Istri Penebus Hutang Milik Duda Kejam
"TIDAK MUNGKIN" teriak Candra Prasojo, saat asisten pribadinya menghadap untuk menyampaikan kabar, jika tender besarnya kali ini mangkrak dan rugi besar, "Bagaimana bisa terjadi?" cecarnya lagi.
"Maaf Tuan, tanah pada pembangunan wahana bermain ini ternyata masih dalam sengketa! pemilik asli mengakui tidak pernah menjual tanahnya, beserta bukti sertifikat kepemilikan yang asli!" jawab asisten pribadinya takut- takut.
"Siapa yang bertanggung jawab dalam pembelian tanah?" tanya Candra dengan dada yang sudah naik turun.
Pasalnya, bukan hanya kerugian tanah saja, seluruh uang sudah masuk ke dalam proyek besar ini dan pembangunan sudah hampir 70%.
"Marvin, Tuan! tapi Marvin sudah resign dua bulan yang lalu, Tuan!" jawabnya.
Brak!
"KEPARAT! Cari Marvin sampai dapat walaupun harus masuk ke lubang tikus sekalipun!" teriak Candra sambil menggebrak mejanya.
"B—baik, Tuan!" ucapnya sambil permisi undur diri...
"Bangsat Marvin!" kesal Candra.
Pikirannya kalut!
Tender ini satu-satunya kesempatan untuk perusahaannya yang sudah di ujung tanduk untuk bangkit lagi, karena perkiraan wahana itu akan rame dan nama perusahaan Trefitija Baja akan kembali naik.
Namun, bukannya naik, justru kini semakin membuatnya hancur, karena oknum yang tidak bertanggung jawab.
Candra hanya bisa meremas rambutnya dengan keras sambil menumpukan dahinya di meja, mencoba berfikir bahagia cara penyelesaian juga tanggung jawabnya terhadap P. T Bimantara.
Pasalnya, Candra menggunakan produk Beton dan bata ringan dari perusahaan itu dan menjanjikan uangnya jika proyek sudah selesai dan memboyong nama perusahaannya saat launching wahana tersebut karena sudah mensupport sebagian beton dan baja ringan.
Brak!
"Arghhhh!" erang Candra sambil membuang berkas-berkas didepannya.
Candra sangat frustasi! pikirannya buntu dan tak tau harus mencari jalan keluar kemana lagi, perusahaannya sudah tak dipercaya lagi. Satu-satunya yang memberi kesempatan adala P. T Bimantara yang masih mau bermitra dengannya dan menggelontorkan banyak dana.
Disaat otaknya benar-benar kalut, ponsel Candra berbunyi, dan dengan cepat Candra meraih ponsel itu.
Deg!
Jantung Candra berdetak kencang saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya, — Narendra Bimantara, CEO sekaligus pewaris utaman dari P. T Bimantara yang sedang bekerjasama dengannya.
Nama yang sangat Candra hindari saat ini, dan itu membuat Candra bergetar ketakutan.
Tut!
"Hallo, Tuan Naren! Ada yang bisa saya bantu?" kata Candra mengangkat panggilan akhirnya setelah menenangkan diri.
"Jangan basa-basi, Tuan Candra! Wahana sudah mulai dirobohkan pemilik tanah sekarang ... Apa Anda masih akan terus membohongi, saya?" ketus Naren begitu dingin membuat Candra lemas seketika.
"Anda sebaiknya tenang dulu, Tuan Naren! saya akan berusaha menyelesaikan masalah sengketa ini!" ucap Candra berusaha menenangkan Naren
"OMONG KOSONG!" teriak Naren, "Aku bahkan sudah menanyakan langsung pada pemilik tanah, dan sampai mati dia tak akan melepaskan tanah milik buyutnya itu!" lanjut Naren geram.
Deg!
Jantung Candra semakin tak karuan, karena sekelas Narendra saja ditolak oleh pemilik tanah, apalagi dirinya.
Seketika Candra terduduk karena limbung.
Selesai! Semua sudah selesai! Perusahaan yang Candra bangun telah hancur!
Candra sudah hancur!
"BAYAR SELURUH HUTANGMU, TUAN CANDRA! SAYA BERI WAKTU SAMPAI BESOK, ATAU KAU TAU SENDIRI AKIBATNYA!" teriak Naren akhirnya karena tak mendapati jawaban apapun dari Candra kemudian menutup panggilan secara sepihak.
Jantung Candra kian mencelos!
Hal itu membuat asisten pribadinya yang ada di ambang pintu merasa iba, karena sekuat tenaga dia berusaha mereka tetap tak bisa mendapatkan tanah itu.
Pemiliknya bersikukuh merobohkan wahana bermain itu yang sudah 70 % jadi seluas satu hektar itu.
"Ada apa?" tanya Candra setelah menyadari ada asisten pribadinya.
"Maaf, Tuan! Marvin adalah penipu, saat saya datang ke alamatnya ternyata Marvin yang asli adalah seorang laki-laki yang autis dan cacat sejak bayi!" ucap assisten pribadinya.
Pyar!
Candra tak bisa lagi menahan amarahnya, vas bunga yang ada di depannya telah melayang membentur lantai dan berhamburan sebagai pelampiasan amarahnya.
hancur lebur seperti perusahaannya saat ini, "BAJINGAN! Marvin Keparat!" teriaknya lagi.
"Dan saat ini, para investor yang masih tersisa menarik semua uangnya yang sudah masuk, Tuan!" ucapnya lagi.
Candra menarik kuat rambutnya, berharap bisa berfikir dan mencari solusi akan masalahnya, "Suruh ambil perusahaan ini sebagai ganti uang mereka!" ucap Candra.
Tak ada apapun lagi selain bangunan delapan lantai ini yang berharga! Dan Candra merelakan bangunan itu untuk mengembalikan uang para investor juga pesangon untuk para karyawannya.
Setidaknya Candra bertanggung jawab sampai akhir.
Candra kemudian mengambil jasnya dan pergi untuk pulang, berharap dirumah dia akan tenang dan bisa mencari penyelesaian dari masalahnya.
Namun saat masih ada di perjalanan, ponsel Candra kembali berdering, Candra dengan cepat mengangkat panggilan nya, "Ada apa, Tuan?" tanya Candra.
"Perusahaanmu sudah habis untuk uang investor dan pesangon karyawan, lalu dengan apa kamu membayar hutangmu padaku, Tuan Candra!" ucap Naren dingin.
Narendra tak dibiarkan berfikir sejenak, semua bertubi-tubi datang tanpa jeda padanya.
"Saya akan usahakan, Tuan!" ucap Candra.
"Aku yakin, rumahmu pun tak bisa menutupi hutangmu! maka dari itu aku memberikan penawaran yang menarik, untukmu?" ucap Naren.
Candra tampak cerah dan seakan mendapat angin segar mendengar ucapan Naren yang akan memberikan penawaran untuk hutang milyaran nya, "Apa itu, Tuan?" ucapnya.
"Putrimu! Aku mau putrimu sebagai bayarannya!" ucap Naren
Deg!
"Kau gila, Tuan Naren! Aku bukan Ayah yang akan menjual putrinya padamu!" ucap Candra geram karena penawaran yang tidak masuk akan dari Naren.
Siapa ayah yang akan menjual putrinya pada seorang laki-laki yang dingin, kejam dan tak tersentuh seperti Narendra. Bahkan kabarnya, Naren belum bisa melupakan mantan istrinya itu.
"Pikirkan baik-baik!" jawab Naren kemudian menutup panggilan sepihak.
Jantung Candra berdetak kencang setelah itu, bersamaan dengan mobilnya yang berhenti di depan rumah, hatinya bingung, pikirannya kalut, dan emosi masih memenuhi hatinya.
Cklek!
"Ayah! Sudah pulang?" tanya Ervina saat melihat Candra masuk.
Candra menoleh, "Kamu, Na! Sudah ... Tumben juga Na ada dirumah, biasanya Na keluar sama temen-temen Na!" jawab Candra.
"Teman-teman Na sibuk cari tempat kuliah, Yah! Na katanya suruh nunggu Ayah!" ucap Ervina.
Deg!
Candra sampai lupa jika berjanji akan mencarikan putri bungsunya kuliah, karena Ervina baru saja selesai pesta kelulusan SMA, tapi bagaimana bisa kuliah saat kehidupannya sedang kacau seperti ini.
Candra tak bisa lagi mengucapkan apapun pada putri bungsunya itu, seketika penawaran Naren kembali terngiang di pikirannya, namun di sisi lain, Candra berfikir jika putrinya baru berusia 19 tahun, masih sangat muda untuk menghadapi dunia pernikahan yang kejam.
Tapi nyatanya semua seolah menghimpit Candra!
Darimana mengembalikan uang Naren? Darimana uang untuk kuliah Na? Tidak bisa! Tidak ada! bingung Candra.
"Ayah kenapa? Apa ada masalah, Yah?" tanya Ervina.
"DIAM, Na! Besok siapkan dirimu! kamu tidak akan kuliah, besok Ayah akan nikahkan kamu dengan teman Ayah!" ucap Candra tanpa menoleh pada putrinya.
"Ayah, Na masih mau kuliah! Na mau kejar cita-cita Na, Ayah!" tolak Ervina.
"TIDAK ADA BANTAHAN! BESOK KAMU AKAN MENIKAH!"
Jder!
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Rhenii RA
Ramai bulan rame
2024-11-23
0
🌹🪴eiv🪴🌹
miris....😞
2024-11-19
1
Safta Anggraini
kejam banget ya
2024-11-17
0