[UPDATE 2 - 3 CHP PERHARI]
"Aku bukanlah siapa-siapa, aku hanyalah manusia biasa yang menginginkan kebebasan, tapi...
Ketika keluarga dan orang-orang yang aku sayangi di sakiti, maka aku akan menjelma menjadi dewa kematian!"
"Kau berani menghina ku? Mungkin aku akan diam....
Tapi jika kau berani menghina keluargaku, maka kau akan berakhir di lautan darah!"
Season 1 =
TOWARDS THE PEAK OF MARTIAL ARTS
Season 2 =
TOWARDS THE PEAK OF MARTIAL ARTS 2
Jangan lupa dukungannya ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Y. Septra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch- 27. Mimpi Buruk.
Ch- 27. Mimpi Buruk.
Di dalam kamar penginapan.
Suasana di dalam kamar Ming Xuan dan Qiao Ning kembali hening, karena mereka berdua tidak ada yang berbicara. Saat ini, Qiao Ning sedang merebahkan tubuhnya di tempat tidur, sementara Ming Xuan sedang duduk di samping tempat tidur, sambil memeriksa kristal yang ia dapatkan dari pelelangan.
"Ming Xuan..."
"Hmm?... Ada apa?" tanya Ming Xuan.
"Emm.. Tidak, lupakan saja" ucap Qiao Ning, sambil menyandarkan kepalanya di bahu Ming Xuan.
Keduanya kembali diam dan tidak saling bicara untuk waktu yang lama, bahkan Ming Xuan sampai tidak menyadari kapan Qiao Ning tertidur, tapi setelah mengetahui kalau Qiao Ning sudah tidur, Ming Xuan kemudian mengangkat Qiao Ning dan memindahkannya ke tempat tidur.
"Adik, sepertinya aku sudah menemukan wanita yang lebih cantik darimu" gumam Ming Xuan, kemudian beranjak dari tempat tidur.
"Jangan!" Qiao Ning tiba-tiba saja berteriak sampai mengejutkan Ming Xuan.
Ming Xuan langsung berbalik menghadap Qiao Ning, raut wajahnya langsung berubah khawatir ketika melihat seluruh tubuh Qiao Ning gemetaran, ia kemudian mencoba membangunkan Qiao Ning tapi tidak bisa, bahkan teriakan Qiao Ning semakin kencang seperti sedang menahan siksaan yang sangat menyakitkan. Selain itu, Qiao Ning juga menangis dalam tidurnya dan suhu tubuhnya tiba-tiba saja menjadi sangat dingin.
"Dewa petir, apa yang sudah kau lakukan sampai Qiao Ning seperti ini?!" gumam Ming Xuan.
Ditengah-tengah rasa khawatir yang menyelimuti dirinya, amarah dan kebencian Ming Xuan juga langsung memuncak ketika mengingat kondisi Qiao Ning saat ia menemukannya di penjara bawah tanah.
"Ming Xuan, tolong aku! Tolong selamatkan aku!" ucap Qiao Ning.
"Qiao Ning, tenanglah. Aku ada di sini dan aku pasti akan membalaskan perbuatan dewa petir padamu" jawab Ming Xuan.
Sejujurnya, Ming Xuan sangat ingin terbang ke daratan suci bagian timur, lalu datang ke kerajaan dewa petir, agar dia bisa langsung menghabisi dewa petir saat ini juga, ia bahkan tidak peduli apakah dewa petir sangat kuat atau tidak, yang jelas ia sangat ingin melampiaskan kebenciannya terhadap dewa petir, tapi ia langsung mengurungkan niatnya saat itu juga, karena tidak mungkin ia meninggalkan Qiao Ning pada saat seperti ini.
"Dewa petir, tunggu kematianmu!" kata Ming Xuan dalam hatinya.
Kondisi Qiao Ning masih belum membaik, ia masih saja menangis dan berteriak minta tolong serta menjerit kesakitan, untungnya kamar penginapan tersebut kedap suara, kalau tidak sudah pasti banyak yang akan datang ke kamar mereka, bahkan mungkin teriakan Qiao Ning akan menghebohkan penginapan itu. Sementara itu, Ming Xuan malah kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa, karena ia belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.
Pada saat ini, hati nurani Ming Xuan mengatakan bahwa ia harus memeluk Qiao Ning untuk menenangkannya, tapi ia sendiri malah ragu karena belum pernah memeluk wanita manapun, kecuali ibunya. Waktu terus berlalu, keadaan Qiao Ning masih tetap sama, begitu juga dengan Ming Xuan yang masih kebingungan karena tidak tahu harus berbuat apa.
"Sial! Padahal aku bisa melakukan apapun, tapi kenapa menyelesaikan hal seperti ini saja tidak bisa?" Ming Xuan menggerutu kesal dalam hatinya.
Beberapa saat kemudian, Ming Xuan tiba-tiba saja menghela napas panjang, lalu berkata. "Baiklah, sepertinya memang itu satu-satunya cara. Maafkan aku Qiao Ning, aku harap kau tidak marah padaku." Setelah itu, Ming Xuan merebahkan tubuhnya di samping Qiao Ning dan langsung memeluknya dengan erat.
Kehangatan dari pelukan Ming Xuan berhasil menenangkan Qiao Ning perlahan-lahan, ia tidak lagi menangis dan berteriak dengan kencang, hanya saja, tubuhnya masih gemetaran seperti orang yang benar-benar ketakutan, namun getaran tubuhnya juga berangsur-angsur menghilang, karena rasa nyaman dan kehangatan dari pelukan Ming Xuan. Dan beberapa menit kemudian, kondisi Qiao Ning akhirnya benar-benar membaik.
"Syukurlah, semuanya sudah membaik" ucap Ming Xuan, ia benar-benar merasa lega karena kondisi Qiao Ning sudah stabil. Tapi sekarang, justru jantungnya sendiri yang sepertinya tidak stabil.
Karena kondisi Qiao Ning sudah membaik, Ming Xuan kemudian melepaskan pelukannya dan beranjak dari tempat tidur dengan perlahan, agar tidak membangunkan Qiao Ning, namun sayangnya, Qiao Ning justru malah terbangun dan langsung menahan tangan Ming Xuan.
"Ke-kenapa kau malah bangun?" tanya Ming Xuan gugup.
"Jangan pergi, aku takut..." jawab Qiao Ning.
"Ta-tapi..."
"Aku mohon..." ujar Qiao Ning, air matanya kembali berlinang.
"Baiklah, aku tidak akan pergi" ucap Ming Xuan, kemudian merebahkan tubuhnya lagi di samping Qiao Ning. Dan sama seperti sebelumnya, jantungnya kembali tidak stabil.
Setelah Ming Xuan baring di sebelahnya. Qiao Ning langsung menghadap ke Ming Xuan dan langsung memeluknya, tubuhnya masih bergetar karena rasa takut yang terus membayangi dirinya. Sementara itu, Ming Xuan malah kaget dengan yang dilakukan oleh Qiao Ning, yang membuat jantungnya semakin berdetak kencang, seolah-olah ingin segera keluar dari dalam dadanya, bahkan Qiao Ning bisa mendengar dengan jelas suara detak jantung Ming Xuan.
Sepuluh menit kemudian.
"Ming Xuan, apa kau gugup?" tanya Qiao Ning, sekarang kondisinya benar-benar sudah stabil, namun ia masih membenamkan dirinya dalam pelukan Ming Xuan.
"Ti-tidak, a-aku baik-baik saja!" jawab Ming Xuan.
"Lalu, kenapa jantungmu..."
"Bu-bukan apa-apa, mungkin karena udaranya sedikit sesak" ujar Ming Xuan.
"Kau masih saja berpura-pura" kata Qiao Ning dalam hatinya, ia kemudian melepaskan pelukannya dan sedikit menjauh dari Ming Xuan, bahkan ia langsung membelakangi Ming Xuan.
Ming Xuan merasa sedikit lega karena Qiao Ning tidak lagi memeluknya, karena hanya dengan begitu, jantungnya bisa kembali berdetak dengan normal, tapi entah kenapa ia malah merasa bersalah kepada Qiao Ning.
"Dasar bodoh! Kau sudah membuat pasanganmu kecewa, cepat peluk dia dan minta maaf!"
Ming Xuan tiba-tiba saja dikagetkan ketika mendengar suara adiknya, ia kemudian mencoba untuk berbicara dengan adiknya, namun tidak ada jawaban apapun. Namun perkataan kakaknya barusan justru membuat rasa bersalahnya semakin besar.
"Apa aku benar-benar sudah mengecewakan Qiao Ning?" tanya Ming Xuan dalam hatinya.
Pikirannya benar-benar kacau sekarang, ia tidak tahu harus berbuat apa, ia bahkan bingung apakah harus menuruti perkataan adiknya atau tidak, tapi di sisi lain, ia juga berpikir bahwa suara adiknya tadi hanyalah, halusinasinya saja. Tapi pada akhirnya, Ming Xuan memberanikan dirinya untuk melakukan seperti yang dikatakan oleh adiknya, entah itu hanya halusinasi atau tidak, yang jelas ia yakin kalau perkataan adiknya itu memang benar.
"Ma-maafkan aku, Qiao Ning" ucap Ming Xuan, sambil memeluk Qiao Ning dari belakang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...