Setelah bangun dari kematian, dan menyaksikan keluarganya di bunuh satu persatu untuk yang terakhir kalinya, kini Naninna hidup kembali dan bereankarnasi menjadi dirinya lagi. Memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin. memastikan bahwa apa yang telah di alaminya saat ini hanyalah ilusi, namun ia merasakan sakit saat jari lentiknya mencubit pelan wajah mulusnya. Seketika ia tersadar bahwa hal ini bukanlah ilusi, melainkan kenyataan yang harus ia terima. Tidak mengerti mengapa Tuhan masih baik dan mau memberinya satu kesempatan, Ninna menyadari bahwa ia tidak akan menyia-nyiakannya lagi.
Sembari memantapkan diri dan tekad, Naninna berusaha untuk bangkit kembali dan memulainya dari awal. Dimana musuh bebuyutannya terus saja berulah hingga membuat seluruh keluarganya terbunuh di masa lalu.
Naninna... tidak akan pernah melupakannya.
Kekejaman yang telah mereka lakukan pada keluarga dan orang-orang terdekatnya, ia akan membalasnya satu-persatu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeeSecret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Itu Adalah Suatu Hal Yang Normal
Saat ini Naninna tengah bersantai di pinggiran kolam renang.
Lebih tepatnya di sebuah kursi panjang sembari merebahkan tubuhnya yang terasa amat lelah. Masih terfikirkan bagaimana tindakkan Chloe padanya, Naninna reflek merengut sebal dan dalam hati memaki kasar sikap Chloe terhadapnya. Dirinya tidak masalah jika Chloe memang memiliki perasaan terhadapnya, hanya saja tindakan Chloe sudah mencapai batas wajar terhadap dirinya.
"Pasti sakit..."
Gumamnya pelan. Ia merasa bersalah karena sempat mendorong wanita itu hingga kepalanya mengenai sandaran kasur. Tapi sikapnya juga tidak bisa dibenarkan. Jika saja Chloe tidak seperti itu, mana mungkin kan dirinya mendorong tanpa alasan? Padahal wanita itu tengah sakit, tapi dirinya malah menambahkan beban di tubuh Chloe.
Menyadari perubahan sikap sang Nona, Yumiella sebagai pelayan setia pun tidak tahan untuk tidak bertanya. Karena setelah keluar dari kamar Chloe, Nona-nya itu langsung menampilkan wajah murung seperti tidak enak di pandang. Selain itu, Yumiella juga tidak lupa mengecek bagaimana dengan keadaan Chloe. Wanita itu bahkan masih sempat tersenyum senang dan bahagia, seolah telah mendapatkan jackpot dalam hidupnya. Tapi disini dirinya juga sangat peduli dengan keadaan sang Nona, hingga Yumiella memutuskan untuk bertanya langsung pada wanita itu.
Namun bukannya jawaban benar yang akan ia dengar, nyatanya perkataan Chloe langsung membuat Yumiella tidak tahan untuk tidak menempeleng wajah datar wanita sialan di depannya itu.
Aku menciumnya... sekali lagi. Bibirku tidak nyaman jika sehari tidak menciumnya. Sudah dua hari diriku tidak bertegur sapa dengannya. Sekalinya melihat, aku malah di suguhkan oleh pandangan yang tidak terkira dari Tuhan.
Seperti itulah jawaban Chloe.
Pantas saja Nona-nya itu tampak murung dan merasa dilecehkan.
"Nona... Apa yang kau fikirkan? Tidak kah kau merasa tenang dan bahagia setelah melihat beberapa bunga yang telah aku rangkai ini hingga membentuk sebuah mahkota? Setidaknya jangan kau tampilkan wajah murungmu itu di depanku, Nona. Sungguh aku tidak berdaya melihatnya..."
Yumiella mulai resah.
Semua ini karena Chloe sialan mesum itu. Namun wanita penyebab sedihnya sang Nona, sekarang malah asyik berdiri tanpa tahu bagaimana suasana hati sang Nona.
Benar-benar tidak tahu malu.
Chloe menyadarinya. Iris kelamnya tak sengaja bertubrukkan dengan mata Yumiella yang kini tengah menyorotnya tajam. Seolah mengatakan awas saja kau kalau sampai besok Nona tidak kembali bahagia seperti dulu, aku akan memutuskan urat lehermu yang tidak tahu malu itu.
Namun Chloe sama sekali tidak peduli. Wanita itu bahkan balik menggodanya dengan menjilat bibir bawahnya penuh sensual. Yumiella melotot dan hampir saja tersedak air ludahnya sendiri. Chloe tersenyum miring. Namun pandangannya tak luput dari sosok Naninna yang saat ini tengah bertelanjang dan hanya menggunakan bikini santai.
Chloe mendadak menelan ludah.
Ini... tidak bisa dibiarkan. Mataku benar-benar ternodai dengan permata indah yang turun dari taman surgawi.
"Maaf, Miella... Jika sikapku barusan sempat membuatmu tidak nyaman. Hanya saja akhir-akhir ini diriku di penuhi oleh banyak hal."
"Apa itu, Nona?"
Pandangan Naninna seketika terarah pada sosok Chloe yang kini juga tengah menatapnya... mesum? Sontak Naninna melihat tubuhnya saat ini yang hanya berbalut kain tipis khusus berenang. Bukannya takut, Naninna malah semakin menantang teman kecilnya itu. Naninna mulai duduk dengan gaya sedikit menggoda. Membelai pelan kulitnya berharap Chloe terangsang.
Wanita itu... kini menatapnya penuh instens.
Merasa di tantang, Chloe dengan tanpa tahu malu berjalan penuh keyakinan ke arah Naninna lalu tanpa aba-aba mencium bibirnya... sekali lagi.
Yumiella mematung di tempat.
Merasa tidak punya wajah lagi akibat ulah si otak mesum Chloe itu, Yumiella merasa pasokan udara disekitarnya sedikit demi sedikit terkikis. Hawa di sekitarnya berubah panas, saat Chloe semakin ganas melumat bibir ranum milik sang Nona. Dalam diam, Yumiella menelan ludah. Dirinya ingin menegur namun pandangannya tak lepas dari adegan tersebut. Hingga sebuah suara menghentikan mereka.
Chloe mengusap penuh damba bibir milik Naninna, menyeringai puas. Sebelum berdiri, Chloe menyempatkan meremas pelan bongkahan sintal milik Naninna, wanita itu langsung menampar Chloe, sekali lagi.
"Kau... tidak sopan!"
"Tapi kau menyukainya." Jawab Chloe menyeringai puas. "Kau juga yang menggodaku terlebih dahulu, Naninna."
Naninna membuang muka.
Wajahnya memanas. Namun seketika berubah ketika iris emasnya menemukan sosok Amalia yang kini juga menatapnya syok setelah melihat itu semua.
"Kakak-itu..." Naninna kembali rileks. Menunggu apa yang akan di ucapkan oleh Amalia. "Apa yang kalian lakukan?"
Amalia bahkan tidak menyadari saat ini nampan berisikan kue di tangannya gemetar hebat.
"Ada apa, Amalia? Kenapa kau melihatku seperti melihat hantu?"
Amalia menggeleng, "Bukan seperti itu. Aku hanya, hanya..."
Ternyata benar apa yang di katakan oleh Meida, bahwa Chloe memang memiliki perasaan terhadap Naninna. Hanya saja dirinya terlalu terkejut seolah belum siap menerima apa yang ia lihat baru saja.
Amalia melirik ke arah Chloe yang kini juga menatapnya. Dia sedikit takut setelah melihat pemandangan yang telah lewat beberapa detik yang lalu. Amalia memilih menghampiri Naninna lalu duduk di depannya.
"Kalian tadi... ciuman." Cicitnya pelan.
"Memangnya kenapa? Ada masalah?"
Jelas masalah. Karena posisi Naninna juga telah bersuami. Beruntung hari ini tidak ketahuan oleh Matthew, namun disini Chloe juga salah. Sesama wanita kenapa mereka ciuman layaknya antara pria dan wanita?
"Kakak, kau sudah bersuami. Jika nanti Matt melihatmu, apakah kau tidak takut bagaimana reaksinya nanti?"
"Untuk apa aku harus takut? Selain itu... aku juga tidak tahu apa yang telah kalian lakukan selama 3 hari pergi tanpa memberiku kabar. Padahal disini statusku sebagai istri sah, kenapa aku merasa jika Matt tidak pernah menghargaiku?"
Amalia kehilangan kata-kata.
Naninna tersenyum meremehkan, "Atau jangan-jangan... diam-diam kalian menjalin hubungan di belakangku? Siapa tahu benar kan?"
Amalia sontak menggeleng keras. Seakan menegaskam bahwa perkataan penuh curiga dari wanita itu semuanya adalah kebohongan. Amalia menjadi ragu dan takut, jika Naninna menyadari hal itu, lantas bagaimana nasib dirinya dan juga Matt? Tanpa sepengetahuan dirinya pun, Amalia menggigit kuku jarinya, ia merasa gugup.
"Aku hanya bercanda." Jawabnya sembari mengambil beberapa kue lalu memakannya. Mm... Lumayan enak. "Kau tidak perlu khawatir, meskipun memang benar kau berselingkuh dengaj suamiku, aku tidak akan peduli. Selama ini Matt tidak pernah menunjukkan ketulusannya terhadapku. Meskipun raganya ada di depan mataku, tapi nyawa dan juga hatinya seolah terpaut pada seseorang... dan itu bukanlah diriku. Daripada memberikan perasaanku yang tulus ini kepada dia yang sama sekali tidak menghargaiku, lebih baik aku menyerah dan lebih memilih mencari pengganti."
"Kakak.... kau-" Amalia mulai panik. "Kau tidak boleh berkata seperti itu! Aku dan Matt tidak memiliki hubungan apapun, aku... aku hanya sedikit dekat dengannya. Dia sudah kuanggap sebagai Kakak laki-lakiku, kalau kau merasa cemburu aku akan menjauh darinya."
Heh...
I got you!!
Akhirnya... Amalia telah masuk kedalam perangkapnya kan? Dia kira selama ini dirinya bisa si bohongi begitu? Mengingat bahwa tubuhnya ini adalah milik di kehidupan kedua, sebelum melakukan telepati ke dunia ini, di kehidupan sebelumya, Naninna juga telah mempersiapkan segalanya dengan cermat sebelum kematiannya. Jadi dirinya dengan lebih mudah menjalani hari-harinya untuk terus membalaskan dendam.
"Amalia... Tenanglah. Lagipula aku hanya bercanda kan? Dan itupun kalau misalnya... ya semoga saja tidak benar-benar terjadi."
"I-iya, semoga saja." Amalia menjawab kaku. Nadanya berubah putus-putus dengan keringat mengalir deras di wajahnya. "Dan tadi..."
Naninna melihat arah pandang Amalia.
Oh... Naninna lagi-lagi mendapatkan ide. Rasa ingin menjahili wanita di depannya ini semakin besar ketika wajah takut dan juga ingin tahunya tercetak jelas disana.
"Kenapa? Kau menginginkannya juga?"
"Y-ya?" Amalia mendadak loading. Melihat Naninna saat ini tengah menatapnya.... menggoda.
"Kau menginginkannya juga kan?" Naninna menyentuh bibirnya sendiri. "Ci-u-man."
Seketika kedua matanya terbelalak sempurna.
apa-apaan Naninna ini?! Kenapa dia benar -benar tidak tahu malu seperti ini? Apa setelah insiden jatuh dari tangga itu, otaknya menjadi eror dan sedikit bergeser? Jadi otaknya selalu di penuhi oleh fikiran mesum.
"APA MAKSUD KAKAK?!" Amalia salah tingkah. Tubuhnya benar-benar bergerak acak dan tidak tahu lagi dimana dirinya akan meletakkan wajahnya saat ini. "Ki-kita sama-sama wanita. Kenapa Kakak berbicara seolah Kakak tidak normal."
Naninna sedikit tidak terima. Ia menautkan kedua alisnya, "Kau menuduhku belok?"
"Maksudku-" Amalia jadi bingung. "Bukan seperti itu. Aku hanya tidak menyangka kalau Kakak akan diam saja saat Chloe menciummu. Meskipun wajar kalau misalnya sekedar cium pipi, tidak masalah. Tapi dia melakukannya di bibirmu.... dan tangannya berani meremas pantatmu! Itu, itu tidak normal."
"Itu normal. Kita melakukannya waktu kecil, dan keterusan sampai sekarang." Naninna menjawab acuh. Seolah tidak keberatan akan ucapan dari Amalia.
"Tapi bagiku tidak. Kalian sama-sama wanita, bagiku normal itu hanya jika melakukan ciuman di pipi saja, kecuali kalau... sesama lawan jenis. Kau pasti pernah melakukannya dengan Matt."
Ada sedikit nada tidak terima ketika Amalia mengucapkan kalimat terakhir. Tidak ingin melepaskan kesempatan itu, Naninna memiliki ide lagi untuk semakin menggodanya.
"Ya... aku memang pernah berciuman dengan, Matt... waktu itu saat haneymoon di Indonesia. Kita melakukannya dari malam sampai pagi."
uhuk... uhuk...
Yumiella terbatuk, tidak sengaja. Dirinya terkejut karena Nona-nya itu, karena hanya untuk menggoda Amalia, harus berbohong sedemikian rupa.
"Dari, malam sampai pagi?" Cicitnya pelan, hampir tidak terdengar. Naninna mengangguk santai. Sesekali ia membuang arah karena tidak ingin Amalia melihatnya sedang menahan tawa.
ya Tuhan... jika dimasa lalu dirinya lebih pintar dan tidak termakan oleh rayuan dari si Matthew brengsek itu, menyadari jika Amalia benar-benar terlalu polos dan bodoh untuk di bohongi, kenapa tidak dari dulu ia melakukannya??