Kean tak seberuntung kakak-kakaknya, yang menemukan jodohnya dengan mudah, Kean berkali-kali gagal menikah bahkan yang terakhir di khianati wanita yang di cintainya dengan tulus.
Lelah mencari jodoh hingga usianya semakin matang Kean nyaris menyerah dan justru di jodohkan dengan gadis desa pilihan Bundanya.
Lentera si gadis miskin yang menjadi tulang punggung keluarganya, kehidupannya tak seberuntung gadis-gadis yang lain, namun semua itu berubah ketika bertemu dengan Bunda Mutia sebagai Bosnya. Akankah Kean mau menerima jodoh dari bundanya??? Bisakah dirinya hidup bahagia dengan gadis desa pilihan ibunya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kantor
Kean masuk ke ruangan sedari area parkir hingga depan ruangan semua orang tak berhenti memandang ke arah dirinya yang menggandeng seorang perempuan.
"Wah, bos kita udah punya gebetan." Bisik staf yang sejujurnya selalu terpesona pada pesona Kean yang ramah.
"Aku patah hati..." Jerit hatinya.
"Siapa ya beruntung banget." Ucap staf yang lain.
"Tapi di lihat dari penampilannya sepertinya masih mahasiswi." Ucap Staf yang lain.
"Ehm, dia itu pegawai bunda Mutia di kebun bunga setahuku." Salah satu staf yang pernah datang ke kebun bunga dan melihat Lentera pun berucap apa adanya namun dia tak tau jika Lentera sudah menjadi istri Kean.
"Wahhh, seperti bunga di tepi jalan yang di pungut dong???" Ucap Staf yang lain namun langsung menutup mulut saat sekretaris Rudi yang tak sengaja mendengar dan menatap tajam kearahnya.
"Hormati Bu Lentera, karena dia istri Bos Kean sekarang!" Ucap Rudi yang langsung membuat semua yang tadi bergunjing tutup mulut dengan wajah pias nya.
"Aaaa ya ampunnn beruntung bangett jadi istri CEO tampan perusahaan besar ini." Jerit hati yang iri namun hanya bisa berteriak dalam hati.
Lentera sedikitnya paham bagaimana mata-mata tadi melihat dirinya, rasanya sama seperti di pandang rendah karena latar belakangnya, namun hatinya hanya bisa tersenyum kecut tertahan.
Lentera melepas tangan Kean begitu sampai di ruang kerja Kean, hal itu tentu membuat Kean bertanya-tanya.
"Ada apa?" Tanya Kean.
"Hmmm??" Masih bertanya lagi.
"Kok di lepas?" Lebih ingin tau alasannya.
"Ada masalah?? " Tanya Kean lagi khawatir.
"Mas, harusnya aku gak ikut kesini." Jujur Lentera menundukkan kepalanya.
"Kenapa??" Kean bingung.
Lentera menundukkan kepala lalu menarik nafas, Kean mungkin tak akan paham bagaimana perasaannya saat ini, rasanya juga percuma menjelaskannya pasti Kean tak akan paham batinnya.
"Kamu kenapa??" Kean merasa makin penasaran.
"Mas, orang-orang pasti bingung saat lihat Mas Kean seperti tadi..." Akhirnya Lentera pun mengungkapkan perasaan yang dia rasa.
"Apa sih, maksudnya apa sayang?" Kean semakin bingung karena dirinya memang tak merasa aneh sedikit pun dengan keberadaan Lentera justru dirinya merasa lebih bersemangat dalam bekerja.
"Orang-orang belum tau kita sudah menikah dan Mas Kean terus menggandeng tanganku tadi, semua mata bahkan menatap aneh saat melihat diriku." Jujur Lentera menundukkan kepalanya lagi.
"Astaghfirullah, Lentera sayang, sikap kamu yang gak pedean begini nih yang membuat orang mudah menatap kamu remeh, please tegakkan kepala kamu." Kean raih dagu Lentera dan membuatnya menatap ke arahnya.
"Please jangan berpikir aneh-aneh, aku ingin kamu terbiasa di sisiku agar aku kita bisa saling dekat, bagaimana kita bisa semakin dekat jika kamu justru tak nyaman dengan lingkungan kerjaku." Ucap Kean yang membuat Lentera merasa tak enak hati juga, yah mungkin ini karena perbedaan latar belakang sehingga dirinya butuh menyesuaikan diri dengan Kean lebih jauh lagi, karena keluarga Kean yang sederhana berbeda dengan orang-orang di kantor membuat Lentera sedikitnya kurang nyaman karena di lihat dari cara berpakaian juga gayanya terlihat jauh dengan dirinya.
"Maaf Mas, ya udah aku terus ngapain di sini?" Tanya Lentera kemudian akhirnya mengalah.
"Aku ada meeting sebentar lagi, kamu bisa tunggu sambil baca buku, atau tidur di dalam, di sana ada kamar kamu bisa istirahat di sana." Ucap Kean lalu mengusap pipi Lentera lembut, Lentera pun mengangguk dan masuk ke kamar yang Kean tunjuk sedangkan Kean keluar ruang setelah Lentera masuk kamar.
"Ah... jika akhirnya hanya di kamar kenapa tadi aku tidak ikut bunda saja berkebun bunga." Keluh Lentera, yah menunggu dan tidak melakukan apapun adalah hal yang membosankan, tau begini keputusan untuk berhenti bekerja dan fokus pada skripsi dan menjalani rumah tangga rasanya salah, nyatanya mengikuti Kean bekerja di hari pertama terasa tidak nyaman dan membosankan.
***
Up lagi kak mau dong dukungannya lagi🙏🙏
Terimakasih yang udah vote dan kasih bunga😍😍😍
lanjut aku baca cerita Faiza dan Zein 👍
Terima kasih author dan sehat sehat juga untuk author nya 😍😍
Sudah lounching kah buku nya Faiz dan Zain ??