Rumah?
Ayra tidak memiliki rumah untuk benar-benar pulang. Rumah yang seharusnya menjadi pelukan hangat justru terasa seperti dinding-dinding dingin yang membelenggunya. Tempat yang semestinya menjadi surga perlindungan malah berubah menjadi neraka sunyi yang mengikis jiwanya.
Siapa sangka, rumah yang katanya tempat terbaik untuk pulang, justru menjadi penjara tanpa jeruji, tempat di mana harapan perlahan sekarat.
Nyatanya, rumah tidak selalu menjadi tempat ternyaman. Kadang, ia lebih mirip badai yang mencabik-cabik hati tanpa belas kasihan.
Ayra harus menanggung luka batin yang menganga, mentalnya hancur seperti kaca yang dihempas ke lantai, dan fisiknya terkikis habis, seakan angin menggempurnya tanpa ampun. Baginya, rumah bukan lagi tempat berteduh, melainkan medan perang di mana keadilan tak pernah berpihak, dan rumah adalah tangan tak terlihat yang paling kejam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @nyamm_113, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TENTANG PERASAANNYA
HAPPY READING
Terik matahari membuat semua siswa siswi ingin seera meninggalkan lapangan upacara yang sedang berlangsung, wajah mereka terlihat semakin tertekan saat tak mendapati ujung dari pidato kepala sekolah.
Di barisan kelas dua belas Ips A, barisan murid laki-laki paling belakang yaitu ada Lion, Marsel, Maverick, dan Bagas. Adam? Tentu saja dia berada di barisan depan.
“Gue pengen kunyah es batu dah, panas woi.”Marsel mengibas-ngibaskan tangannya dengan wajah merah menahan terik matahari yang membakar kulit putihnya.
“Sama, tu bapak-bapak pidato itu-itu mulu. Ngak bosan apa? Gue yang dengarnya udah bosan,” balas Lion.
“Namanya juga makan gaji buta,” papar Maverick dengan blak-blakan. Lion dan Marsel bertepuk tangan pelan, Maverick memang tidak ada takut-takutnya.
Bagas berdiri tepat di sebelah Maverick, kedua tangannya di masukkan ke dalam sakunya dengan tatapan dingin, serta raut wajah datar. Tidak tertarik dengan obrolan ketiga sahabatnya, pikirannya melayang mengingat fakta yang beberapa waktu lalu sedikit membuatnya pusing.
“Sial,” desisnya pelan.
“Ha? Apa bos?”
Bagas melirik sekilas Lion yang berdiri di depan Maverick, sepertinya Lion memiliki pendengaran yang tajam. Bagas membuang wajahnya, bahkan Maverick juga menatapnya.
“Apaan?” Marsel ikut melihat Lion. Lion mengangkat alisnya saat tatapannya bertemu dengan Marsel.
“Ha?”
“Lo kenapa sih?!”
“Lo yang kenapa?”
“Ngak jelas.”
“Lo yang ngak jelas.”
“Lo berdua berisik!”
&&&
Wajah Ayra semakin pucat, bibir tipis itu mengeluarkan rintihan kecil, keringat dingin membasahi wajah cantiknya, dan tangan yang meremas rok sekolahnya untuk menahan rasa sakit di kepalanya.
Berdiri di barisan kedua dari depan membuat Ayra harus tetap berdiri tegak, di sebelahnya ada Serin yang tidak lagi fokus ke depan, melainkan fokusnya teralihkan pada wajah Ayra yang membuatnya panik dan khawatir.
“Ayra, wajah lo pucat banget. Ke uks aja ya, gue antar.”
Ayra melirik Serin, lalu berkata. “A-ku ngak apa-apa kok, cuman pusing sedikit aja.”
Serin menggapai lengan Ayra, menatap ke depan yang di mana kepala sekolah masih belum ada tanda untuk mengakhiri sambutannya. “Ngak apa-apa gimana? Lo ngak baik Ayra, wajah lo pu-,”
Bruk
“Ayra!” Pekik Serin tertahan saat tubuh Ayra tiba-tiba saja jatuh. Untung saja ada Novia yang berdiri di belakang Ayra hingga Novia bisa menahan tubuh itu agar tidak terjun bebas menghantam semen.
“Astaga, Ay! Hei, lo kenapa?” Novi kaget dengan tubuh Ayra yang tiba-tiba saja terjatuh.
“PMR! PANGGIL PMR WOI!” Itu ketua kelas mereka. Ikut panik saat mendapati salah satu anggota kelasnya pingsan.
“MANA SI SISWA YANG PIKET, TEMAN GUE PINGSAN WOI.”
Barisan kelas Ayra dkk seketika riuh dengan kehebohan siswanya, mereka sama-sama panik karena sebelunya Ayra memang tidak pernah pingsan saat upacara seperti ini.
“ADA APA DI SANA?” Bambang tidak melanjutkan pidatonya lagi. Kepala sekolah itu tertarik dengan barisan siswa kelas sebelas.
“ADA YANG PINGSAN PAK.”
Siswa kelas Ayra melingkar untuk melindungi Ayra dari terik matahari dan juga mencegah siswa lainnya melihat teman kelas mereka.
“Darah? Mimisan?” Serin semakin dilanda kepanikan.
“Astaga Ay, lo kenapa bisa...,”
“Minggir,” seru salah seorang murid laki-laki dengan seragam rapih menyelip masuk barisan kelas Ayra dkk. “Gue bantu angkat ke uks.”
“K-ak T-io,” lirih Serin.
&&&
Langkah lebar Tio membawanya menuju ruang uks dengan seorang gadis di dalam gendongannya yang menutup rapat matanya, wajah cantik namun pucat, serta bibir yang tipis sering tersenyum itu pun ikut pucat, dan hidung mancung kecil masih terdapat noda merah.
“Sial, uksnya kenapa jauh bangat si, sattt,” tekannya semakin mempercepat langkahnya di koridor sekolah.
Masih ingat Tio? Iya, anak pak Bambang selaku kepala sekolah Olympus School. Musuh Bagas di lapangan basket ataupun di luar lapangan basket, hanya ada ketegangan ketika keduanya bertemu.
Tio mengagumi kecantikan Ayra, walau gadis yang berada dalam gendongannya ini berwajah pucat, namun kecantikan Ayra tetap terlihat.
Sedikit lagi langkahnya sampi di depan pintu uks, tapi langkahnya terhenti saat melihat tubuh jangkung seorang murid yang sangat dikenalinya hingga napas berat Tio terdengar.
“Minggir,” ucap Tio dengan wajah dingin. Tio menghela napas panjang, berusaha tetap sabar dan tenang berhadapan dengan musuhnya ini. “Lo ada urusan sama gue? Gue ba-,”
“Serahin dia,” ujarnya dengan sorot mata tajam menatap gadis yang masih menutup rapat matanya itu.
Rahang Tio mengeras, menatap nyalang Bagas. “Ngak, minggir Bagas.”
Ketegangan semakin terasa saat masing-masing dari keduanya mengeluarkan auranya, koridor itu sepi mungkin saja upacara masih berlangsung.
Salang satu sudut bibirnya terangkat, menatap remeh Tio. “Lo, serahin dia.” Bagas melangkah pelan hendak mengambil alih tubuh Ayra.
“KAK TIO!”
Untung saja, pergerakan Bagas terhenti saat melihat kedua sahabat Ayra berlari menghampiri mereka bertiga. Serin dan Novia datang bersama dengan wajah masih dilanda kekhawatiran.
“Kak Tio, astaga kak. Ayranya kenapa masih belum di bawah ke dalam si kak,” ringis Serin setelah melihat Tio masih menggendong Ayra ala bridal styel.
“Sorry, nih ada hama yang ganggu.” Tio menatap sinis Bagas yang hanya diam didepannya. Novia dan Serin melihat Bagas, tetapi mereka berdua tidak peduli.
“Kak Tio, lebih baik kakak bawah Ayra ke dalam.” Novia menarik seragam sekolah Tio dengan pelan.
Tio mengangguk, langkahnya membawa Ayra masuk ke dalam ruangan uks guna mendapatkan perawatan dari petugas uks. Meninggalkan Bagas yang menatap mereka dingin, kedua tangannya terkepal kuat di dalam sakunya.
Gue kenapa? Sial.
&&&
Tio menendang kuat pintu di depannya, napasnya memburu, dan rahangnya mengeras. Mata tajamnya menelurusi sisi rooftop sekolah ini, mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih saat melihat Bagas berdiri tak jauh darinya.
Dengan langkah cepat dengan langkah berat, tujuannya hanya satu. Memberi hadiah kepada Bagas, setelah kembali dari uks dirinya memang hendak menemui Bagas.
Bugh!
Pukulan kuat Bagas dapatkan saat tubuhnya tiba-tiba dipaksa berbalik, belum sempat mengatakan sesuatu pukulan Tio lebih dulu mendarat di ujung bibirnya hingga sobek.
“Sini lo, sialan.” Tio menarik kerah seragam Bagas. “Ada masalah apa lo sama gue, ha?”
Bagas tersenyum smirk, terlihat santai menghadapi Tio yang tersulut emosi dan amarah. Dengan gerakan cepat, dia melepaskan diri dari Tio dan berdiri tegak menatap Tio.
“Kuat juga pukulan lo,” ucapnya. Lalu, meludah ke lantai tanpa ragu. Bagas tidak tinggal diam, maju selangkah dan membalas Tio.
Bugh
“Kenapa lo yang bawah gadis sial itu, ha?” ucapan Bagas membuat Tio semakin terpancing oleh emosinya.
“Jaga ucapan lo sial,” tekan Tio. Tidak mau kalah, membalas pukulan Bagas di bagian perut. Tidak memberi cela Bagas untuk menyerangnya kembali.
Bugh
“SIALAN LO TIO!”
Bugh
Pertarungan itu tidak diketahui siapa pun, mereka berdua memang sering seperti itu. Bagas dan Tio seperti Air dan minyak, sulit untuk bersatu. Jika disatukan pun tidak akan pernah menyatu.
Tio sama kuatnya dengan Bagas, mereka mendapatkan luka lebam dimasing-masing wajah tampan mereka. Mereka tidak peduli bel masuk, hanya fokus menyerang dan tidak tumbang.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK👣 KALIAN DAN TERIMAKASIH BANYAK TELAH MAMPIR😗
SEE YOU DI PART SELANJUTNYA👋👋
thor . . bantu dukung karya chat story ku ya " PUTRI KESAYANGAN RAJA MAFIA "