NovelToon NovelToon
Anak Kandung Yang Bangkit

Anak Kandung Yang Bangkit

Status: sedang berlangsung
Genre:Murid Genius / Mengubah Takdir / Keluarga / Idola sekolah
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: ariyanteekk09

"Setelah bertahun-tahun diabaikan dan diperlakukan tidak adil oleh keluarganya sendiri, senja Aurelie Wijaya anak kandung yang terlupakan memutuskan untuk bangkit dan mengambil alih kendali atas hidupnya. Dengan tekad dan semangat yang membara, dia mulai membangun dirinya sendiri dan membuktikan nilai dirinya.

Namun, perjalanan menuju kebangkitan tidaklah mudah. Dia harus menghadapi tantangan dan rintangan yang berat, termasuk perlawanan dari keluarganya sendiri. Apakah dia mampu mengatasi semua itu dan mencapai tujuannya?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ariyanteekk09, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter 6

     Senja dulu anak yang pendiam dan sering diabaikan di sekolah. Tapi sekarang, semuanya berubah. Kemenangannya yang mengejutkan di Olimpiade Fisika membuat semua orang terpukau.

      Bahkan guru-gurunya pun tak menyangka Senja sepintar itu. Sekarang, teman-teman yang dulu cuek, malah berlomba-lomba mendekatinya, meminta bantuan belajar. Senja dengan senang hati membantu siapa saja yang kesulitan, termasuk Caca. Ironisnya, kebaikan Senja justru membuat Caca marah besar.

       Caca merasa posisinya sebagai siswi paling pintar tergeser. Ia baru menyadari bahwa selama ini prestasinya bergantung pada bantuan Senja, yang diam-diam mengerjakan PR dan membantunya menjawab pertanyaan di kelas.

        Bel berbunyi, Pak Budi, guru biologi, meminta tugas dikumpulkan. Semua murid maju, kecuali Caca yang duduk diam dengan wajah cemberut.

            Dalam hati, Caca menggerutu karena Senja tidak lagi membantunya. Hendra, pacarnya, bertanya mengapa Caca tidak mengumpulkan tugas. Caca berbohong, mengatakan lupa membawa buku. Hendra tampak heran, karena Caca biasanya sangat rajin.

         Ia menyukai Caca karena kepintarannya, bukan kecantikannya; dan jujur saja, Senja jauh lebih cantik dari Caca. Jika Hendra tahu Caca sebenarnya tidak sepintar yang dikira, mungkin ia akan berpikir ulang tentang hubungan mereka.

        Senja memperhatikan Caca dengan tatapan tajam. Ia tahu Caca sedang mengumpatnya dalam hati.

         Nadira dan Dinda, sahabat Senja, berbisik, “Lihat tuh muka Caca, pasti dia takut dimarahi Pak Budi.”

        Dinda menambahkan, “Ini pertama kalinya Caca, si anak pungut, dihukum guru.”

       Nadira menenangkan Senja, “Jangan mau ditindas lagi sama Caca. Kita selalu ada untukmu.”

      Senja mengangguk, bersyukur memiliki sahabat seperti Nadira dan Dinda yang selalu mendukungnya, selain ibunya. Kehidupan Senja telah berubah, dan ia siap menghadapi apa pun yang terjadi.

   Pak Budi memeriksa buku tugas. Satu nama hilang: Caca Pradita.

         “Caca Pradita, mana buku tugas biologinya?” tanya Pak Budi tegas. Caca gugup, “Anu Pak, saya lupa bawa.”

      Pak Budi marah, “Silakan maju ke depan dan berdiri sampai pelajaran saya selesai!” Caca terpaksa maju, wajahnya memerah malu. Teman-temannya berbisik-bisik.

Dulu, Senja yang selalu dihukum karena tak pernah mengerjakan tugas.

       Kini, Senja tersenyum sinis melihat Caca berdiri di depan kelas. “Lo akan merasakan apa yang dulu gue rasakan,” gumamnya dalam hati.

      Hendra mengamati Caca dan Senja. Ia bingung. “Gue curiga sama Caca. Kok tiba-tiba nggak bawa buku tugas? Terus, Senja menang Olimpiade? Selama ini dia selalu bodoh?” pikirnya. Ia tak mengerti perubahan yang terjadi.

        Ia tahu Senja sebenarnya pintar, tapi semenjak Caca datang ke keluarganya, Senja seperti kehilangan kecerdasannya. Meskipun mereka bertunangan, Senja tak pernah bercerita apa pun padanya. Caca selalu menjelek-jelekkan Senja di hadapan Hendra.

      Hendra menatap Senja dengan penuh arti. Mantan tunangannya itu benar-benar berubah.

      “Nja, gue kangen tingkah lo. Dulu lo sering sembunyi-sembunyi nemuin gue, tapi gue nggak pernah peduli. Ucapan lo waktu itu benar-benar terjadi. Lo benar-benar nggak mau lagi dekat sama gue,” batin Hendra menyesal.

        Ia ingat Senja sering diam-diam menemuinya, bercerita tentang perasaannya, tapi malah dihina Hendra. Kini, tak ada lagi Senja yang cerewet mengingatkannya makan dan sholat. Senja benar-benar menjauh.

*******

        Bel istirahat berbunyi. Siswa berhamburan ke kantin, kecuali Senja dan dua temannya yang memilih tetap di kelas, malas berdesak-desakan. Kantin riuh. Berita Caca dihukum Pak Budi menyebar cepat.

   “Kalian tahu? Gue lihat Caca berdiri di depan kelas waktu pelajaran Pak Budi!”

   “Ah, bukan Caca kali. Pasti Senja. Dia kan langganan dihukum guru.”

    “Iya juga ya. Mana mungkin Caca yang pintar dihukum guru?”

     “Eh, kalian nggak tahu berita terbaru? Senja menang Olimpiade biologi! Ternyata dia pintar banget!”

    “Kata temen sekelasnya, Senja sering bantu mereka belajar.” Desas-desus lain bermunculan.

    Radit dan Galih, kakak Caca, menatap Caca dengan penuh pertanyaan. Para siswa begitu heboh.

    “Itu benar, Dek? Lo dihukum Pak Budi karena nggak ngerjain tugas?” tanya Galih.

   Radit menambahkan, “Kok bisa sih? Biasanya lo selalu cepat selesaikan tugas.”

    Sebelum Caca menjawab, Hendra menyela, “Iya, bener. Caca dihukum Pak Budi. Gue juga heran kok bisa.”

      Caca diam, takut keceplosan dan Hendra mengetahui rahasianya selama ini.

      Senja dan teman-temannya tiba di kantin. Dinda langsung memesan makanan. Radit dan Galih kembali menatap senja.

     Mereka tak menyangka Senja berani menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya, tak takut pada amarah ayah mereka jika sampai tahu.

      Caca izin ke kamar mandi, meninggalkan Hendra dan kedua kakaknya yang masih terpaku menatap senja. Keheningan sejenak menyelimuti mereka.

"Kalian sadar nggak sih? Sejak ulang tahunnya yang ke-16, Senja berubah banget. Dia nggak cerewet lagi, malah jadi cuek dan dingin," kata Hendra, memulai percakapan.

Radit mengangguk. "Bener banget, Dra. Dia udah benar-benar berubah."

Galih menambahkan, "Senja nggak pernah iri lagi sama kedekatan kita sama Caca. Dia juga nggak pernah protes, meskipun nggak pernah dikasih uang jajan. Mandiri banget sekarang."

"Bahkan dia sekarang masak sendiri di paviliun tempat tinggal Bibi Minah. Dia beli sendiri semua bahan makanannya," Radit berkata, nada suaranya penuh kebingungan.

Di toilet, Caca berteriak tanpa alasan. "Kenapa harus begini? Senja nggak boleh lebih bersinar dari gue!" batinnya, cemburu menguasai pikirannya.

"Woi! Berisik banget! Ngapain teriak-teriak di toilet?" tegur seorang kakak kelas.

"Terserah gue dong!" balas Caca, menantang.

"Oh, berani sama kakak kelas?"

"Ya emang kenapa?" tantang Caca lagi.

"Dia stres karena Senja sekarang lebih unggul darinya," salah satu kakak kelas berbisik, mencoba menjelaskan perilaku Caca.

Caca tersinggung. Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kakak kelas itu. Pertengkaran pun tak terelakkan. Seseorang diam-diam merekam semuanya.

"Setelah ini, lo bakal hancur, Caca. Jangan sombong! Gimana reaksi orang tua angkat lo kalau tahu kebusukan lo?" Ancaman itu terdengar sebelum sosok tersebut menghilang, melanjutkan rekamannya. Bayang-bayang kehancuran kini membayangi Caca.

Seorang murid perempuan, sebut saja namanya Tari, berlari menuju kantin. Napasnya tersengal-sengal. "Kak Radit, Kak Galih... Itu Caca lagi bertengkar di kamar mandi!" teriaknya, panik.

Mendengar itu, Radit dan Galih langsung menuju toilet, diikuti Hendra. Siswa lain pun berbondong-bondong ke sana, penasaran. Senja, berbeda. Ia tampak tenang, asyik menikmati makan siang.

"Nja, lo tunggu di sini aja. Kami mau lihat ke kamar mandi dulu, gue penasaran siapa anak pungut itu yang bertengkar," kata Dinda, sahabat Senja.

Senja mengangguk, membiarkan kedua sahabatnya pergi. Tiba-tiba, sebuah suara membuyarkan konsentrasinya. "Cantik dan imut," bisik seseorang dari belakang.

Sementara itu, Radit dan yang lainnya telah sampai di kamar mandi perempuan. Ruangan itu penuh sesak; siswa dan bahkan guru BK sudah berada di sana. Caca, tampak berantakan, sementara kedua gadis itu

babak belur. Ternyata Caca sedikit menguasai bela diri.

Guru BK langsung menghampiri Radit. "Radit, panggil orang tuamu ke sini. Perbuatan Caca ini sangat fatal. Ayo, Caca, ikut Bapak ke ruang kepala sekolah. Yang lain, bawa mereka ke UKS," perintah guru BK tegas. Kejadian itu meninggalkan kehebohan di sekolah.

siapa kira-kira orang yang membisikkan itu di telinga senja???

1
Rita Rita
bagus senja,bikin kehidupan si Caca rubah betina itu gelap,kalo pun bukan untuk melakukan buat keluarga mu yg bego itu buat untuk diri mu sendiri.
Rita Rita
ku kira tadi si ChaCha rubah betina itu anak hasil selingkuhan si Rudi 🤔🤔🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!