NovelToon NovelToon
Terpaksa Menjadi Pengantin Pengganti Tuan Brian

Terpaksa Menjadi Pengantin Pengganti Tuan Brian

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Dijodohkan Orang Tua / Menikah Karena Anak
Popularitas:698k
Nilai: 5
Nama Author: acih Ningsih

"Pokonya kau harus menggantikan Kakakmu menikah dengan Tuan Brian."

Itulah keputusan final dari Handoko, yang harus Mikha patuhi tanpa bisa menolak, karena Handoko mengungkit bakti seorang anak. Tanpa Handoko sadari jika Mikha memiliki impiannya sendiri tentang pernikahannya.



Dan bakti itulah yang membawa Mikha pada sebuah pernikahan paksa dengan Brian, seorang pria berusia 35 tahun yang juga menyandang status duda beranak 1. Karena Raline Kakaknya, menghilang tepat di hari pernikahannya dengan Brian.


Sikap Brian yang temperamental dan sangat oper protektif pada Putri semata wayangnya, sangat berbanding terbalik dengan Mikha yang ceroboh dan bertidak sesuka hatinya.

Tidak mudah bagi Mikha, menjadi istri pengganti, sekaligus ibu sambung untuk putri Brian,
membuat Mikha tertekan, ia juga kerap kali adu mulut dan otot dengan Brian yang selalu menyalahkan jika terjadi sesuatu pada Putrinya.



Minta dukungannya ya 🙏🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mempelai Wanita Menghilang

Selamat! Membaca 🤗

Tok.

Tok.

Tok.

"Raline, apa yang kau lakukan didalam! Cepat keluar, kita harus segera ke aula, Tuan Brian dan Nyonya Merry sudah datang! Jangan membuat mereka menunggu." Ucap Marlina, dari balik pintu kamar yang telah di sediakan pihak hotel untuk keluar mempelai.

"Tunggu sebentar lagi Ma, perutku sakit."Raline membuka pintu dan itulah kata sahutan untuk ibunya.

"Apa, sakit perut! Kenapa bisa! Astaga Raline, sudah Mama bilang jangan makan sembarangan,"panik Marlina.

"Aku hanya sakit perut sedikit MA, Mama tidak perlu khawatir, aku ketoilet dulu, Mama tunggu saja di ruang ganti."

"Baiklah, setelah selesai, cepat kau kembali ke ruang ganti, kau harus membenahi dandanan dan gaunmu."

Raline mengangguk, dan ia kembali menutup pintu.

✨✨✨✨

40 menit sudah berlalu, namun Raline tidak kunjung datang.

"Bu, dimana mempelai wanitanya, semua sudah siap tinggal menunggu Nona Raline saja,"tanya seorang Staf perempuan dari pihak Merry.

"Maaf, bisa tunggu sebentar lagi, anak saja masih di dalam kamarnya, saya akan menyusulnya. Dan akan segera membawa Raline ke aula."

"Baiklah! Berkerjasama dengan baik Nyonya, jangan membuat Tuan Brian marah, karena beliau tidak pernah suka dan sudi dengan yang namanya menunggu." Ujar Staf, memberi penegasan. Dan peringatan, seperti apa Brian.

*****

Marlina yang sudah puluhan kali mengetuk pintu kamar Raline, semakin panik dan cemas karena anak kesayangannya itu tidak kunjung membuka pintu bahkan menyahut saja tidak.

Dengan tergesa-gesa, ia memanggil Handoko yang tengah berbincang-bincang dengan tamu undangan dari rekan bisnis Brian.

Ya, Lelaki itu terlihat sangat bangga karena bisa menjadikan seorang Brian menantunya, tapi ia tidak tahu jika ada masalah besar yang tengah menantinya.

Mata Handoko melotot, sesaat setelah Marlina membisikan sesuatu di telinganya, namun secepat petir ia kembali bersikap bisa seperti tidak terjadi apa-apa, di hadapan rekan bisnis calon menantunya.

"Saya permisi sebentar Tuan." Ucapnya, dan segera mengikuti Marlina menuju kamar Raline.

"Mama sudah puluhan kali mengetuk pintu dan memanggil Raline tapi tidak ada Jawaban, Mama takut terjadi sesuatu pada anak kita."

"Mama tenang, Papa akan memanggil staf hotel untuk meminta kunci cadangan."

Setelah beberapa menit, petugas hotel datang dengan membawa kunci yang diminta Handoko dan mereka segera membukanya.

Ploooong.....

Pandangan mata Handoko dan Marlina kosong ketika melihat di dalam kamar tidak menampakkan sosok putri mereka.

"Raline!"panggil Marlina, ia bergegas memeriksa kamar mandi dan setiap sudut kamar, bahkan sampai di kolong ranjang dan lemari tak luput dari pencariannya. Namun tidak adak sosok Raline di sana.

"Bagaimana ini pa! Raline tidak ada, kita harus bagaimana?"Marlina benar-benar takut, Ia tidak mau jika pernikahan ini sampai gagal dengan menghilangnya Raline.

"Mama tenang dulu, kita akan meminta petugas hotel untuk mencari keberadaan Raline mungkin saja ia tengah keluar hotel sebentar."

"Kalau begitu cepat lakukan sekarang Pa, Nyonya Meri dan Brian sudah menunggu jangan sampai mereka marah dan membatalkan pernikahan ini, kita akan kehilangan semuanya Pa."

Handoko yang sehati dengan istrinya bergegas meminta staf hotel untuk mencari Raline di setiap sudut hotel.

Sementara Marlina bertugas untuk menghibur Nyonya Merry dan Brian, agar mereka tidak bosan menunggu kehadiran calon mempelai wanita.

Namun, menghilangnya Raline sampai di telinga Brian dan Merry.

"Apa dia kabur?" Tanya Brian dengan mengerahkan semua pandangannya yang tajam dan menusuk pada Handoko dan Marlina.

"Tidak Tuan, tidak mungkin jika Raline kabur karena dia sangat mendambakan pernikahan ini. Pasti ada seseorang yang menculiknya, saya yakin itu Tuan." Ujar Marlina.

"Menculik!" Brian tersenyum remeh,"memangnya siapa yang mau menculik anakmu itu."

"Bisa saja tekan bisnis Anda." Sahut Handoko.

"Jadi kau menyalahkan saya?"gusar Brian.

"Tidak! Bukan seperti itu Tuan, begini Tuan, semua orang tahu Raline calon istri Anda pasti mereka memanfaatkan ini untuk mengambil keuntungan, bisa jadi mereka melakukan ini untuk memeras Anda."

"Hahaha..!"

Brian tertawa terbahak-bahak, dan tawanya itu malah membuat orang yang ada di sana merinding.

"Kalian sudah membaca berkas-berkas yang di berikan Rayan kan?"tanya Brian di akhir tawanya.

"Su.. Sudah Tuan."Sahut Marlina, mulai merasa takut, mengingat berkas-berkas yang beberapa hari lalu di berikan Rayan, dan berkas itu berisi perjanjian antara mereka.

"Bagus! jadi, tanpa saya memberi penjelasan kalian sudah tau apa konsekuensinya."

"Tuan, beri kami waktu, Staf hotel dan beberapa orang tengah mencari Raline, saya pastikan pernikahan ini akan tetep berlangsung, mohon tunggu sebentar lagi,"pinta Handoko, selain takut dengan isi perjanjiannya dengan Brian, Handoko juga tidak mau kehilangan apa yang baru ia dapatkan dari Brian.

"Brian, Tante setuju, beri waktu sedikit lagi. Mungkin ada suatu hal yang membuat Raline menghilang,"ucap Merry.

"Baiklah! saya beri waktu satu jam, jika wanita itu tidak kembali, kalian tanggung akibatnya,"ancam Brian.

"Baik tuan."

Meskipun waktu yang di berikan Brian tidak menjamin Handoko dan Marlina untuk bisa membawa kembali Raline, tapi mereka tetap mengaguk setuju.

Pencarian Raline kembali di lakukan, dan kali ini di bantu oleh pihak Brian atas perintah Merry.

Waktu satu jam tentu bukan waktu yang ideal untuk mencari seseorang yang tiba-tiba menghilang, Marlina semakin di buat stres dengan anaknya itu.

"Astaga, Raline. Di mana kau, apa anak itu sudah gila!"umpat Marlina, yang sejak tadi mondar-mandir sambil menghubungi semua teman-teman Raline, dan tidak ada satupun dia antara mereka yang mengetahui keberadaan Raline.

"Pa, bagaimana! Raline sudah di temukan?"tanya Marlina penuh harap pada Handoko yang baru tiba.

Melihat raut wajah Handoko, Marlina sudah tau jawabannya.

"Bagaimana ini Pa, apa yang harus kita lakukan? selain harus kehilangan semua yang Brian berikan, kita juga harus menerima hukum dari lelaki itu?"

Handoko tidak bisa menjawab satu katapun dari pertanyaan istrinya, ia menjatuhkan diri di sofa dengan penuh kepasrahan, keringat sudah bercucuran membasahi wajahnya yang lelah karena mencari Raline.

"Ma, Pa. Kenapa acaranya belum di mulai, bukankah seharusnya jam 9, ini sudah jam 12. Aku pikir terlambat, ternyata belum mulai,"kata Mikha, yang baru saja menampakkan dirinya.

Kedatangan Mikha membuat mata Handoko kembali hidup, ia seakan bangkit dari kepasrahannya.

"Dari mana saja kau? kenapa baru datang,"kata Marlina dengan membentak.

"Aku ada urusan penting, kan aku sudah bilang jika akan datang terlambat."

"Kau. Selalu saja menjawab,"kesal Marlina.

"Mama yang lebih dulu bertanya, aku harus menjawabnya kan!"

"Mikha!"bentak Marlina.

"Sudah Ma!"cegah Handoko, kemudian lelaki itu bangkit dari duduknya.

Ia berjalan mendekati Mikha dengan tatapan mata yang penuh arti.

"Papa, kenapa melihatku seperti itu?"tanya Mikha yang mulai merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan Handoko.

"Mikha, Raline pergi. Ia pergi di hari pernikahannya dengan Tuan Brian."

"Apa! pergi! kenapa, bukankah dia sangat menginginkan pernikahan ini?"kaget Mikha.

"Benar! dan meskipun Raline pergi meninggalkan pernikahannya, tapi pernikahan ini tidak bisa di batalkan."

"Apa maksud papa?"

Bersambung...

✨✨✨✨

Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏

Minta dukungannya ya 🙏

Tolong koreksi jika ada kesalahan dalam tulisan ini 🤗

Lope Banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️

1
Heryanti
Luar biasa
Orin Qiandra
apa g ada yg lain yah,malah incer suami adik
Orin Qiandra
jebol deh
Orin Qiandra
agk lain di juna
Tina Martina
lanjut thor
Orin Qiandra
wkwk
Orin Qiandra
biasa laki² sprti Brian,ujung²x jth cinta
Melisa Lisa
Kecewa
Tina Martina
knp cerita ini tidak d lanjutkan thor
Achi: Maaf ya kak, ada beberapa kendala yang membuat Otor rehat sejenak 🙏 Tapi bulan ini, insyaallah Otor akan Update kembali seperti biasa. Terima kasih kakak atas semangatnya 🤗
total 1 replies
Nuroden Lina
hahaha..lucu
Nuroden Lina
asyik thor..terus ada pistolnya
Nuroden Lina
Luar biasa
Nuroden Lina
setiap bab ceritanya terlalu pendek
Tina Martina
Akhirnya up jg thor
Mama Jihan
huuuu ternyata ada kejutan buat pembaca y kak Author 🤭🤗👍
Mama Jihan
istri Solehah dari mana 🤔🤭
Q ikut geram ada ibu seperti itu 🥺😔
sweetpurple
Luar biasa
Tina Martina
akhirnya up jg setelah sekian lama menanti
Tina Martina
kapan up lg thor
Noor shakinah Mohd nor
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!