Spin Off Tawanan Cinta Pria Dewasa.
Dua kali gagal dalam pernikahan, Justin Anderson menganggap semua wanita itu sama. Sebatas mainan dan hanya merepotkan, bahkan tidak ada wanita yang membuat dia betah.
Hingga, takdir justru mempertemukannya dengan seorang gadis cantik yang terjebak keadaan. Agny Tabina, gadis belia yang dipaksa terjun ke dunia malam akibat keserakahan pamannya.
"500 juta ... tawaran terakhir, berikan gadis itu padaku." - Justin Anderson.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21 - Simbiosis Mutualisme
Meski seharian akan Justin tinggal, Agny sama sekali tidak merasa keberatan. Dia melakukan banyak hal, dan mencoba memberikan hak Justin meski dengan cara lain. Ya, bersih-bersih tentu saja.
Walau dia yakin setelah ini pinggangnya jelas sakit semua, akan tetapi Agny mencoba berusaha untuk meyakinkan diri bisa membersihkan tempat tinggal Justin yang sudah menyerupai kamar kost anak laki-laki.
"Iwh, dia masak terakhir kapan?"
Perut Agny dibuat terguncang kala melihat kondisi nasi di rice-cooker Justin yang sudah berubah jadi rengginang. Kapan terakhir dia masak hingga begini? Pria itu lupa atau bagaimana, sungguh Agny benar-benar tidak habis pikir.
Tidak masalah, maklumi saja karena memang Justin sepertinya pria yang cukup sibuk. Agny mengumpulkan semua benda yang bisa dicuci, gelas kopi yang bahkan sudah kering ampasnya itu tidak hanya satu atau dua melainkan banyak.
Membersihkan satu persatu titik dan itu sudah cukup membuat Agny lelah. Apalagi, ketika Agny menelusuri pakaian kotor Justin. Semua alat di sini lengkap, tapi sepertinya Justin tidak biasa cuci sendiri hingga dia menggunakan jasa laundry.
"Ini sprei yang tidak boleh aku sentuh semalam, penasaran kenapa memangnya?"
Faktanya, semakin dilarang manusia akan jadi semakin penasaran. Agny yang kemarin Justin larang menyentuh sprei itu jelas saja memanfaatkan keadaan dan memeriksa sprei tersebut dengan teliti sebelum dia eksekusi.
"Tidak bau, terus kenapa?"
Meski sebenarnya Justin berantakan, tapi kamarnya memang wangi. Mungkin karena parfum yang melekat di tubuhnya, beberapa sudut sprei sudah Agny pastikan hingga dia menjauhkan sprei tersebut ketika aroma berbeda menyeruak ke dalam indera penciumannya.
"Ih kok beda?"
Agny belum terlalu familiar dengan aroma tersebut, apalagi tidak terlalu begitu menyengat mungkin karena sudah kering. Hanya saja, dia bisa menyimpulkan aromanya berbeda dan tidak seperti pewangi pakaian yang lainnya.
Lupakan, Agny memilih untuk melupakan hal itu dan mulai mencuci semua pakaian kotor Justin kecuali *underw*ear pria itu. Ya, dia sudah coba untuk biasa saja akan tetapi jemarinya benar-benar tidak kuasa jika harus menyentuh benda itu padahal isinya saja sudah pernah Agny lihat dengan mata telanjangnya.
"Banyak sekali, ini pakaian berapa minggu sebenarnya?"
Agny mengatur napasnya, bagaimana bisa Justin betah menumpuk pakaian kotornya hingga empat keranjang besar itu. Memang benar pakaian di lemarinya mungkin banyak, akan tetapi bukan berarti boleh menumpuk sebanyak ini.
Melakukan pekerjaan tidak boleh setengah-setengah, meski rasanya ingin menyerah pada akhirnya selesai juga meski harus menyisakan underwear Justin yang hampir tiga lusin itu. Seumur hidup baru kali ini Agny merasakan bagaimana lelahnya jadi buruh cuci, sepertinya tidak ada yang dirugikan di sini.
Justin bayar mahal, dan agny menguras tenaganya hingga pukul sepuluh pagi semua belum benar-benar tuntas. Tangan Agny sudah bergetar dan dia memilih untuk mengisi perutnya lebih dulu, simulasi jadi ibu rumah tangga dengan beban yang luar biasa berat hingga Agny merasakan pinggangnya sedikit sakit.
Agny benar-benar butuh tenaga, dan benar saja lima puluh ribu tidak cukup untuknya seharian. Pria ini benar-benar minim dan hanya menjadikan tempat tinggalnya sebagai kamar tidur, tidak ada bahan makanan yang bisa diolah dan semua memang harus Agny beli lebih dulu.
Porsi makan Agny biasanya sedikit, akan tetapi setelah menguras tenaganya persis buruh cuci harian perutnya meminta lebih hingga tanpa dia sadari makanan sebanyak itu bahkan bersih tak tersisa.
Peduli setan dengan berat badan, saat ini yang Agny inginkan hanya tenaga. Tubuhnya yang sempat gemetar kini lebih baik usai perutnya terisi, wanita itu bersandar pasrah bahkan sampai susah berdiri.
"Susah sekali cari uang, wajar saja Papa sampai banyak hutang," ungkap Agny menyeka keringatnya, wanita itu benar-benar tersadar akan satu hal terkait fakta dunia yang memang kejam.
Beberapa menit berlalu, Agny menatap pergelangan tangannya. Masih begitu lama hingga malam tiba, dia tidak bermaksud menunggu tapi kenapa Agny meginginkan hari ini ingin segera berakhir.
"Ck, apa yang kamu pikirkan, Agny."
.
.
.
- To Be Continue -
Agny : Apa semua laki-laki begitu?
Stor Votenya, Bestie ... Udah kutampol Crazy up beginih😎