NovelToon NovelToon
Di Ujung Asa

Di Ujung Asa

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Penyesalan Suami
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Baim

Amira wanita cantik itu, menatap suaminya dengan perasaan yang sulit di artikan. bagaimana tidak, dua tahun yang lalu, dia melepaskan kepergian Andika untuk bekerja ke kota, dengan harapan perekonomian rumah tangga mereka akan lebih mapan, keluar dari kemiskinan. tapi harapan itu hanyalah angan-angan kosong. suami yang begitu di cintanya, suami yang setiap malam selalu di ucapkan dalam sujudnya, telah mengkhianatinya, menusuknya tanpa berdarah. bagaimana Amira menghadapi pengkhianatan suaminya dengan seorang wanita yang tak lain adalah anak dari bos dimana tempat Andika bekerja? ikuti yuk lika-liku kehidupan Amira beserta buah hatinya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Baim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7

     "Bu..unyi." Alif berlari-lari dengan kaki kecilnya menghampiri Ibunya, yang berada di dapur, sambil membawa HP di tangannya, yang terus berbunyi.

    "Alif sayang jangan lari-lar..."

     Buuukk..

    Belum sempat Amir melanjutkan ucapannya. Alif sudah tersungkur jatuh ke lantai. Suara tangisnya seketika pecah di dalam dapur. Amira melangkah cepat menghampiri anaknya. Bibirnya mengeluarkan darah. Hp yang di pegang Alif terlempar masuk ke bawah kolong meja. Bunyi dering yang sempat terdengar, mati seketika.

    "Amira, apa kamu tidak bisa mengurus anak kamu hahhh. Brisik saja."Teriak Bu Susi kencang, melebihi suara tangis cucunya. Amira tidak menghiraukan. Dia lebih memilih mengurus anaknya, ketimbang meladeni umpatan Ibu mertuanya.

    "Amira diamkan anak kamu itu..kamu jadi Ibu, tidak becus ngurus anak kamu."Bu Susi kembali mengeluarkan umpatannya.

  . "Bisa nggak sih Ibu jangan main teriak, Alif itu jatuh Bu, karena berlari."Akhirnya Amira mengeluarkan suaranya. Dia benar-benar kesal dengan wanita satu ini. Dia baru saja pulang membantu Bu Indah, warga kampungnya, yang menerima orderan ketring untuk acara di balai desa. Dia di minta sama Bu Indah, untuk membantu selama tiga hari kedepannya. Dan hasilnya lumayan. Dia di beri upah sehari seratus ribu. Dan juga dia juga bisa membawa pulang makanan yang tersisa lebih.

     "Apa? kamu sudah mulai membantah aku hahh..dasar menantu kurang ajar, tidak tahu diri kamu Amira. Mentang-mentang kamu yang sudah memberi akau makan, kamu sudah mulai kurang ajar sama aku iya? Ingat ya Amira anakku itu sudah bekerja di perusahaan besar, gajinya juga pasti besar, aku bisa saja menyuruhnya menceraikan kamu. Dan menendang kamu dari rumah ini, kamu mengerti?" Bu Susi berteriak dengan lantang. Dadanya sampai naik turun karena emosi.

    Amira memejamkan matanya sejenak. Hembusan napas berat keluar dari hidungnya. Lagi-lagi Ibu mertuanya menginginkan anaknya menceraikan dirinya. Dia sebenarnya sudah capek. Capek badan, capek hati, capek pikiran. Kalau ingin mengikuti kata hatinya, dia ingin pergi keluar dari rumah ini. Mencari ketenangan jiwanya. Atau ikut suaminya. Meninggalkan Ibu mertuanya sendiri di rumah ini. Tapi semua itu tidak bisa dia lakukan, dia akan tetap bertahan di rumah ini, walau di hina, di caci.

    Dia tidak menggubris ucapan menyakitkan dari Ibu mertuanya. Amira mengangkat tubuh anaknya, yang masih saja menangis. Dengan ujung jilbabnya, Amira membersihkan darah yang menempel pada bibir putranya.

    "Amira..kamu mendengar apa yang barusan aku omongin barusan?"

     "Bu aku itu lagi capek, baru pulang kerja. Bisakah Ibu menghargai aku sedikit saja?"Ucap Amira memohon.

     "Hallaah, kerja gitu saja capek, urus tuh anak kamu, kalau kalian terus seperti ini, lebih baik kalian pergi dari rumah ini. Anakku sebentar lagi gajian, dia pasti mengirimkan aku uang, jadi aku tidak butuh kamu lagi."Ucap Bu Susi, dengan pongahnya.

   Ucap Ibu mertuanya, seperti belati menancap dadanya. Sakit tapi tidak berdarah. Amira tidak percaya. Tapi semuanya jelas terdengar di telinganya. Tak terasa air matanya menetes di depan Ibu mertuanya. Hatinya benar-benar sakit.

    "Ibu meminta ku pergi dari rumah ini?"

    "Iya kenapa? Aku juga akan menyuruh Andika menceraikan kamu, paham?"

     Amira menatap punggung Ibu mertuanya, yang berlalu dari hadapannya, dengan derai air mata.

     "Ibu..tatit." Amira tersadar dengan suara Alif. Tangis anaknya itu belum juga berhenti.

     "Astaghfirullah..maafkan Ibu nak." Amira bergegas membawa anaknya masuk ke dalam kamar.

................

    Selesai makan malam dan sholat Isya, Amira membaringkan tubuh lelahnya di samping anaknya yang sudah terlelap, sejak selesai Magrib tadi. Di tatap wajah imut yang mirip dengan Ayahnya itu dalam-dalam. Bibir yang tadinya kecil, kini sudah berubah bengkak, akibat terkena lantai dapur.

    "Astaghfirullah..HP-nya."

    Amira baru menyadari kalau sedari tadi dia belum melihat HP-nya. Dia mengingat kalau HP-nya di bawah Alif, sebelum putranya itu jatuh. Perlahan Amira bangkit dari tempat tidur. Lalu bergegas keluar dari dalam kamar menuju dapur. Langkah kakinya berhenti di depan pintu kamar Ibu mertuanya. Samar-samar dia mendengar suara percakapan dari dalam. Amira berdiri diam. Memasang telinganya tajam.

    "Jadi kapan kamu mau mengirim uang pada Amira, apa lebih baik kirim uangnya pada Riska saja Dik, dia kan punya rekening di bank, sedangkan Amira tidak punya." Dengan entengnya Bu Susi menyampaikan usulannya.

    Deg..

    Jantung Amira berdetak tak karuan. "Jadi Mas Dika sudah memberi tau Ibu kalau dia mau ngirim uang?"Gumam Amira dalam hati. Kini perasaan Amira tidak baik-baik saja. Dia bergegas pergi dari depan pintu, menuju dapur mencari HP-nya.

   Sementara itu di dalam kamar Bu Susi, "Ya sudah nak, kalau itu maunya kamu, Ibu bisa apa. Bagi kamu istrimu lebih penting, dia segala-galanya bagi kamu. Ibu ini sudah tidak penting lagi bagi kamu. Ya sudah nanti Ibu sampaikan pada istrimu."

    Bu Susi memutuskan sambungan teleponnya, setelah pembicaraannya dengan putranya berakhir. Dia sangat kecewa dengan anaknya. Yang ingin mengirim gajinya langsung pada Amira. Bu Susi memprotes keinginan anaknya itu. Dia mau uang gaji Andika dikirim langsung padanya. Nanti dia sendiri yang memberikan pada Amira. Tapi putranya itu tidak mau. Andika mau istrinya yang menerima gajinya langsung. Dan Bu Susi makin kesal, dia cuma di kasih jatah lima ratus ribu rupiah, dari gaji Andika yang dikirim pada Amira sebesar empat juta rupiah.

Bu Susi tersenyum licik.

    "Kamu pikir aku akan membiarkan kamu menikmati uang anakku, jangan harap. Wanita miskin, tidak tau diri, hidup cuma numpang, sok menguasai. Akan ku buat hidup kamu dalam neraka di rumah ini." Sebuah ide jahat tiba-tiba bersarang di kepalanya.

    Di dapur, Amira sedang mencari HP-nya di segala sudut. "Terlempar dimana ya HP-nya ."Dengan bantuan senter kecil yang diambilnya di dalam lemari makan, Amira mencari di kolong maja makan."Alhamdulillah, itu dia."

     Amira berjongkok, lalu masuk kedalam kolong meja, meraih HP-nya.

     "Sedang apa kamu di kolong meja Amira."

      "Aduh..." Amira mengaduh kesakitan, saat kepalanya terbentur meja. Suara bentakan Ibu mertuanya, mengagetkan dirinya.

      "Amira."

       Perlahan Amira keluar dari kolong meja. "Aku lagi ambil HP Bu, di jatuhkan Alif sore tadi." Ucap Amira memperlihatkan HP jadulnya pada Ibu mertuanya.

    "Huhhh...HP busuk itu saja dicari..cepat hubungi suami mu, dia dari tadi telpon kamu, tapi HP mu mati..bikin repot saja." Bu Susi berbalik meninggal Amira yang masih terduduk di lantai, dengan wajah kesalnya. Amira cuma terdiam memandang Ibu mertuanya yang telah berlalu dari hadapannya, meninggalkan hinaan untuk dirinya. Amira membuang napas panjang.

     "Ya Allah kuatkan hamba. Berilah kesabaran yang berlipat-lipat pada hamba."

     Amira bangkit dari atas lantai. Mematikan lampu, melangkah dengan gontai masuk kamarnya.

    "Mati apa rusak ni HP. Kok nggak mau nyala."

     Amira duduk di tepi tempat tidur, sambil tangannya mengotak atik HP-nya yang tidak bisa menyala. "Ya Allah jangan sampai rusak, aku mau pakai apa, kalau mau hubungi Mas Dika."Sebutir bening menetes begitu saja dari kelopak matanya.

Bersambung........

1
tanpa nama
Dsni perannya amira trlalu bodoh, trllu lemah. Udah bener d belain suami, mlah bersikap bodoh.
Jd gmes bcanya bkin emosi

Thor jgn bkin amira jd org bego. Toh itu cm mertua bkn ibu kndungnya
tanpa nama
Smngt nulis kryanya thor😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!