NovelToon NovelToon
I Love You More, Little Sweety

I Love You More, Little Sweety

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO / Mengubah Takdir
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: DeeSecret

Setelah bangun dari kematian, dan menyaksikan keluarganya di bunuh satu persatu untuk yang terakhir kalinya, kini Naninna hidup kembali dan bereankarnasi menjadi dirinya lagi. Memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin. memastikan bahwa apa yang telah di alaminya saat ini hanyalah ilusi, namun ia merasakan sakit saat jari lentiknya mencubit pelan wajah mulusnya. Seketika ia tersadar bahwa hal ini bukanlah ilusi, melainkan kenyataan yang harus ia terima. Tidak mengerti mengapa Tuhan masih baik dan mau memberinya satu kesempatan, Ninna menyadari bahwa ia tidak akan menyia-nyiakannya lagi.

Sembari memantapkan diri dan tekad, Naninna berusaha untuk bangkit kembali dan memulainya dari awal. Dimana musuh bebuyutannya terus saja berulah hingga membuat seluruh keluarganya terbunuh di masa lalu.

Naninna... tidak akan pernah melupakannya.

Kekejaman yang telah mereka lakukan pada keluarga dan orang-orang terdekatnya, ia akan membalasnya satu-persatu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeeSecret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Yang Sudah Diketahui

Akash merasa ada yang aneh dengan seluruh tubuhnya.

Beberapa saat yang lalu, ia mengingat begitu jelas tempat terakhir yang ia kunjungi. Bersama Naevis-sebelum pergi untuk menemui Matthew, mereka berencana untuk minum beberapa vodka kesukaannya. Ada satu kedai yang terkenal akan minuman kerasnya. Namun.... hal terakhir yang ia ingat adalah sebuah hantaman keras mengenai tengkuknya dan setelah itu dirinya tidak mengingat apapun.

Meskipun kedua matanya dalam keadaan tertutup oleh sebuah kain, Akash tidak mungkin tidak menyadari apa yang terjadi pada dirinya dan juga temannya. Naevis masih belum sadar dan tidak tahu ada dimana dirinya berada sekarang. Namun yang pasti saat ini ada sebuah tali yang sedang terikat kuat di sekujur tubuhnya. Akash tidak tahu dimana keberadaan Naevis, saat telinganya berhasil menangkap suara erangan, ya.... temannya itu sudah sadar.

"Hei! Kau sudah sadar?"

"Ngh.... ssst, akh!" Naevis mengadu saat merasakan sakit di bagian tengkuknya. Rasa pusing melingkupi kepalanya karena beberapa saat yang lalu ia mengingat bahwa sedang minum bersama Akash. Hanya saja saat ini... dirinya merasa ada yang tidak beres, "Kepalaku terasa sakit sekali.... Kenapa semuanya gelap."

"Hei! Diamlah." Naevis tidak menghiraukannya. Pria itu mulai merasakan ada yang tidak beres. Kedua matanya tertutup oleh kain-yang entah siapa pelakunya. "Apa kepalamu masih terasa pusing?"

Naevis mengangguk. Desisan kecil keluar dari bibirnya.

"Dengar, kita tidak tahu dimana sekarang kita berada. Mungkin kita sedang di culik entah dengan alasan apa. Namun yang pasti jangan pernah kau bertindak gegabah dan berusahalah untuk tutup mulut."

"Persetan dengan tutup mulut!" Naevis mulai jengah. Namun begitu, ia masih bisa mengontrol suaranya agar tidak sampai terdengar kesiapapun. "Semua ini karena si bajingan Matthew! Kalau saja kita tidak terlibat dengan masalah dia, kita tidak akan di culik dan di sekap seperti ini."

"Bukan saatnya untuk kita marah-marah dan saling menyalahkan. Aku tidak tahu siapa orang yang berani menculik kita seperti ini. Namun yang pasti... mungkin ini ada kaitannya dengan rencana yang tengah kita susun belakangan ini."

prok! prok!prok!

Suara tepukan tangan mengalihkan atensi mereka. Sosok anggun dengan pakaian serba hitam muncul mengejutkan dua pria itu. Sepatu tinggi boot berwarna cokelat tua terpasang sempurna dan begitu cocok di kaki jenjangnya. Sosok itu berdiri tepat di hadapan mereka. Berjongkok, mengamati wajah mereka guna untuk menanyakan sesuatu hal yang penting.

"Kalian hanya perlu menjawab jujur saat aku mulai bertanya. Dan aku.... tidak menerima ke-bo-ho-ngan."

Rambut hitam legamnya terikat tinggi dengan beberapa anak rambut jatuh disisi wajahnya. Telapak tangannya terbungkus sarung tangan hitam sembari memegang erat pistol di genggamannya. Suara dari pistol sedikit mengejutkan mereka. Akash tidak tahu betul siapa sosok itu. Namun dari suaranya jelas dia adalah seorang wanita muda.

Suaranya ringan namun sangat tegas dan dominan. Membuat siapapun yang mendengar serasa di himpit oleh yang namanya ketakutan.

"Aku tidak tahu siapa kau. Setidaknya beri kami alasan mengapa kau menculik kami dengan cara murahan seperti ini." Akash sontak menoleh saat Naevis dengan berani bertanya tanpa memikirkan dampak dari perbuatannya. "Kau fikir... kami akan memberitahumu semuanya setelah kau melakukan hal semacam ini? Kami bukanlah seseorang yang mudah di manipulasi."

Terdengar tawa meremehkan disana.

Akash menelan ludah. Sosok di depannya ini.... bukanlah sosok yang sembarangan untuk di remehkan. Hal itu sudah terlihat jelas hanya dengan mendengar suara beratnya. Meskipun dia seorang wanita, namun Akash berfikir jika wanita itu memiliki karakter yang kuat dan pandai dalam memanipulasi seseorang.

".... Manipulasi?" Jawabnya dengan mengulang kalimat yang sama, namun dengan nada sedatar mungkin. "Bahkan kalian tidak menyadari bahwa kalianlah yang sudah di manipulasi olehnya. Kau... bodoh?"

Apa maksudnya? Dimanipulasi oleh siapa? Apakah seseorang itu adalah Matthew si bajingan tengik itu? Mengapa wanita itu tahu tentang Matthew?

"Pasti ada banyak berbagai pertanyaan di dalam otak dangkalmu itu. Tapi disini yang jelas, hanya akulah yang boleh untuk bertanya dan kalian hanya perlu menjawab jujur. Karena jika tidak... Kalian harusnya sadar dengan benda tajam yang sedang melilit leher kalian itu."

Akash bahkan baru menyadarinya sekarang. Naevis nampak gelisah dan tanpa sadar menggerakkan lehernya namun beberapa benda tajam seperti jarum berhasil menembus kulit lehernya.

"Ah... aku lupa memberitahu kalian bahwa kawat berduri itu akan menembus leher kalian jika bergerak begitu saja."

"Brengsek! Lepaskan kami!"

Wajah Naevis terlempar ke kiri saat wanita itu menamparnya. Lagi... aliran darah keluar dari kulit lehernya, kali ini lebih banyak karena beberapa masih menancap di beberapa bagian.

"Jangan pernah berteriak di depanku. Kau sungguh tidak pantas." Ia mengapit dagu Naevis, mencengkeramnya erat. "Katakan padaku, sudah sejauh mana.... kalian merencanakan untuk membantai seluruh Keluarga Giovanno?"

Tubuh keduanya menegang.

Kali ini... apakah mereka benar-benar akan mati dengan cepat? Jika memang wanita ini adalah suruhan dari Keluarga Giovanno ataupun dari seseorang bernama Raken... mungkin bisa jadi mereka akan mati sia-sia. Sebelumnya Akash tidak pernah sekalipun memikirkan dampaknya. Musuh yang akan mereka hadapi bukanlah sekedar sebuah keluarga yang bahagia. Namun ada sosok yang begitu menjaga dan siap menjadi tameng untuk Keluarga tersebut meskipun harus dengan cara yang hina sekalipun.

"Kami merencanakan pembantaian itu... tidak ada sangkut pautnya denganmu. Mengapa kau bertanya sedangkan kami tidak mengetahui siapa dirimu? Apakah itu sama saja dengan membawa sebuah kekalahan tanpa bergerak terlebih dahulu?"

Wanita itu lagi-lagi tertawa karena merasa konyol dengan jawaban dari Akash. Pria itu dari tadi hanya diam dan sekalinya berbicara, sanggup membuatnya mendapatkan minat untuk mempermainkan mereka bukan?

"Hei.... kalian belum sadar juga?" Wanita itu menjentikkan jarinya agar Akash sadar dengan situasi yang tengah dia hadapi saat ini, "Kau belum sadar diri di saat kau hampir berada di ambang kematian? Dengan kalian duduk tanpa melakukan apapun seperti ini, itu sama saja bahwa kalian telah kalah. Sadarlah..."

"Dasar bodoh..." Desis Naevis pelan karena menyadari kebodohan yang dialami oleh temannya itu.

"Hah... ayolah, jangan bertingkah dan duduklah dengan tenang. Dengan begitu kalian tidak akan cepat mati."

"Apa maksudmu?" Akash berusaha meminta penjelasan saat wanita itu memiliki rencana lain yang tidak ia ketahui. "Bukankah kau menculik kami hanya untuk dibunuh setelah mendapatkan beberapa informasi mengenai rencana pembantaian keluarga Giovanno?"

Wajahnya berubah kaku saat nama Keluarga itu diucapkan secara tidak sopan dengan orang yang bahkan tidak ada bandingannya dengan semut. Wanita itu mengambil sebuah palu lalu menghantamkannya pada kepala pria itu.

Akash berteriak kesakitan. Darah segar mengalir dari kepalanya. Hebatnya... pria itu tidak langsung pingsan. Namun samar-samar suaranya terdengar parau dan serak.

Naevis menelan ludah. Ia tidak tahu apa yang terjadi, namun yang pasti temannya itu mungkin terkena pukulan sebuah benda tumpul dan tersengar suara debuman dan retakkan.

"Berani-beraninya kau menyebut nama itu dengan mulut busukmu? Kau benar-benar sampah!"

"Apa yang kau inginkan brengsek?! Berhentilah bermain-main dengan kami dan katakan yang sebenarnya!"

"Kenapa? Kau ingin mati secepatnya? Kau ingin aku membunuh kalian secara langsung supaya kalian tidak lagi mengalami rasa sakit yang yang sangat menyakitkan?" Apakah dirinya akan membiarkan hal itu terjadi? Tidak akan! Tidak akan ia membiarkan mereka mati dengan mudah. Dirinya akan menggunakan dengan cara menyakitkan sekalipun harus menguliti mereka hidup-hidup. "Bermimpilah."

"Meskipun kau menyiksa kami dengan cara yang kejam sekalipun, kami tidak akan mengatakan yang sebenarnya." Naevis sudah muak. Meskipun telinganya sedikit mendengar suara desisan menyakitkan dari Akash, ia juga di landa ketakutan. Hati dan fikirannya bimbang dan sedikit ragu saat ingin mengatakan kebenarannya.

"Kau fikir... aku tidak mengetahui rencana kalian sebelumnya? Aku membawa kalian kesini hanya untuk bersenang-senang saja. Pria itu sudah ada seseorang yang mengurusnya. Aku disini hanya berusaha mengendurkan tekad kalian lalu membuatnya jatuh, sejatuh-jatuhnya."

"BRENGSEK!"

"Hahahahaha!!" Ia mengusap air mata disudut matanya. Pistol di genggamannya ia mainkan secara acak. "Untuk beberapa hari, kalian akan tetap disini. Itu tergantung bagaimana kalian bertahan, karena kalau tidak... mungkin dalam waktu 3 hari tempat kalian sudah tidak berada disini lagi, melainkan di neraka."

"Siapa sebenarnya kau?" Suara Akash terdengar parau. Wanita itu membersihkan darah dengan kain di sisi wajahnya. Wajah pria itu sudah pucat pasi karena terlalu banyak kehilangan darah. "Kami hanya merencanakan, dan masih belum dalam fase pembantaian. Kami akan mundur dan balik membentuk aliansi denganmu."

"Wah... lihatlah... bahkan dalam keadaan sekarat pun, kau berusaha melindungi nyawamu dengan cara bekerja sama denganku. Tidak sadarkah kau siapa diriku? Kalian bahkan berani membentuk aliansi dengan Davichi tanpa mengetahui seluk beluk pria itu. Nyalimu sungguh besar sekali."

Ia sedikit kagum karena Matthew benar-benar pandai menghasut dua orang yang tidak berguna ini agar bisa berbicara dan menjalin kerja sama dengan Davichi. Pria iblis itu mungkin saat ini sedang bahagia karena telah menemukan mainan terbarunya.

"Kau... mengetahui siapa Davichi?" Kali ini Naevis tidak tahan untuk tidak penasaran dengan wanita itu.

Wanita itu menoleh dengan wajah polos, "Tentu saja. Siapa seseorang yang tidak tahu dengan pria itu? Davichi benjamin musuh bebuyutan dari Keluarga Giell, bahkan dia sudah berani terang-terangan menghancurkan salah satu Perusahaan cabang milik Tuan Muda yang sangat di takuti."

Kedua nampak terdiam.

Keraguan mulai menyelimuti mereka karena sebenarnya mereka juga tahu betul siapa pria bernama Davichi itu. Apalagi seseorang yang tengah ia singgung tidak kalah kuatnya dengan Davichi.

"Hah... kalian benar-benar telah mengambil keputusan yang sangat tepat.... untuk menghabisi nyawa kalian sendiri."

1
IndraAsya
👣👣👣
Eonjin♤
Bravo, thor! Karanganmu berhasil membuatku menangis dan tertawa pada saat yang sama.
彡 Misaki ZawaZhu-!
Bikin nagih 😍
Desi Oktafiani
Baru baca beberapa chapter aja udah pengen rekomendasiin ke temen-temen semua!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!