Pernikahan Dadakan Anak SMA

••

Kepulangan Hadzel dan Liam, Alya langsung membersihkan diri di bathroom. Berendam di bathup untuk menyegarkan diri melupakan masalah besar yang telah menimpa hidupnya beberapa hari ini. Semua terasa aneh bagi Alya, mengingat kedua orang tuanya yang pergi begitu saja. 

“Seperti ada yang ganjal dengan ini semua, dan sepertinya aku merasa sudah melupakan sesuatu yang penting. Tapi apa ya?” Alya bermonolog sendiri. 

Tok.. Tok.. 

Suara pintu bathroom diketuk terus berbunyi tapi kali ini bunyinya seperti orang yang terburu-buru. “Ihhh, siapa si?!” Alya jadi kesal sendiri. Ia yakin jika manusia yang selalu menganggunya ya sudah pasti Aldan Matthew. 

Dengan bibir cemberut Alya bangkit dari bathup, mengguyur tubuhnya dulu dibawah shower sekalipun suara ketukan pintu itu terus berbunyi. Setelah merasa cukup, Alya mengambil handuk lalu melilitkan pada tubuh indahnya. 

“Kalau nggak penting, bisa mati itu kecoa ditanganku!” Omel Alya yang sudah kesal setengah mati kepada Aldan. 

Kala membuka pintu terlihat Aldan yang berdiri disana dengan ekspresi wajah yang cukup menyebalkan bagi Alya. 

“Ada apa?” Tanya Alya sembari berjalan melewati Aldan begitu saja. 

Aldan berdecak kagum melihat body tubuh Alya kali ini, sungguh menggoda. Aldan menyusul Alya yang sedang memilih piyama tidurnya. Aroma sabun yang dipakai Alya sungguh menggoda malam ini, Aldan tidak tahu ada apa dengannya malam ini. 

Alya memilih sepasang piyama berwarna biru langit, ia melirik kearah Aldan yang malah berdiri didekatnya dengan tangan bersedekap didada. Kalau ada pria itu sudah pasti Alya tidak akan bisa berganti pakaian, tapi sepertinya akan sulit mengusirnya. 

“Hem, bodoamat deh. Lagian dia juga suamiku.” Kata Alya didalam hati. 

Tanpa berpikir dua kali lagi, Alya langsung menjatuhkan handuk yang menutupi tubuhnya begitu saja. Hingga tubuh polosnya terpampang nyata, Aldan sungguh terkejut melihatnya. Napas Aldan terasa sesak dengan semua pandangan ini, Alya sungguh menggoda. 

“A-ap-apa ya-yang kau lakukan?” Tanya Aldan dengan terbata-bata. 

Malah Alya terlihat tenang, santai memakai celana dalamnya dihadapan Aldan yang masih terus menatap tubuh indahnya. Cepat-cepat Aldan langsung pergi meninggalkan Alya, ia merasa darahnya berdesir dan jantungnya berdegup sangat kencang. 

Kala kepergian Aldan, Alya malah tertawa kecil. “Rasain! Makannya jadi orang jangan sok mesum, kalau sebenarnya nggak tahan sendiri.” Ujar Alya menertawakan ekspresi Aldan tadi. 

Sementara Aldan memegang jantungnya kala sudah menutup pintu. Wajahnya sudah pasti memerah, bagaikan tarikan napas Aldan terasa berat sekali. Aldan melihat kearah adiknya dan Ya sudah menegang sempurna. Tidak bisa, tidak bisa terus seperti ini. Cepat cepat Aldan melangkah menuju kamar tamu, untuk menurunkan adiknya. 

“Dasar Alya! Berani sekali dia memainkan diriku seperti tadi, awas aja!”

••

Alya berbaring di ranjang berukuran king size itu sambil terus menatap pintu kamar. Karna sedari tadi Aldan tidak kunjung masuk untuk tidur, Alya tidak tahu kemana pria itu pergi. Alya kembali duduk, ia merasa cukup aneh dengan Aldan malam ini. Tidak biasanya sampai selarut ini Aldan tidak masuk kedalam kamar. 

“Kemana kecoa itu?” Alya jadi bertanya-tanya sendiri, ia langsung turun dari tempat tidur. Alya berniat ingin mencari Aldan di lantai bawah, tapi kala membuka pintu pria itu sudah muncul dengan tubuh yang terlihat segar sehabis mandi. 

“Kau mau kemana?” Tanya Aldan, ia menarik tangan Alya untuk kembali menuju kasur. 

“Mau mencarimu_”

“Mau menggodaku kan? Kau ini tidak bertanggung jawab, kalau sudah berani menggoda maka seharusnya sudah berani aku sentuh.” Ucap Aldan kepada Alya yang terkejut sebenarnya. 

“Jangan ngaco!”

“Nggak ngaco! Kenapa, apakah Alya Dexter takut?” Tanya Aldan dengan berbisik tepat disamping telinga Alya. Tidak hanya itu Aldan juga menyempatkan menjilat telinga Alya sehingga membuat wanita itu meremang merasakan geli. 

Tubuh Alya membeku sempurna, ia langsung terduduk dipinggir ranjang karna terkejut dengan semua perlakuan Aldan kali ini. Aldan tersenyum sinis saat Alya mendongak menatapnya, tatapan Alya sungguh candu bagi Aldan kali ini. 

“Jangan aneh-aneh, ingat kita masih kecil..” Alya berusaha mengingatkan sang suami yang sepertinya sudah dilanda gairah. 

“Kecil-kecil begini aku mengerti cara mainnya, mau aku ajarin?”

“Aldan!” Hardik Alya, ia tidak suka dengan becandaan Aldan kali ini. Aldan malah beralih duduk disamping Alya, menuntun Alya untuk duduk di pangkuannya. Meskipun awalnya Alya memberontak tapi Aldan berhasil membuat Alya menjadi patuh. 

Aldan mengesap leher jenjang Alya yang sungguh menggoda tadi, ia merasa aroma tubuh Alya malam ini sungguh menggoda. Alya bingung harus apa, ia terus menghindar dari setiap sentuhan Aldan. Sekalipun sangat sulit tapi Alya terus berusaha. 

Aldan menangkup wajah cantik Alya, ia ingin melumat bibir indah itu. Tapi, baru mau memulai aksinya pintu kamar diketuk. Cepat-cepat Alya langsung bangkit dari pangkuan Aldan, beralih untuk membuka pintu. Alya berterimakasih banyak sebanyak-banyaknya kepada orang yang sudah mengetuk pintu itu. 

Ternyata Aslan yang datang, pria itu membawa kunci yang Alya sendiri tidak tahu itu apa. “Maaf, apa ayah menganggu?” Tanya Aslan kala melihat ekspresi Aldan yang terlihat kesal lain dengan Alya yang malah tersenyum senang. 

•

•

Pagi-pagi ini Alya dan Aldan sudah berangkat menuju Mansion baru yang akan mereka tempati hanya berdua. Kedatangan Aslan malam ini hanya untuk memberikan kunci Mansion kepada Aldan. Padahal bisa saja besok pagi hingga adegan yang diinginkan oleh Aldan tidak gagal. 

Sepanjang perjalanan Alya sungguh bahagia, tinggal berdua sama Aldan memang tidak terbayangkan baginya. Hanya saja Alya merasa akan lebih bebas, tanpa ada peraturan dari Aslan maupun Claudia. 

“Nyengir aja dari tadi, udah kaya Kuda.” Cibir Aldan yang berhasil membuat senyuman diwajah cantik Alya memudar. 

“Cantik begini dikatain kuda, dasar sakit mata!” Ejek Alya balik, hanya mendapatkan juluran lidah saja dari Aldan. 

Sesampainya di Mansion baru, Alya mendongak karna tidak percaya melihat bangunan mewah yang akan ia tempati. Para pelayan juga terlihat banyak berbaris rapi menunggu kedatangan mereka. Aldan berjalan terlebih dahulu disusul Alya dibelakangnya. Tentunya Alya sambil melihat kesana-kemari karna penasaran dengan sesuatu hal aneh yang belum pernah ia lihat sebelumnya. 

“Susun semua barang-barang ini di lemari, aku maunya malam ini sudah beres.” Perintah Aldan yang langsung dilaksanakan oleh para pelayan. 

Aldan duduk disofa ruang tengah sambil menatap ke arah Alya yang masih jalan kesana-kemari melihat sesuatu yang aneh. Apa lagi kini Alya berdiri tepat dibawah lampu gantung, ia baru kali ini melihat lampu gantung seindah itu. 

“Selamat atas rumah indah kalian..” Suara itu membuat Alya terkejut sebenarnya. Alya langsung berbalik badan, terlihat Thena sudah berdiri di pintu masuk dengan tangan menenteng paper bag. Senyuman diwajah Alya langsung memudar, ia tidak tahu alasan apa yang membuat Thena datang ke Mansion baru mereka.