Seorang detektif muda tiba-tiba bisa melihat arwah dan diminta mereka untuk menyelesaikan misteri kematian yang janggal.
Darrenka Wijaya, detektif muda yang cerdas namun ceroboh, hampir kehilangan nyawanya saat menangani kasus pembunuh berantai. Saat sadar dari koma, ia mendapati dirinya memiliki kemampuan melihat arwah—arwah yang memohon bantuannya untuk mengungkap kebenaran kematian mereka. Kini, bersama dua rekannya di tim detektif, Darrenka harus memecahkan kasus pembunuhan yang menghubungkan dua dunia: dunia manusia dan dunia arwah.
Namun, bagaimana jika musuh yang mereka hadapi adalah manusia keji yang sanggup menyeret mereka ke dalam bahaya mematikan? Akankah mereka tetap membantu para arwah, atau memilih mundur demi keselamatan mereka sendiri?
Update setiap hari,jangan lupa like dan komen
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 31 GEDUNG TUA
Di tengah ruangan luas yang redup hanya diterangi lampu neon berkelap-kelip, Jordan diikat erat pada kursi besi. Wajahnya babak belur, darah mengalir dari bibirnya, matanya liar berusaha mencari jalan keluar.
"My baby Jordan"kata hantu Lara sedih menatap kekasihnya sudah babak belur.
"Gila Jordan sekarang dalaam bahaya"gumam Darren.
Sekitar enam pria bertubuh kekar berdiri mengelilingi Jordan, beberapa memegang tongkat besi dan rantai. Wajah mereka keras, penuh tatto, bahkan tubuh mereka lebih besar dan kuat dibanding para penjaga Andre.
Jason berdiri tepat di depan Jordan, senyumnya miring penuh kesombongan.
"Lo itu cuman penghalang di hidup gue,karena lo ada harta keluarga Addison ga pernah jadi milik gue"
Jordan meludah ke arah Jason meski tubuhnya lemah.
"Gue ga butuh harta keluarga Addison,kalau lo mau ambil aja anjing"
Jason hanya tertawa rendah, lalu mengeluarkan sebilah pisau panjang dari balik jaketnya. Cahaya lampu yang temaram membuat pisau itu berkilau menyeramkan.
"Kenapa semua yang seharusnya milik gue selalu lo dapetin, bahkan orang yang gue suka Lara juga lo rebut"
"Tapi gue udah pernah rasain dia dan gue antar dia ke temu tuhan" Jason tertawa lebih keras.
"Apaa?Lara bukan hilang tapi lo bunuh" Jordan menggerak gerakan tubuhnya seolah ingin menghajar Jason yang masi tertawa.
"Kenapa?Lo ga suka?apa lo mau nyusul dia keneraka?"Jason mendekat sambil memainkan pisau ditangannya.
Darren, Selina, dan Gavin menahan napas di balik tumpukan kotak kayu tua. Mata mereka membelalak, jantung mereka berdetak dengan sangat kencang.
"Anjing dia emang the rill psikopat"gumam Gavin.
Darren menggertakkan giginya.
"Kita harus cari celah. Kalau enggak, dia bakal mati di sini"
Hantu Lara yang sedari tadi berdiri di sebelah Darren menatapnya dengan tatapan sendu seolah ia tidak rela kekasihnya bernasib tragis seperti dirinya.
"Selamatkan dia aku mohon. Aku nggak mau ada korban lagi di tempat ini,” suaranya bergetar, kedua matanya sudah dipenuhi air mata berwarna hitam.
Gavin menggenggam lengan Darren lalu berbisik dengan panik.
"Ren kita beneran mau lawan mereka? Liat tuh badannya kayak tank lebih besar dari penjaganya Andre, yang ada kita babak belur duluan sebeluk nyelamatin Jordan"
Darren menatap tajam ke arah Jason dan orang-orangnya.
"Kita nggak punya pilihan, Vin. Kalau kita diam Jordan bakal jadi korban berikutnya. Walau kita detektif tapi kita juga polisi harus bantu orang orang yang membutuhkan ga bisa kita abaikan,walau itu mempertaruhkan nyawa kita"
"Jadi kita harus gimana?"tanya Selina.
Darren menempelkan punggungnya ke kotak kayu tua itu. Nafasnya diatur pelan, matanya tak lepas dari Jordan yang masih terikat di kursi besi. Jason dan enam orang kekar itu tampak terlalu kuat jika diserang sembarangan.
"Dengerin kita harus buat rencana" Darren berbisik ke arah Selina dan Gavin.
"Kita nggak bisa langsung maju gitu aja yang ada kita pasti kalah. Kita harus bikin mereka kacau dulu, baru selametin jordan"
"Oke gue ngerti,tapi rencananya gimana?"Gavin bertanya.
Darren melirik ke arah sudut ruangan. Ada tumpukan drum minyak kosong, beberapa kayu patah, dan rantai yang tergantung. Darren berpikir sejenak hingga ia mendapatkan ide baru.
"Selina" Darren menoleh ke arah gadis itu.
"Lo coba alihin perhatian mereka,kalau bisa lo jalan ke arah drum minyak kosong lo jatuhin dan kenain ke 3 orang penjaga disana"
Selina menarik napas dalam,sambil mengendap endap ke arah drum kosong
"Gue siap"
"Dan lo Gavin"Darren meneouk bahu sahabatnya.
"Begitu mereka teralihkan, lo sama gue maju bareng. Lo pukul penjaga paling deket Jordan, gue urus sisanya. Kita buka ikatan Jordan secepatnya, lalu kabur dari sini"
"Oke walau ini agak kayak gimana gitu tapi gue siap demi kebenaran" kata Gavin sambil tersenyum tipis.
Darren menatap mereka berdua.
"Inget, tujuan utama kita bukan ngalahin mereka semua. Kita harus keluar bareng Jordan. Kalau situasi makin kacau, kita segera lari. Jangan ada yang gegabah mau nyelamatin yang terpenting disini nyawa kita dulu"
"Terutama Lo Ren lo harus hati hati"kata Selina.
Darren hanya tersenyum kecil, meski dalam hatinya jantung berdegup kencang. Ia kemudian melirik Lara. Hantu itu masih berdiri, air mata hitam mengalir di pipinya.
"Ayo Darren selamatin my baby Jordan"
Darren mengangguk kecil. Ia kemudian memberi kode dengan jari.
"Tiga… dua… satu…"
Selina berjalan ke arah Drum yang bertumpuk tinggi, lalu mengikat tali dan mengendap endap kembali ia melemparkan batu ke arah drum.
"Dengg"
Suara bergema keras, membuat semua orang di ruangan menoleh.Jason menghentikan langkahnya, wajahnya kesal.
"Apa itu?"
Para penjaga yang juga mendengar itu segera menoleh dan berjalan mendekat ke arah drum dengan cepat Selina menarik tali itu yang membuat drum kosong itu terjatuh semua dan mengenai ketiga penjaga itu.
Darren dan Gavin langsung berlari secepat mungkin ke arah Jordan yang terikat di kursi. Namun, langkah mereka terhenti ketika tiga orang penjaga berbadan kekar berdiri menghadang, wajah mereka dingin tanpa ekspresi, otot-otot menegang seakan siap meremukkan siapa saja.
"Anjir gede amat ototnya" Gavin bergumam.
"Ampuni gue ntar ya om"kata Gavin sedikit mengejek.
Salah satu penjaga langsung menghantam Gavin dengan pukulan lurus. Gavin nyaris terjungkal, tapi ia menunduk cepat, lalu menendang keras ke arah lutut pria itu. Si penjaga menggeram marah, tubuhnya sempat goyah.
Sementara itu, Darren lebih dulu menerima serangan tinju dari penjaga lain. Dentuman pukulan mendarat di rahangnya, membuat Darren terhuyung mundur. Darah langsung terasa di sudut bibirnya, tapi ia balas dengan serangan siku ke perut lawan, lalu menyikut lagi ke dagu. Penjaga itu sempat goyah, tapi tak langsung jatuh.
"Gila, mereka kayak batu" Darren mendesis sambil mengangkat tangan untuk menangkis pukulan berikutnya.
Penjaga ketiga yang lebih besar maju mendekat, langsung menendang keras ke arah Gavin hingga tubuh Gavin membentur dinding. Ia terbatuk keras, matanya berkunang. Tapi dengan sisa tenaga, Gavin menyambar besi pipa kecil yang tergeletak di lantai dan mengayunkannya ke arah kepala penjaga itu. Dentuman keras terdengar, penjaga itu memekik dan terhuyung.
Darren, yang kini menghadapi dua penjaga sekaligus, menahan pisau lipat yang hampir saja menusuknya. Dengan reflek cepat, ia memutar tangan lawan, lalu menghantam wajah pria itu dengan lututnya. Darah langsung mengucur dari hidung penjaga.
Sementara Gavin kembali berdiri dengan terhuyung, ia menerjang lawannya, menusukkan bahu ke perut si penjaga besar hingga mereka berdua terhempas ke lantai. Tinju demi tinju berbalas, wajah Gavin mulai lebam, tapi ia berhasil menghantam lawannya dengan besi pipa sekali lagi, kali ini membuat pria itu ambruk.
"Buruan kalahkan mereka"teriak Jason yang agal ketakutan.
Darren, dengan napas terengah, menendang satu penjaga hingga membentur meja kayu, sementara yang lain ia kunci lehernya sampai terkapar.Mereka berdua kini berdiri terengah, tubuh mereka penuh luka lebam.
"Vin lo oke kan? Darren bertanya dengan suara parau.
"Selagi masi bernapas kita harus segera, Ren ayo cepat! Jordan harus kita selamatkan sekarang!" Gavin menjawab dengan wajah berlumuran darah tapi sorot mata penuh tekad.
Gavin dan Darren pun melangkah ke arah Jordan yamg sedang lemah,tapi mereka tidak melihat keberadaan Jason. Selina pun segera ikut membantu menyelamatkan Jordan.
"Dimana Jason?"tanya Darren melihat sekeliling