Mrs.Riozelino Fernandez

pekerjaan yang disebutkan mama nya mentereng semuanya ya untuk kriteria menantunya... haddeuh gimana klo Davis dapat cewek yang bekerja biasa aja...

2025-02-14

1

Mrs.Riozelino Fernandez

Mrs.Riozelino Fernandez

walaupun kk kandung gak gtu juga kali...aku aja pake celana hotpants langsung di marahi disuruh ganti celana selutut😭😭😭
bebas banget didikan mereka nih ..

2025-02-14

0

mama Al

mama Al

aku mampir

2025-02-20

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pantulan Tubuh di Cermin
2 Bab 2 Diejek Anak Pungut
3 Bab 3 Benarkah Aku Anak Pungut?
4 Bab 4 Mendatangi Rumah Riana
5 Bab 5 Melabrak Riana
6 Bab 6 Terpaksa Damai
7 Bab 7 Foto Silvani di Dompet Davis
8 Bab 8 Sebuah Ciuman
9 Bab 9 Ingin Merasakan Hembusan Nafasmu
10 Bab 10 Davis Posesif
11 Bab 11 Cincin Inisial DS Pemberian Davis
12 Bab 12 Perempuan Yang Sejak Dulu Dekat
13 Bab 13 Kepergok Danis
14 Bab 14 Kakak Angkat
15 Bab 15 Menerima Tawaran Ramon
16 Bab 16 Tante Suci Keceplosan
17 Bab 17 Davis Memarahi Silva
18 Bab 18 Menemui Jeng Suci
19 Bab 19 Kenapa Harus Anak Angkat?
20 Bab 20 Dari Siapa Silva Tahu Dia Anak Angkat?
21 Bab 21 Silva Akhirnya Tahu Siapa Dirinya
22 Bab 22 Davis Tetap Akan Memperjuangkan Cintanya Untuk Silva
23 Bab 23 Davis Patah Hati
24 Bab 24 Suasana Rumah Sudah Tidak Hangat Lagi
25 Bab 25 Semakin Jauh
26 Bab 26 Berpamitan
27 Bab 27 Lagi-lagi Silva Menerima Tumpangan Ramon
28 Bab 28 Ketahuan Mama Verli
29 Bab 29 Davis Makan Berdua Dengan Perempuan Muda
30 Bab 30 Keresahan Mama Verli
31 Bab 31 Mama Verli Kecewa
32 Bab 32 Davis Berhenti Pendekatan
33 Bab 33 Skenario Davis
34 Bab 34 Saling Merindu
35 Bab 35 Ikan Sudah Makan Umpan
36 Bab 36 Davis Mulai ke Rumah
37 Bab 37 Membawa Silva ke Rumah
38 Bab 38 Anggap Saja Balas Budi
39 Bab 39 Sah
40 Bab 40 Kapan Siap Malam Pertama?
41 Bab 41 Gagal Deh
42 Bab 42 Ketahuan Deh!
Episodes

Updated 42 Episodes

1
Bab 1 Pantulan Tubuh di Cermin
2
Bab 2 Diejek Anak Pungut
3
Bab 3 Benarkah Aku Anak Pungut?
4
Bab 4 Mendatangi Rumah Riana
5
Bab 5 Melabrak Riana
6
Bab 6 Terpaksa Damai
7
Bab 7 Foto Silvani di Dompet Davis
8
Bab 8 Sebuah Ciuman
9
Bab 9 Ingin Merasakan Hembusan Nafasmu
10
Bab 10 Davis Posesif
11
Bab 11 Cincin Inisial DS Pemberian Davis
12
Bab 12 Perempuan Yang Sejak Dulu Dekat
13
Bab 13 Kepergok Danis
14
Bab 14 Kakak Angkat
15
Bab 15 Menerima Tawaran Ramon
16
Bab 16 Tante Suci Keceplosan
17
Bab 17 Davis Memarahi Silva
18
Bab 18 Menemui Jeng Suci
19
Bab 19 Kenapa Harus Anak Angkat?
20
Bab 20 Dari Siapa Silva Tahu Dia Anak Angkat?
21
Bab 21 Silva Akhirnya Tahu Siapa Dirinya
22
Bab 22 Davis Tetap Akan Memperjuangkan Cintanya Untuk Silva
23
Bab 23 Davis Patah Hati
24
Bab 24 Suasana Rumah Sudah Tidak Hangat Lagi
25
Bab 25 Semakin Jauh
26
Bab 26 Berpamitan
27
Bab 27 Lagi-lagi Silva Menerima Tumpangan Ramon
28
Bab 28 Ketahuan Mama Verli
29
Bab 29 Davis Makan Berdua Dengan Perempuan Muda
30
Bab 30 Keresahan Mama Verli
31
Bab 31 Mama Verli Kecewa
32
Bab 32 Davis Berhenti Pendekatan
33
Bab 33 Skenario Davis
34
Bab 34 Saling Merindu
35
Bab 35 Ikan Sudah Makan Umpan
36
Bab 36 Davis Mulai ke Rumah
37
Bab 37 Membawa Silva ke Rumah
38
Bab 38 Anggap Saja Balas Budi
39
Bab 39 Sah
40
Bab 40 Kapan Siap Malam Pertama?
41
Bab 41 Gagal Deh
42
Bab 42 Ketahuan Deh!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!