Raina cantika gadis berusia 23 tahun harus menerima kenyataan jika adiknya sebelum meninggal telah memilihkannya seorang calon suami.
Namun tanpa Raina ketahui jika calon suaminya itu adalah seorang mafia yang pernah di tolong oleh adiknya.
Akankah Raina menerima laki-laki itu untuk menjadi suaminya?
Apakah Raina dapat bahagia bersama laki-laki yang tidak dia kenal?
Ikuti kisah mereka selanjutnya, ya!
Jangan lupa untuk follow, like dan komentarnya!
Terima kasih 🙏 💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Malam pertama Arsenio dan Raina
Malam ini Arsenio pulang larut malam, dengan keadaan sempoyongan. Bahkan Morgan pun ikut membantu Arsenio, dengan memapahnya.
"Tidak seperti biasanya kamu seperti ini, Arsen?" ucap Morgan, di sela langkahnya.
Arsenio tidak menjawab. dia kini sedang merasakan kepalanya, yang sangat pusing sekali.
Tidak lama kemudian, mereka kini sudah sampai di depan kamar, Arsenio. Morgan pun segera mengetuk pintu kamar, untuk membangunkan Raina.
Cklek...
Pintu terbuka. Raina yang baru saja bangun, membelalakan matanya saat melihat Arsenio yang terlihat mabuk.
"Dia kenapa?" tanya Raina, menatap Arsenio dan Morgan bergantian.
Morgan tersenyum kikuk. sebenarnya dia malu harus menjawab apa. sebab tidak mungkin dia berbohong, karena Raina pasti tahu jika Arsenio sedang mabuk.
"Dia... mabuk. Aku sudah memperingatkan, dia. Tapi kamu tahu sendiri, bagaimana sikapnya Arsenio." jawab Morgan, menjelaskan.
Raina menghela nafas. "Biar aku, yang memapahnya. Kamu, sebaiknya segera istirahat." ujarnya tegas.
Morgan mengangguk pelan. dia pun, segera pergi dari sana.
Kini Raina membantu Arsenio, berjalan masuk ke dalam kamarnya. meskipun sesekali, Arsenio meracau tidak jelas.
Sesampainya di tepi ranjang, Raina pun membaringkan tubuh Arsenio. setelah itu, dia melepaskan sepatunya terlebih dahulu.
"Kenapa kamu, melakukan hal seperti ini?" tanya Raina, setelah berhasil membuka sepatunya Arsenio.
Kini Raina pun beralih, menyelimuti tubuh Arsenio. namun tiba-tiba saja, Arsenio mencengkram tangan Raina dan menariknya dengan sedikit kuat.
"Arrgh...!" teriak Raina terkejut. "Apa yang kamu lakukan?" sambungnya, ketika Raina sendiri jatuh di atas tubuh Arsenio.
Arsenio yang mabuk pun tersenyum penuh arti, tanpa memperdulikan sikap Raina saat ini.
Raina berusaha bangun, namun usahanya sia-sia. seketika dia terkejut, saat Arsenio mengubah posisinya menjadi di atas tubuh Raina.
"Ma-mau, apa kamu?" tanya Raina tergagap, dengan wajah memerah.
Arsenio menyeringai. "Aku akan melakukan hal, sesuai perjanjian kita. Aku mau, kita melakukannya sekarang." jawabnya, dengan nada berat.
Raina seketika membulatkan mata, mendengar jawaban dari Arsenio. merasa belum siap, Raina pun mencoba menolak keinginan Arsenio.
"Jangan. Aku belum siap." sela Raina, sambil memalingkan wajahnya.
Tatapan Arsenio berubah dingin. dia pun, seketika mengeraskan rahangnya. "Siap atau tidak, kita akan tetap melakukannya. Kamu istri ku, jadi lakukan apa yang ku inginkan saat ini juga."
Raina seketika terdiam. bukan maksudnya, menjadi istri pembangkang. namun dia hanya ingin melakukan hal itu, dengan Arsenio setelah mereka saling menerima, dan mencintai satu sama lainnya.
Arsenio mulai mencium bibir ranum, Raina. Tanpa meminta izin lagi, dia langsung melakukan apa yang dia rasa, dengan keadaan setengah sadar.
Raina ingin berteriak. namun sayang, Arsenio berhasil membungkam bibir Raina. bahkan ciuman Arsenio, kini semakin brutal dan juga kasar.
Arsenio melepaskan pagutannya, saat melihat Raina kehabisan oksigen. dia tersenyum tipis, melihat bibir Raina yang bengkak akibat ulahnya.
"Maaf. Apa rasanya sakit? Atau...enak?" tanyanya, dengan sedikit mengejek.
Raina mendelik, mendengar ucapan Arsenio. dia pun kini, enggan menatap laki-laki yang sudah mencium bibirnya untuk yang, kedua kalinya.
Arsenio kembali mencium bibir Raina. kini dia menahan tengkuk Raina, supaya bisa memperdalam kembali ciumannya.
Raina tidak bisa berkutik. dia mencoba memukul dada Arsenio. namun percuma, karena pukulannya tidak terasa di tubuh kekar suaminya itu.
Nafas Arsenio semakin memburu. pengaruh alkohol, membuat Arsenio semakin berani melakukan hal itu.
Arsenio menghentikan ciumannya, dan beralih mencium leher jenjang Raina.
"Akhh... hentikan...." ucap Raina, mendesah.
Arsenio tersenyum miring. dia pun tidak menghentikan aksinya itu. bahkan kini Arsenio menyusupkan tangannya, ke dalam baju tidur Raina. dia meremas lembut, b**h d**anya.
"He-hentikan... Akhhh...."
Perasaan Raina, semakin tidak menentu. meskipun bibirnya meminta berhenti, namun tidak dengan tubuhnya yang terlihat menginginkan hal, yang lebih dari itu.
Arsenio semakin terangsang m, saat mendengar desahan merdu dari bibir Raina. kini dengan cepat, dia pun melucuti bajunya dan baju Raina.
Tubuh mereka, kini dalam keadaan sama-sama polos. Raina pun memalingkan wajahnya, saat melihat benda yang selama ini belum di lihatnya. jantungnya berdebar kencang, ketika apa yang selama ini dia jaga akhirnya di renggut juga oleh laki-laki, yang berstatus suaminya.
"Bersiaplah, mungkin ini akan terasa sakit!" ucap Arsenio, dengan nada berat.
Raina terlihat ketakutan. dia tidak dapat membayangkan, sesuatu yang sangat besar bisa masuk ke dalam miliknya.
(Untuk adegan na ni nu nya di skip dulu, ya 🙏)
Malam ini pun, menjadi saksi di mana Arsenio berhasil merenggut mahkota Raina. kini Arsenio pun, telah memiliki Raina seutuhnya.
pagi hari...
Raina yang baru bangun tidur pun, merasakan jika seluruh tubuhnya saat ini, terasa remuk. mungkin ini di sebabkan oleh, aktivitas panasnya bersama Arsenio semalam.
Dia pun memperhatikan keadaan tubuhnya, yang polos tanpa sehelai benang. Raina segera menutupi tubuhnya, dengan selimut. seketika Raina pun menangis, ketika mengingat semua yang di lakukan Arsenio kepadanya.
Tak lama kemudian, Raina memutuskan untuk ke kamar mandi. dia ingin membersihkan tubuhnya, yang terasa sangat lengket.
"Awwsh.... " Raina merintih kesakitan, saat merasakan sakit pada bagian intinya. dia tidak menyangka, jika kehilangan sesuatu yang selama ini dia jaga akan sesakit ini.
"Mau kemana kamu?"
Tiba-tiba saja Raina terdiam, saat mendengar suara bariton Arsenio. Raina sama sekali tidak berani, untuk menatap wajah suaminya itu.
"Aku sedang bertanya pada, mu. Apa kamu tuli?" tanya Arsenio sekali lagi, dengan nada dinginnya.
"Aku ingin ke kamar mandi." Dengan nada yang bergetar, Raina akhirnya menjawab pertanyaan Arsenio.
Raina perlahan turun dari ranjang, dengan merasakan sakit yang membuatnya beberapa kali terdengar mendesis.
"Apa yang kamu lakukan? Turun kan, aku?" Raina seketika terkejut, saat tiba-tiba saja Arsenio menggendong tubuhnya. bahkan Raina tidak sanggup menatap wajah tampan laki-laki, yang sudah merenggut mahkotanya itu.
"Diam. Aku akan mengantar mu, ke kamar mandi!" ucap Arsenio dingin.
Raina seketika terdiam. dia merasa tidak nyaman, saat berada di gendongan Arsenio yang sama sekali tidak memakai baju.
Setelah sampai di kamar mandi, Arsenio pun segera menurunkan Raina. dia tidak memperdulikan keadaannya, yang masih bertelanjang dada.
"Aku bisa sendiri. Sebaiknya, kamu segera keluar dari sini." Raina kembali bersuara, ketika melihat Arsenio mengisi bathub dengan air hangat.
Arsenio tidak mendengar perkataan Raina. dia mengisi bathub itu, sampai penuh.
"Berendam lah. Dengan begitu rasa sakit mu, akan berkurang." ucap Arsenio, menatap Raina yang menatap ke lain arah.
Arsenio seketika menarik selimut, yang melilit pada tubuh Raina. setelah selimut itu terlepas, Arsenio pun menutupi tubuhnya dan segera pergi dari kamar mandi.
"Argghh...! Dasar, laki-laki aneh!" teriak Raina, sambil menutupi bagian tubuhnya, yang terekspos. dengan kasar, dia menutup pintu kamar mandi.
Di kamar Arsenio tersenyum tipis, saat melihat noda merah yang terdapat di sprei miliknya. dia merasa senang, karena Raina berhasil menjaga kesuciannya meskipun hampir beberapa di lecehkan oleh fero.
"Sekarang kamu milik ku, Raina. Aku tidak akan membiarkan fero merebut mu, dari ku! gumam Arsenio pelan.
Arsenio merasa puas, dengan semua ini. ternyata apa yang di katakan Morgan memang benar, jika Raina adalah wanita baik-baik. namun karena egonya sendiri, membuat Arsenio selalu menentang apa yang dia rasakan saat ini pada Raina.
Cklek...
Pintu kamar mandi terbuka, Raina pun keluar dengan keadaan lebih segar. dia sedikit terkejut, saat melihat Arsenio yang duduk di tepi ranjang, dengan bertelanjang dada.
" Sebaiknya, kamu segera ke kamar mandi." ucapnya Raina datar.
Arsenio melirik sekilas pada, Raina. dia pun menghampirinya.
"Bagaimana? Apa kamu menyukai hal, semalam?" tanya Arsenio, yang kemudian berjalan ke kamar mandi.
Wajah Raina seketika memerah. dia tidak menyangka, jika di balik sikap dingin Arsenio terdapat sikap tengil dan juga menyebalkan.
Hanya krna warisan kau ancam Raina pdhal tanpa Fikri kau dah Modar di tangan si Fero