SAYANG

Saat di butik, kesabaran Lena benar benar di uji oleh Erlan. Bagaimana tidak? Lena sampai gonta ganti gaun mewah karena Erlan yang beberapa kali menolak dan merasa tidak setuju dengan penampilannya. Pria tampan itu beralasan beberapa gaun yang di coba oleh Lena terlalu terbuka. Seperti bagian dada yang terlalu rendah dan menyembul seperti ingin keluar, Bagian pudak yang terlalu ter ekspos, hingga belahan gaun pada kaki yang terlalu tinggi.

Lena hampir saja emosi jika saja tidak mengingat bahwa Erlan adalah pria yang harus dia hormati sebagai suaminya. Lena tidak mungkin marah marah pada Erlan di depan pegawai butik juga pemilik butik yang membantunya secara langsung memilih gaun yang Erlan mau. Apa lagi sepertinya Erlan dan pemilik butik tersebut juga sudah saling mengenal lama. Lena berpikir jika dirinya marah pada Erlan di depan mereka, itu pasti akan membuat wibawa Erlan sebagai suami turun.

Lena menghela napas menatap bayangan wajah cantiknya yang basah di cermin di depannya. Saat ini Lena baru saja selesai membersihkan dirinya karena sebentar lagi sudah waktunya dirinya dan Erlan untuk istirahat. Hari sudah malam.

“Ternyata dia juga sangat menyebalkan.” Gumam Lena. Lena tau tidak ada manusia yang sempurna. Itu yang membuat Lena bisa menahan marah pada Erlan, suaminya. Erlan memang sangat perhatian dan pengertian padanya. Tapi hari ini saat di butik, pria itu benar benar memperlihatkan sisi tengil dan menyebalkannya pada Lena. Bahkan hanya perkara gaun belahan dadanya terlalu turun saja dia protes.

Sekali lagi Lena menghela napas. Tidak mau membuat Erlan menunggu lama, Lena pun bergegas meraih handuk dan mengeringkan wajah serta tubuhnya. Setelah itu Lena juga mengenakan setelan piyama berbahan satin dan berwarna maroon baru setelah itu keluar dari kamar mandi.

“Sudah sayang?”

Pertanyaan itu menyambut Lena yang baru keluar dari kamar mandi. Erlan seolah sedang mengatakan secara tidak langsung bahwa dirinya sudah menunggunya sejak tadi.

Mendadak Lena merasa gugup. Lena beranggapan Erlan menunggunya karena ingin meminta di layani sebagaimana sudah seharusnya seorang istri melayani suaminya di atas ranjang. Apa lagi sekarang Erlan sudah duduk dengan bersandar di pangkal ranjang dengan selimut yang menutupi kaki sampai pinggangnya. Senyumannya juga begitu penuh makna pada Lena yang kembali berkeringat karena pemikirannya sendiri.

Lena tidak bodoh. Sebagai seorang istri Lena juga tau apa yang seharusnya dia lakukan. Tapi untuk sekarang Lena benar benar masih sangat malu dan belum siap sepenuhnya jika harus melakukan itu. Meski memang mereka pernah melakukannya saat Lena tidak sadarkan diri dan pernah hampir melakukan itu untuk memanasi Alex.

”Eum.. Ya, Erlan.” Jawab Lena berusaha menutupi rasa gugupnya.

Namun Erlan terlalu tau bagaimana dan siapa Lena sehingga hanya dengan melihat gelagat Lena saja Erlan tau apa yang sedang Lena rasakan sekarang.

Erlan kemudian menyibak selimut yang menutupi kaki sampai pinggangnya. Pria itu turun dari ranjang dan melangkah mendekat pada Lena yang masih berdiri di tempatnya tidak jauh dari pintu kamar mandi.

“Ada yang mau aku kasih ke kamu sayang..” Ujar Erlan begitu sampai tepat di depan Lena. Pria itu sedikit menunduk untuk menatap serius pada Lena yang masih di kuasai rasa gugupnya.

“Oh ya? Ap apa?” Tanya Lena yang semakin membuat Erlan merasa sangat tergelitik dan ingin sekali tertawa. Erlan memang ingin bisa melakukan apa yang memang sudah seharusnya sepasang suami istri lakukan. Tapi Erlan juga tidak mau memaksa kalau memang istri tercintanya itu belum siap. Lagi pula Erlan yakin apa yang akan mereka lakukan nantinya adalah yang pertama untuk Lena. Untuk itu Erlan ingin meninggalkan kesan manis dan mesra yang tidak akan pernah bisa dirinya maupun Lena lupakan. Erlan ingin mereka melakukannya atas dasar suka sama suka. Bukan karena keterpaksaan karena kewajiban sebagai pasangan sah baik sah menurut agama maupun hukum negara.

Erlan kemudian merogoh saku celananya mengeluarkan sesuatu dari sana. Sebuah kotak berukuran sedang yang tampak berkilauan begitu terpapar sinar lampu di kamar mereka.

Lena mengeryit melihat itu. Lena bukan orang bodoh. Tanpa bertanya pun Lena tau isi dari kotak kecil tersebut. Yang pasti adalah perhiasan, entah itu kalung atau bisa juga cincin atau yang lainnya.

Erlan kemudian membuka kotak berukuran sedang tersebut memperlihatkan sebuah gelang mewah dengan aksen kristal berwarna biru yang membuat gelang tersebut semakin terlihat mewah, elegan, juga mahal.

“Ini..”

“Ya.. Ini hadiah untuk kamu sayang. Sini tangannya biar aku yang pakaikan.”

Sela Erlan tersenyum manis. Pria tampan itu mengeluarkan gelang tersebut dari tempatnya kemudian meraih tangan Lena dan memakaikannya dengan sangat hati hati serta penuh kelembutan.

Lena menelan ludah. Lena tidak berani berangan angan tentang harga gelang yang di pakaikan oleh Erlan di pergelangan tangan kirinya.

Erlan tersenyum menatap gelang tersebut yang begitu pas dan cocok dengan warna kulit putih bersih istri tercintanya. Pria itu kemudian meraih satu lagi tangan Lena dan menggenggam lembut kedua tangan Lena yang tampak sangat imut dan kecil saat dia genggam.

“Maaf ya sayang aku telat kasih hadiahnya. Aku terlalu bahagia dengan kebersamaan kita sampai aku lupa memberikan kado ulang tahun yang memang sudah aku persiapkan untuk kamu jauh jauh hari.” Kata Erlan dengan suara pelan dan tatapan penuh perhatian pada Lena.

Lena terkejut. Seingatnya Lena tidak pernah memberitahu Erlan tentang hari ulang tahunnya yang telah lewat. Tapi Lena juga tidak menampik jika malam dimana dirinya mabuk tanpa sadar dirinya menceritakan semua itu pada Erlan.

“Tapi aku tidak pernah..”

“Sshhttt.. Aku tau segala sesuatu tentang kamu sayang..” Bisik Erlan menyela apa yang ingin Lena katakan. Erlan juga mendekatkan wajahnya pada Lena yang hanya diam saja mematung di tempatnya.

“Aku bahkan juga tau bagaimana kehidupan kamu dari kamu kecil. Aku tau perjuangan kamu untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi. Itu yang membuat aku yakin bahwa kamu memang adalah yang terbaik untuk aku.” Lanjut Erlan.

Lena menahan napasnya sejenak. Bagaimana mungkin Erlan bahkan sampai tau tentang hal itu. Bahkan Alex saja tidak tau karena memang Lena tidak pernah memberitahu pada siapapun tentang perjuangannya.

“Aku Erlan Dallin Harrison. Aku tau segalanya tentang kamu dan perjuangan kamu. Selamat ulang tahun sayang.. Aku harap di kehidupan baru kamu sebagai istri aku kamu akan selalu merasa aman, nyaman, dan bahagia. Aku juga berharap semoga Tuhan selalu menyertai langkah kita dalam menuju masa depan yang sejahtera dan bahagia.” Senyum Erlan yang kemudian mencium lembut kening Lena.

Lena memejamkan kedua matanya. Ucapan selamat ulang tahun dari Erlan adalah ucapan termanis yang pernah Lena dengar seumur hidupnya. Begitu juga dengan hadiah yang Erlan berikan. Itu adalah hadiah termahal seumur hidupnya. Tapi yang membuat Lena merasa tersentuh bahkan terharu bukanlah hadiah itu, melainkan ucapan penuh ketulusan Erlan padanya juga harapan pria itu untuk kedepannya.

Setelah mencium kening Lena, Erlan pun merengkuh tubuh ramping Lena ke dalam pelukannya. Pria itu juga mencium beberapa kali puncak kepala Lena yang hanya bisa meneteskan air mata dalam diam di dekapannya. Lena benar benar sangat berharap Erlan adalah jodoh terbaik yang Tuhan pertemukan dengannya.