Judul novel : "MY STUDENT IS MY STUPID WIFE
Ini kisah tentang NANA DARYANANI, seorang mahasiswi cantik yang selalu mendapat bullying karna tidak pandai dalam pelajaran apapun. Nana sudah lama diam-diam naksir dosen tampan di kampusnya, sampai suatu hari Nana ketahuan suka sama dosennya sendiri yang membuat geger seisi kampus.
Bagaimana dengan Sang Dosen, apakah dia juga akan menyukai Nana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gabby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENUNGGU SUAMI PULANG
Selesai menghidangkan makan malam untuk keluarga besar Hessel, Nana memilih untuk tidak makan karna dia masih menunggu suaminya, selesai makan mama menghampiri Nana yang sedang menonton tv sendirian di ruang tamu.
"Nana, apa kamu sudah menelpon suamimu?" tanya mama.
"Sudah ma, baru saja Nana mengirim pesan." jawab Nana setelah mengirim pesan pada Hessel.
"Pergi dari sore membiarkan istri pulang sendirian, sampai sekarang sudah jam 10 malam belum pulang juga." gerutu mama.
"Sabar ma, bentar lagi Hessel juga pulang." Nana menenangkan mama walau hatinya sendiri tidak bisa di tenangkan karna Nana juga gelisah memikirkan Hessel.
"Bagaimana mama bisa sabar, mama tidak senang dia memperlakukanmu seperti ini."
"Tenang ma, Nana tidak apa-apa kok."
"Terbuat dari apa hatimu Na, mama bisa melihat dari matamu kau sangat gelisah, jangan menutupinya dari mama Na."
Nana diam, mama memang benar.
"Kemana dia pergi Na, dan dengan siapa dia pergi?"
"Dia pergi ke toko buku bersama dosen baru di kampus Nana mama."
"Apa, dosen baru? siapa dosennya."
"Namanya bu Laras ma."
"Laras..." gumam mama geram.
"Ini yang tidak mama inginkan Na, kamu tidak tau siapa Laras." ujar mama.
"Ada apa dengannya ma?"
"Nana, jangan biarkan Laras mendapat ke sempatan mendekati suamimu, dia itu wanita licik dan jahat, mama tidak mau Hessel terpengaruh olehnya."
"Iya tapi kenapa ma, Nana tidak mengerti."
"Laras itu cinta pertama Hessel, dia pergi meninggalkan Hessel karna dia memilih laki-laki lain, dulu Hessel hampir menikahinya tapi begitulah si Laras malah berkhianat, dari awal mama tidak menyetujui hubungan mereka karna mama bisa merasakan Laras bukan wanita baik-baik dia hanya terobsesi dengan harta, dan setelah Laras mengkhianati Hessel sejak saat itu mama semakin membencinya."
"Jadi bu Laras mantan pacar suami Nana ma?"
"Iya sayang, berjanjilah pada mama jauhkan Hessel dari wanita itu, mama tidak mau Hessel kembali seperti dulu, saat dia bersama Laras dia suka keluyuran, pergi pagi pulang tengah malam, suka mabuk-mabukkan, mama benar-benar tidak mau."
"Benarkah kak Laras sudah kembali?" teriak Devan dari dalam kamarnya ternyata Devan mendengar perbincangan antara mama dan Nana.
Devan keluar dan menghampiri mama bersama Nana, dia terus menunjukkan raut wajah bahagianya karna Devan sangat menyukai Laras.
Bagi Devan, Laras itu tidak hanya cantik tapi dia sangat pintar, dan juga pandai memasak, cocok menjadi kakak iparnya.
"Devan, akan meminta kak Hessel untuk membawa kak Laras ke rumah." ucapnya sambil mencak-mencak gak jelas.
"Devan." mama melotot dan mencubitnya membuat Devan kesakitan.
"Ma, apa yang mama lakukan pada Devan?" ujar Nana.
"Anak ini tidak tau sopan santun." ujar mama.
"Biarkan saja ma, Devan masih kecil."
"Tidak Nana, jika dia dibiarkan maka dia bisa ngelunjak."
"Mama jahat, semenjak ada stupid di rumah ini mama, kak Hessel, dan papa tidak sayang lagi sama Devan, kalian selalu membela stupid itu."
"Dek, mama, papa dan kakakmu sangat menyayangimu, kamu jangan salah paham." Nana mendekati Devan dan mencoba membujukmu.
"Aku bahkan tidak sudi memanggilmu kakak." ucap Devan mendorong Nana untungnya Nana tidak jatuh.
"Masuk ke kamarmu." tegas mama menarik Devan.
"Ma, lepasin tangan Devan mama hanya akan membuatnya kesakitan, Clara mengerti apa yang sedang dia rasakan."
Mama melepasakan tangannya, Devan pun berlari ke kamarnya sambil menangis.
"Nana, kenapa kamu masih berbaik hati padanya?"
"Bagaimana pun dia adik ipar Nana ma, Nana juga mempunyai adik yang seumuran dengan Devan jadi Nana tau anak seusia mereka memang tidak mudah membuatnya mengerti sehingga kita harus bersabar menghadapi mereka."
"Nana, mama minta maaf ya, kamu harus menyaksikan kemarahan mama pada Devan."
"Tidak apa-apa ma, mama harus lebih bersabar menyikapi Devan, sekarang mama temuilah Devan jangan membiarkan dia larut dalam kesedihan." ujar Nana mempersilakan mama untuk pergi ke kamar Devan.
"Baiklah Na, terima kasih kamu sudah menyejukkan hati mama."
"Iya ma, Nana akan ke kamar menunggu Hessel pulang."
"Iya sayang, kamu jangan lupa siapin makan malam buat suamimu."
"Siap ma, Nana akan membawanya ke kamar saja."
*****
Istri mana yang tidak gelisah saat suaminya pulang larut malam apalagi dia tau sang suami pergi bersama seorang wanita. Meskipun Nana masih menjadi istri yang kebenarannya dirahasiakan oleh Hessel namun Nana tetaplah istri sah Hessel mereka sah secara hukum dan agama.
Sekarang sudah jam 11.30, Nana mondar mandir tidak jelas sambil sesekali menatap ponselnya berharap Hessel mengabarinya namun satupun tak ada pesan atau telpon yang masuk.
"Mungkin aku memang istri yang tidak di inginkan oleh suamiku, Nana kau harus sadar lebih baik sekarang kau tidur dan jangan menunggunya." gumam Nana sendirian mencoba untuk tidur namun tetap saja Nana tidak bisa tidur, pikirannya tertuju pada Hessel.
Di Sisi Lain
Hessel baru saja mengantar Laras yang sedang mabuk pulang ke rumahnya. Laras di bawa masuk oleh para pelayannya, Hessel langsung pulang tapi sebelum itu dia teringat dengan Nana dan mengecek ponselnya untuk menelpon Nana.
"Ya ampun banyak sekali panggilan dari Nana, apa yang telah ku lakukan pasti sekarang Nana masih belum tidur." ucap Hessel, dia pun mencoba menghubungi Nana.
Hessel merasa lega setelah mendengar suara Nana, tapi Hessel bisa merasakan suara Nana begitu lesu pasti dia sangat khawatir.
Hessel pun melajukan mobilnya agar bisa cepat sampai di rumah dan bisa segera bertemu istrinya yang selalu dia lukai perasaannya, percayalah Hessel tidak bermaksud menyakiti perasaan Nana.
Hessel tiba di rumahnya membuka pintu secara perlahan yang ternyata mama sudah berdiri di hadapan pintu menatap Hessel dengan tajam.
"Dari mana saja kamu?" tanya mama tegas.
"Da-dari bertemu Laras ma." Hessel mengakuinya, dia tidak bisa menyembunyikan apapun dari mamanya.
"Bagus, bagus." mama berjalan mengitari Hessel, Hessel hanya tertunduk merasa bersalah.
"Apa kamu tidak pernah memikirkan perasaan istrimu?" bentak mama.
"Hessel tau ma, Hessel akan minta maaf padanya."
"Mama sangat kecewa denganmu Hes, mama pikir setelah menikahkanmu, kamu bisa berubah dan bisa mencintai Nana, tapi ternyata mama salah menilaimu."
"Maaf ma."
"Awas saja kalau kamu menyakiti Nana dan memilih wanita j*lang itu, mama tidak akan segan-segan tidak mengakuimu sebagai anak lagi."
"I-iya ma, tidak akan."
"Nana itu gadis baik-baik Hes, dia lugu, dia tidak pernah menuntut apapun dari keluarga ini, jangan sampai kamu menyesal mensia-siakan istri sepertinya."
"Iya ma." jawab Hessel hanya itu yang bisa Hessel ucapkan.
"Temuilah dia, ajak dia makan karna dia tidak mau makan sebelum kamu datang."
"Baik ma."
Hessel pun menaiki tangga menuju kamarnya.
"Assalamualikum." Hessel membuka pintu kamarnya dengan hati-hati, dia mendapati istrinya masih terjaga duduk di sofa.
"Waalaikumsalam." sontak Nana berdiri dan menyalami suaminya lalu mencium tangannya.
Hessel ingin memeluk Nana namun Nana malah menahannya.
"Bau alkohol, apa kau minum?" tanya Nana.
"Aku tidak minum." ujar Hessel, Hessel memang tidak minum tapi karna dia terus berdekatan dengan Laras si wanita pemabuk itu bau itu bisa menempel di tubuh Hessel.
"Aku tidak peduli kau minum atau tidak, tapi apakah kamu sudah shalat?"
"Aku belum shalat, kamu udah shalat Na?"
"Sudah, kamu mandilah bersihkan tubuhmu, lalu shalat dan makan." ujar Nana.
Hessel melihat Nana tampak berbeda malam ini, dia terlihat lebih dewasa dan kuat walaupun Hessel tau sekarang istrinya itu pasti sangat mencurigai dirinya, namun itulah Nana dia selalu berusaha menutupi kesedihannya di hadapan orang yang dia cintai.
Nana menyuruh Hessel duduk, Hessel sedikit bingung apa yang akan Nana lakukan ternyata Nana berjongkok di hadapannya untuk melepas sepatu Hessel.
Lalu Nana bangkit melepas jas dan membuka kemeja Hessel.
Hessel tak bisa mengalihkan pandangannya, jantungnya mulai berdebar saat Nana memperlakukannya dengan sangat baik malam ini.
"Sekarang mandilah, aku akan menunggu disini." ucap Nana setelah selesai lalu mengambilkan Hessel handuk.
"Ini handukmu, aku kebawah sebentar."
Hessel menahan Nana yang hendak membuka pintu.
"Kamu bilang akan menunggu di sini?"
"Aku turun sebentar, mau bikinin kamu susu." ujar Nana.
"Ok baiklah aku tidak bisa mencegahnya." Hessel selangkah menjauh dari Nana.
"Kau mandilah sana, lalu shalat setelah itu kita makan." Nana tersenyum kemudian bayangannya hilang di telan pintu yang sudah tertutup.
Hessel tersenyum menatap pintu di mana istrinya tadi berdiri dan memberinya senyuman.