NovelToon NovelToon
Chaotic Enigma : Leveling Reincarnation

Chaotic Enigma : Leveling Reincarnation

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan / Solo Leveling
Popularitas:219
Nilai: 5
Nama Author: Adam Erlangga

Di dunia lama, ia hanyalah pemuda biasa, terlalu lemah untuk melawan takdir, terlalu rapuh untuk bertahan. Namun kematian tidak mengakhiri segalanya.

Ia terbangun di dunia asing yang dipenuhi aroma darah dan jeritan ketakutan. Langitnya diselimuti awan kelabu, tanahnya penuh jejak perburuan. Di sini, manusia bukanlah pemburu, melainkan mangsa.

Di tengah keputusasaan itu, sebuah suara bergema di kepalanya:
—Sistem telah terhubung. Proses Leveling dimulai.

Dengan kekuatan misterius yang mengalir di setiap napasnya, ia mulai menapaki jalan yang hanya memiliki dua ujung, menjadi pahlawan yang membawa harapan, atau monster yang lebih mengerikan dari iblis itu sendiri.

Namun setiap langkahnya membawanya pada rahasia yang terkubur, rahasia tentang dunia ini, rahasia tentang dirinya, dan rahasia tentang mengapa ia yang terpilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adam Erlangga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 14

Di dalam dungeon, Rudy, Marco, dan Lilia sedang mempersiapkan diri untuk pergi ke dalam Dungeon Hell.

"Berapa lama kita akan di sana, Rudy?" tanya Marco.

"Aku sendiri tidak tahu, tergantung dari persiapan kita, dan tergantung dari pertempuran kita. Sepertinya Dungeon Hell sangat berbeda dengan dungeon-dungeon sebelumnya," jawab Rudy.

"Kita harus menggunakan atribut es jika ingin bertahan di dalam neraka," kata Lilia.

"Baiklah, apa kalian sudah siap?" tanya Rudy.

"Ah, kami sudah siap," saut Marco.

Mereka bertiga terlihat mengenakan armor layaknya kesatria perang. Berbagai item pendukung telah dipersiapkan untuk menaklukkan Dungeon Hell.

SWIISSH—suara portal mulai terbentuk, menuju Dungeon Hell.

[Portal Dungeon Hell berhasil di buat]

"Hm, Bahkan aura portalnya saja sudah sangat mencekam," kata Rudy.

"Hawanya sangat panas sekali," kata Marco.

"Aku harap kalian selamat di dalam sana. Mari kita berangkat," kata Rudy.

Mereka pun memasuki Dungeon Hell. Pemandangan di dalamnya dipenuhi kobaran api yang membakar bebatuan, lava panas menyembur dari celah-celah tanah.

"Ini seperti masuk ke dalam gunung berapi," kata Rudy sambil melihat puluhan ribu hewan iblis yang keluar dari lava.

"Sepertinya api tidak berpengaruh pada mereka," kata Lilia.

"Kita habisi mereka semua," kata Rudy sambil berlari menuju gerombolan hewan iblis.

....

Dua tahun pun berlalu…

"Huh... huh... huh… akhirnya kita sampai di depan pintu Boss terakhir," kata Rudy dengan napas terengah-engah. Seluruh tubuhnya juga penuh luka.

"Aku sudah tidak kuat lagi di dalam sini," kata Marco yang hampir pingsan. Tubuhnya berlumuran darah.

"Apa kau akan menunggu di sini bersama Lilia? Sepertinya dia belum sadar sejak pingsan seminggu yang lalu," kata Rudy.

"Aku sangat ingin bertarung denganmu, Rudy, tapi sepertinya tidak ada waktu istirahat buat kita," kata Marco sambil menggendong Lilia yang tak sadarkan diri.

"Jika kita beristirahat di sini, sama saja seperti bunuh diri. Di dalam dungeon ini, meskipun kita tidak terkena serangan dari hewan iblis, auranya saja bisa melukai kita," kata Rudy.

"Aku sudah tahu itu. Tapi lihatlah kami, kita sudah mencapai batas," saut Marco.

"Baiklah Marco. Gunakan potion sebanyak mungkin untuk menyembuhkan diri. Meskipun tidak berpengaruh banyak, tapi itu akan sedikit membantu," kata Rudy.

"Aku sudah melakukannya setiap menit, tapi luka-luka ini tidak bisa sembuh. Bahkan semakin parah," saut Marco yang semakin lemas.

"Hmm, kau benar… tapi aku tidak bisa berhenti begitu saja. Kita sudah sampai sejauh ini," saut Rudy.

"Apa kita tidak bisa keluar dari dungeon, lalu kembali lagi setelah tubuh kita sembuh total?" tanya Marco.

"Sepertinya itu tidak bisa. Sejak masuk ke Dungeon Hell, aku kehilangan koneksi dengan Emma. Masalah terbesarnya, aku tidak bisa membuat portal keluar. Kita terjebak di sini sejak pertama kali kita masuk," kata Rudy.

"Jadi maksudmu, jalan satu-satunya adalah menyelesaikan dungeon ini?" tanya Marco.

"Itu benar. Meskipun aku mati di sini, aku tidak akan menyesal," kata Rudy sambil berjalan menuju pintu Boss terakhir.

"Huh, baiklah kalau begitu. Aku sudah siap, Rudy," kata Marco yang mengikuti Rudy.

KRIIIT—Rudy membuka pintu ruangan Boss terakhir.

KHARRRSGRRR—suara raungan seekor Naga Merah yang sangat besar.

"Jadi Boss terakhir di sini adalah seekor naga," kata Rudy.

"Aku akan membantu dari jarak jauh. Apa kau sanggup melawannya sendirian?" tanya Marco.

"Baiklah, jaga Lilia di sana. Jika ada kesempatan, sembuhkan dia juga. Aku akan melawannya sekarang," kata Rudy sambil mengeluarkan dua pedang.

"Baiklah, Rudy. Semoga berhasil," kata Marco.

....

GRRRRR—raungan naga yang siap menyerang Rudy.

"Kita selesaikan sekarang," kata Rudy. DEEP—tubuhnya menghilang dan muncul tepat di depan kepala naga.

"HOAAAA!" teriak Rudy, menyerang kepala naga.

TRIING—suara benturan pedang Rudy di kepala naga.

"Tidak mungkin," kata Rudy terkejut melihat pedangnya tidak bisa melukai naga.

GRRR… SWOOSH—serangan naga mengarah ke Rudy.

"Uhooak!" Rudy terkena hantaman di perut, tubuhnya terpental jauh ke belakang.

BREDOOM—hantamannya menghancurkan tembok.

"Rudy? Tidak mungkin… pertempuran baru saja dimulai," kata Marco kaget.

"Huh... huh… aku lupa menambahkan poin sejak masuk ke sini," kata Rudy terengah.

"Aku benar-benar terlalu bergantung pada Emma… dan di mana dia sekarang?" katanya lagi sambil berdiri.

"Rudy, apa kau baik-baik saja?" tanya Marco.

"Marco, ulurkan waktuku sebentar. Ada sesuatu yang harus aku siapkan," kata Rudy.

"Ah, baiklah," kata Marco lalu menyerang naga.

"HOAAA!" suara Marco bergema saat ia menyerang naga dengan cepat.

SLASH! SLASH! SRAK! TRANG! Serangannya bertubi-tubi menghantam tubuh naga, namun…

"Kenapa aku tidak bisa melukainya? Ini benar-benar di luar kemampuanku," kata Marco sambil terus bergerak menghindar dan menyerang.

....

Di sisi lain, Rudy sedang membuka layar statusnya.

"Benar saja… statusku hanya bertambah sedikit sejak pertama kali masuk ke sini," gumam Rudy.

"Aku harus menambahkannya ke STR. Serangan seperti tadi tidak akan mempan padanya," lanjutnya sambil menuangkan semua poin ke kekuatan.

....

"Rudyyy! Apa kau belum siap?" teriak Marco, masih berputar di sekitar tubuh naga.

"Tunggulah sebentar, Marco," jawab Rudy.

Namun tiba-tiba, naga itu menyerang Marco dengan napas yang terkumpul di mulutnya.

BRLURRRR! Api biru menyebar ke seluruh area.

"Ha…?" suara Marco terkejut.

"AAAAAAA!" teriak Marco saat api biru membakar seluruh tubuhnya. Belum sempat ia bereaksi, ekor naga menghantam tubuhnya dengan kecepatan luar biasa.

"Uhuk!" Marco memuntahkan darah saat tubuhnya terpental menghantam tembok dungeon.

Tiba-tiba, Lilia membuka mata.

"Di mana ini?" katanya sambil menatap seekor naga raksasa di depannya.

"Apa yang sudah terjadi di sini?" gumamnya sambil melihat sekitar.

"Marco…?" katanya lagi, melihat Marco terkapar di dinding dungeon.

....

"Sialan… bertahanlah sebentar, Marco!" teriak Rudy, masih mereset skillnya.

Namun naga itu menghilang, lalu muncul tepat di depan Rudy.

"Mustahil…" kata Rudy, kaget menyadari kemunculannya.

BREDOOM! Serangan naga menghantam tubuh Rudy dengan keras.

....

"Tubuhku sudah tidak bisa digerakkan… sialan," kata Marco lemas di tanah.

"Marco?" teriak Lilia.

"Lilia, jangan berteriak," kata Marco.

Dengan sekejap, naga itu berbalik menyerang Lilia.

"Apaa…?" Lilia kaget, namun DEEP—ia berhasil menghindar.

"Huh... huh… serang kepalanya, Lilia!" teriak Rudy.

"Ah, baiklah!" jawab Lilia, ia langsung berlari sambil merapal sihir elemen es tingkat tinggi.

ZIIING! SWOOSH! Sihir es meluncur cepat menghantam kepala naga.

BREDOOM! Suara benturan sihir di kepala naga bergema.

"Huh... huh… apa dia berhasil melukainya?" tanya Rudy.

"Sepertinya tidak," jawab Marco.

Naga itu kembali mengumpulkan api biru di mulutnya.

"Cepat, pergi dari sana, Marco!" teriak Rudy.

"Sepertinya sudah terlambat," saut Marco.

SWOOSH! BREDOOM! Bola api biru menghantam posisi Marco, bahkan membuat dinding ruangan berlubang besar.

"Huh... huh… untung masih sempat," kata Rudy sambil menggendong Marco menjauh.

"Terima kasih, Rudy," saut Marco.

"Sembuhkan lukamu, lalu seranglah kakinya. Sepertinya kelemahannya ada di sana," kata Rudy.

"Tunggu sebentar," kata Marco, ia mengambil beberapa potion.

"Lilia, serang kepalanya sekali lagi!" teriak Rudy.

"Baik!" jawab Lilia, mengeluarkan sihir es tingkat tinggi sekali lagi.

BREDOOM! Sihir menghantam kepala naga.

"HOOAAA!" teriak Rudy, kini ia tiba-tiba berada tepat di depan naga.

SRAAK! Pedang Rudy menebas mata naga.

GRRRRRR! Raungan kesakitan sang naga memenuhi ruangan.

"Sepertinya aku berhasil melukainya," kata Rudy.

"Aku siap, Rudy!" teriak Marco.

"SEKARANG!" seru Rudy.

Marco melesat ke arah kaki naga, menyerangnya tanpa henti.

SRAK! SRAK! SRAK! Serangan cepat menghantam kaki naga.

"HOOAAA!" Marco berteriak sambil menghantam terus menerus.

"Sekarang, Lilia!" teriak Rudy.

"Ah!" Lilia segera mengeluarkan sihir dan menghantam tubuh naga.

BREDOOM! Serangan es menghantam tubuhnya, lalu…

"HOOAAA!" Rudy menebas kepala naga dengan cepat.

SRAK! SRAK! SLASH! Tebasan pedangnya terus menghujani kepala sang naga.

"Serang terus! JANGAN BERHENTI!" teriak Rudy.

Namun tiba-tiba…

"Uhook!" Marco sudah tidak sanggup lagi menyerang. Tubuhnya roboh dan terguling di tanah.

"Maaf, teman-teman," katanya sebelum tak sadarkan diri. 

"Huh... huh… HOOAAA!" Rudy tetap menyerang kepala naga sendirian.

Sementara itu, Lilia berpikir dalam hati, "Aku sudah tidak kuat lagi… sihir dan tubuhku sudah mencapai batas." Pandangannya mulai buram, kepalanya berat, dan akhirnya ia pun terjatuh, pingsan.

Kini, hanya Rudy yang tersisa untuk menghadapi Boss terakhir Dungeon Hell.

....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!