NovelToon NovelToon
Tanpa Cinta (Istri Kedua)

Tanpa Cinta (Istri Kedua)

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:16.2k
Nilai: 5
Nama Author: Trilia Igriss

Tak pernah terpikirkan sebelumnya jika Aruna harus menikah setelah kehilangan calon suaminya 1 tahun yang lalu. Ia dengan terpaksa menyetujui lamaran dari seorang pria yang ternyata sudah beristri. Entah apapun alasannya, bukan hanya Aruna, namun Aryan sendiri tak menerima akan perjodohan ini. Meski demikian, pernikahan tetap digelar atas restu orang tua kedua pihak dan Istri pertama Aryan.
Akankah pernikahan tanpa cinta itu bertahan lama? Dan alasan apa yang membuat Aruna harus terjebak menjadi Istri kedua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trilia Igriss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32. Dilema Aryan.

"Sayang. malam ini Mas pulang lagi ke rumah Aruna, ya? Gapapa kan? Soalnya dia lambungnya kambuh." Ujar Aryan dari sambungan telepon ketika Ia tengah membereskan barang-barangnya dan bersiap untuk pulang. "Mau apa? Biar Mas belikan sekarang." Imbuhnya.

"Gak mau apa-apa Mas. Aku mau kasih kamu keturunan. Cuma itu aja." Aryan terdiam seketika, Ia menghela nafas lalu membalas ucapan Gita.

"Iya sayang. Semoga saja ya! Kita gak boleh putus berdoa dan berusaha." Namun, bukannya memahami, Gita terdiam seribu bahasa mendengar balasan ucapan dari Aryan tersebut.

"Bukan itu yang ingin aku dengar, Mas. Kenapa kamu gak bilang kalau kamu berubah pikiran dan pulang ke rumah kita di sini?" Batinnya menangis tanpa suara. "Ya udah Mas. Aku tutup dulu ya! Mau lanjut masak." Tambah Gita berusaha untuk menahan suaranya agar tak terdengar seperti orang menangis. Namun, Aryan tak bodoh, Ia tahu ada yang berbeda dengan suara istrinya.

"Sayang. Kamu juga sakit? Suara kamu beda."

"Eng-enggak Mas. Aku lagi ngupas bawang tadi. Ya biasa lah... suka perih ke mata."

"Serius kamu gak kenapa-kenapa?"

"Iya Mas. Aku serius. Mas kalau mau pulang ke rumah Aruna, gapapa jangan beli apa-apa buat aku. Dan kebetulan aku juga lagi masak." Mendengar alasan sang istri, ada rasa kasihan, sebab Ia tak bisa sepenuhnya menemani Gita. Namun untuk menceraikan Aruna pun Ia tak kuasa. Ia sudah terlanjur nyaman, apa lagi mengingat kemarin malam, dimana seakan tak ada penghalang antara cinta mereka.

 

Di tengah perjalanan, tak mungkin Aryan pulang dengan tangan kosong. Ia mampir di sebuah gerai buah-buahan, dan siapa sangka di sana Ia bertemu dengan Laras yang sama-sama membeli buah.

"Hei..." sapa Laras melambaikan tangan. Tentu saja Aryan pun tersenyum membalas sapaan Laras. Namun Laras terlihat keheranan dengan Aryan yang seolah akan pulang.

"Loh! Kamu pulang? Kata Gita kamu lembur?" Sejenak Aryan mengernyit lebih heran. Apa Gita memberitahunya?

"I-iya. Aku mau pulang dulu. Maksudnya ke rumah Ibu." Mendapati alasan ini, Laras mengangguk paham lalu tak lama, Ia kembali melontarkan pertanyaan.

"Kamu gak pulang dulu ke rumah? Bisa aja kan Gita nunggu?"

"Gak sempat kalau dua tempat. Jam 6 kan aku harus stay lagi di kantor."

"Aneh ya! Padahal itu kantor Ayahmu."

"Tapi sekarang yang bertanggung jawab kan Om Damar."

"Hemmm. Iya ya. Kalau lembur terus, gimana kalian punya anaknya Yan. Haihhh..."

"Aku kerja untuk Gita juga. Biar nanti kalau kami diberi kepercayaan memiliki anak, finansialnya sudah stabil."

"Iya sih." Kembali Laras manggut-manggut mengerti. Mungki Ia terlalu waspada dan mencurigai Aryan.

"Kamu mau kemana Ras?" Tanya Aryan kemudian.

"Mau ke rumah kamu lah... gapapa kan? Kalau kamu pulang nanti, aku pulang kok."

"Kenapa gak nginap aja?"

"Eh enggak ya! Anti aku nginap di rumah yang ada suami-istrinya. Kalau kamu gak pulang, ya boleh aja aku nginap. Soalnya anak aku lagi di rumah Ibu mertua."

"Suami kamu?"

"Lagi ada project di luar kota."

"Ohh... gapapa nginap aja. Aku gak pulang malam ini. Udah bilang juga ke Gita."

"Sesibuk itu ya? Sampai kamu gak pulang?"

"Yaa namanya juga project baru. Pasti harus dikerjain cepat."

"Iya sih. Ya udah, aku duluan ya! Salam sama Ibu kamu." Ujar Laras yang sudah selesai dengan belanjaannya. Sepeninggal Laras, Aryan menghela nafas dalam sesaat. Ia merasa telah menghabiskan tenaga penuh untuk berbincang dengan Laras.

 

"Bi... kok tumben makanannya gini?" Protes Aruna setelah mencicipi masakan buatan Bi Ima.

"Begini gimana Bu? Kan Ibu yang minta saya buatkan ini? Apa rasanya tidak enak?"

"Rasanya aneh Bi. Gak manis." Sontak Bi Ima mengernyit. Mana mungkin sambal cumi rasanya manis? Sempat Bi Ima menggaruk tengkuknya karena keheranan, Ia tak bisa menebak apa yang Aruna inginkan sebenarnya.

"Mau saya buatkan lagi? Yang rasa manisnya?"

"Enggak Bi. Mubazir buat makanan banyak tapi gak dimakan. Tapi, boleh gak aku minta Bibi buatkan kue."

"Kue apa Bu?"

"Emmm apa aja Bi. Brownies aja tapi."

"Ya sudah, setelah maghrib saya buatkan ya Bu."

"Makasih ya Bi." Ucapannya terdengar manja, Aruna tersenyum riang layaknya anak kecil. Tak lama dari itu, terdengar suara dua orang laki-laki yang tengah berbincang. Ketika Aruna menghampiri dengan membawa sepiring sambal cumi di tangannya, Ia mendapati Aryan dan penjaga di gerbang tengah berbincang.

"Loh Mas? Pulang ke sini?" Tanyanya sekaligus memprotes. Biasanya setelah semalam Aryan menginap di rumahnya, lelaki itu selalu pulang ke rumah Gita. "Mbak Gita tahu?" Imbuhnya.

"Tahu. Aku ke sini kan karena kamu yang belum sembuh. Dan, apa itu?" Aryan penasaran dengan makanan apa yang dibawa Aruna. Ia menutup hidungnya dan kembali menjauh saat semerbak bau cabai memasuki rongga penciumannya.

"Kamu makan pedas lagi? Ishhh gimana mau sembuh." Protes Aryan ditanggapi santai oleh Aruna yang berjalan melewatinya lalu duduk di sofa ruang tengah. "Gak pakai nasi? Kamu mau bunuh diri?" Lagi, Aryan memprotes dengan kesal.

"Ih... kekenyangan kalau pakai nasi. Mas mau coba? Enak loh!" Balasnya seraya menyodorkan namun Aryan kembali menjauh.

"Sakit perut lagi tahu rasa kamu ya!"

"Ih jangan gitu Mas. Suami harus bisa jaga ucapan."

"Ya habisnya kamu--" belum selesai mengomeli, Aryan harus menelan kembali ucapannya. Ia mendadak panik saat Istrinya itu menyimpan piring lalu berlari ke arah kamar mandi. Kenapa lagi? Pikirnya mulai menerka.

"Aruna... kamu gapapa?" Tanya Aryan mengetuk pintu beberapa kali. Cukup lama Aryan menunggu jawaban, Aruna perlahan membuka pintu dengan lemas dan wajah pucat.

"Maaf Mas. Asam lambungnya kambuh lagi." Rengeknya takut dimarahi suaminya. Namun, amarah Aryan mereda ketika melihat wajah prihatin Aruna.

"Tuh kan. Sudah ya! Jangan makan pedas lagi. Mending kamu istirahat di kamar."

"Mas mau kemana?" Lagi, rengekannya cukup membuat Aryan luluh. Apa lagi, tangannya meraih lengan Aryan sekana menahan langkahnya.

"Mau kasih buah ke Bibi biar dicuci." Perlahan Aruna melepaskan genggamannya dan membiarkan Aryan berlalu dari hadapannya setelah pria itu memberi jawaban tersebut.

 

"Mendingan?" Tanya Aryan setelah Ia menyantap makan malamnya. Aruna mengangguk lalu bangun dari posisi tidurnya. Ia bersandar dan membiarkan Aryan duduk di sampingnya.

"Mulai besok, jangan dulu makan pedas. Kasihan lambung kamu."

"Iya Mas. Maaf."

Aryan termangu, Ia tak bisa jika melihat ekspresi menggemaskan Aruna. Apa lagi, malam ini Ia melihat Istri mudanya itu begitu cantik. Perlahan Ia mendekatkan wajahnya, dan meraih bibir manis milik Aruna. Lagi, tak ada penolakan seperti sebelumnya. Apa ini berarti Aruna sudah mencintainya? Meski pikiran itu berkecamuk, namun Aryan tak ingin melewatkan kesempatan ini. Terlebih saat Aruna merangkul pundaknya seakan meminta hal yang lebih darinya.

"Mas. Jangan kemana-mana ya!" Ucapnya menghentikan aktifitas mereka sesaat.

"Iya sayang. Mas di sini." Sahut Aryan dengan penuh kelembutan. Sungguh malam yang membuatnya berbunga.

...----------------...

Paginya, Aruna menggeliat merasakan pegal di beberapa bagian tubuhnya. Ia melirik ke arah Aryan yang tengah terlelap setelah beberapa saat yang lalu memintanya untuk kembali melayaninya.

"Mas Aryan memang gila. Malam sudah, tapi paginya juga minta lagi." Batin Aruna menggerutu seraya beranjak dari duduknya. Tiba-tiba Ia meringis merasakan linu di bagian perut bawahnya dan beberapa tanda yang Ia ketahui mulai terasa. "Duh... mau haid kayaknya." Batinnya lagi dengan melanjutkan langkah menuju kamar mandi.

Di samping itu, Gita yang tengah membuat sarapan bersama Laras pun terlihat melamun karena memikirkan laporan Laras yang sempat bertemu dengan Aryan sebelum Ia ke rumahnya. Ia sendiri terjebak dalam drama rahasia yang entah kapan akan terbongkar ini. Sampai kapan? Dan bagaimana akhirnya? Pikiran Gita selalu berkecamuk memikirkan akhir dari drama yang Ia buat sendiri. Jika Ia tak menyerah dan meminta Aryan poligami, mungkin Ia tak akan merasa bersalah atas dirinya sendiri.

"Banyak drama perselingkuhan bersliweran dimana-mana, aku jadi takut juga Git. Mana suami aku ke luar kota terus." Ujar Laras membuat Gita semakin terdiam membisu. Lalu, bagaimana dengan dirinya yang sudah berbagi hati dan raga?

...-bersambung...

1
Trilia Igriss
Cerita masih panjang kakak😄 Ikuti terus ya😊
Sukliang
Aduhhhh, Napa pula si suami pecundang pake perhatian segala
gimana ya thor aruna dg Adnan
biar nangis darah suami pecundang
Sunaryati
Sudahi saja pernikahan kalian Aryan, jika hanya menyakiti Aruna. Walaupun kamu dan Aruna tak menginginkan pernikahan tapi sikapmu yg abai membuat Aruna tertekan. Kuat dan tangguh Aruna, pertahankan anakmu. Jika mereka hanya mengharapkan anak yang kandung mending pergi saja, daripada makan hati terus.
Sukliang
nah gitu dong Thor, tq ya udah buat Aruna kuat, pisahin mereka, Aruna lebih bahagia drpd dg suami pecundang, dan kasihan Alice dan adnan
Trilia Igriss: Ikuti terus ya kak. Jangan bosen ikuti kisahnya Aruna😊 terimakasih atas dukungan kakak😊
total 1 replies
Haikal syahputra haykal
jgn buat aruna ngaku klu lgi hamil thor..
Sukliang
Thor, plissss jangan buat Aruna kayak manusia bukan manusia saking tololnya.
masak dak berani lawan
dan aku lebih S7, Aruna dg Adnan drpd dg suami pecundang, suami banci
Sunaryati
Kasihan Aruna, pasti banyak yg menganggap wanita murahan atau pelakor, jika banyak orang tahu
Trilia Igriss
Di dunia nyata semua istri sudah hebat kak😊
Sunaryati
Wah benar-benar hebat Gita, bisa rukun dengan madunya, cinta memang buta dan perlu pengorbanan demi kebahagiaan suami dan mertua rela dimadu. Semua orang termasuk aku menentang suami poligami, walau jika ikhlas mau dimadu derajatnya ditinggikan.
Sukliang
lebih bagus Aruna dg dokter Adnan
drpd mkn ati dg Aryan, sbg istri ke 2 pula
Sukliang
Thor tlg jgn buat Aruna begitu dak dihargai oleh Aryan
Trilia Igriss: Ikuti terus ya kak 🙂😊
total 1 replies
Maya Indah
lanjutt thorrr
Maya Indah
ya ampun thor kenapa jadi gita atau aruna sedih banget si
Siti Khoiriah
sakut banget ja aruna😭😭😭😭😭
Jumiah
menjadi istri ke2 bukan menyelesaikan masalah mallh menambah penderitaan .
berlipat lipat ,
memikiran gk masuk akal sehat..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!