Apa mungkin gadis kaya itu mencintai pria miskin sepertiku dengan tulus?
Namaku Aditya Pratama, aku adalah seorang musisi jalanan yang setiap hari harus menjajakan suaraku untuk mencari nafkah.
Aku lahir dan besar di Bandung, sudah setahun ini aku merantau di Ibukota untuk mencari pekerjaan agar aku bisa mendapatkan pekerjaan yang layak untuk menghidupi Ibu dan juga Adikku.
Malang betul nasibku, setahun sudah berlalu sejak pertama aku datang ke kota ini, tapi aku belum juga mendapatkan pekerjaan dan akhirnya aku harus tetap mengamen untuk menyambung hidup.
Dalam pekerjaanku tak jarang pula aku menghibur sepasang kekasih dengan suaraku, menyanyikan lagu-lagu cinta untuk mereka.
Tanpa pernah berpikir bagaimana dengan kehidupan cintaku sendiri, selama ini aku memang tak pernah memikirkan hal itu, saat ini yang terpenting bagiku adalah bagaimana caranya agar aku bisa menghidupi Ibu dan Adikku.
Tapi semua itu berubah semenjak aku mengenal seorang gadis bernama Riri, gadis cantik dan kaya raya anak pengusaha ternama dan sukses di negeri ini.
Apakah mungkin gadis populer, cantik dan juga kaya raya sepertinya mencintaiku yang hanya seorang pengamen jalanan.
UPDATE SETIAP HARI
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ega Aditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sang Pengirim Foto
Hari ini adalah hari ke 3 semenjak Sinta izin dari kantor, dan itu berarti hari ini dia sudah pulang dan kemungkinan hari ini pula dia akan masuk kantor.
Aku harus menyelesaikan semua masalah ini sekarang juga, karena hatiku sudah tidak sanggup menahan semua beban ini.
Pagi itu aku menunggu Sinta di depan kantor tapi sepertinya dia belum datang, aku tidak tahu apakah hari ini dia akan masuk atau malah akan terus menghindariku.
30 menit berlalu dan akhirnya kulihat mobil Sinta masuk ke area perkantoran itu, aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya, untuk menanyakan alasan dia membuat aku dan Riri menjadi seperti ini.
Sinta turun dari mobil dan berjalan semakin mendekat ke arahku, dia melihatku dan menghampiriku sembari tersenyum.
"Hi Dit,apa kabar? Ngapain kamu pagi-pagi berdiri disini." Ucap Sinta ketika melihatku.
Dia menyapaku seperti tak terjadi apa-apa, apakah ini memang sifat asli Sinta yang picik dan pintar menyembunyikan sesuatu.
"Sin aku mau bicara sama kamu."
"Bicara sama aku? Ada apa Dit kelihatannya penting banget."
"Ya bagiku ini lebih penting dari apapun karena menyangkut perasaan seseorang."
"Kalo memang sepenting itu nanti kita bicara berdua pas jam istirahat saja ya, lihat tuh sebentar lagi sudah jam masuk kantor."
Aku terdiam sejenak mendengar jawabannya, kenapa Sinta bisa menanggapi masalah ini dengan santai dan tanpa merasa bersalah.
"Jam 12 Siang aku tunggu di atap." Ujarku.
Sinta hanya mengangguk sembari tersenyum tanda setuju, kemudian kami masuk ke kantor tanpa berbicara satu sama lain.
Dasar wanita licik siasat apalagi yang dia punya sekarang kataku dalam hati sambil mengarahkan pandanganku ke wajahnya.
Hari itu aku tidak fokus melakukan pekerjaan ku karena tak sabar menunggu jam 12 tiba, kulihat jam dinding dari menit ke menit dan itu semakin membuat hari ini terasa sangat panjang.
Akhirnya jam istirahat pun telah tiba,aku keluar dari ruangan dan menuju atap lebih dahulu, sesampainya disana aku chat ponselnya memberitahu bahwa aku sudah menunggu disini.
Kali ini ponsel Sinta aktif, mungkin 3 hari kemarin dia memang sengaja mematikan ponselnya untuk menghindariku dan mengatur siasat busuk dibelakangku.
Tak lama berselang Sinta pun sampai di Atap gedung itu.
"Adit sebenernya ada apa sih bawa Sinta ke atap segala, udah gitu pergi duluan lagi nggak ngajak-ngajak."
"Karena aku sudah muak dengan gosip murahan di kantor ini yang bilang bahwa aku dan kamu berpacaran oleh karena itu aku tidak mau lagi terlihat jalan bareng kamu.
Sinta terdiam tak berkata apapun mendengar jawabanku, mungkin memang kata-kataku terdengar sangat kejam di telinga nya tapi itu semua kulakukan karena aku sudah benar-benar muak dengan semua gosip itu.
"Apa kamu suka sama aku?" Aku bertanya tentang perasaannya.
"Adit apaan sih tiba-tiba nanya seperti itu."
"Jawab Sin, aku butuh jawabanmu sekarang."
Sinta terdiam lagi untuk sejenak dan kemudian berkata.
"Iya, aku sayang sama kamu."
Ternyata benar dugaanku bahwa Sinta menyukaiku dan dugaanku pasti benar pula menuduhnya bahwa dia ingin menghancurkan hubunganku dengan Riri.
"Kamu bilang kamu sayang sama aku, tapi kenapa kamu melakukan ini semua."
"Melakukan apa Dit?" Katanya dengan wajah bingung.
"Jangan berpura-pura Sin, awalnya aku mengira kamu adalah orang yang baik tapi ternyata aku salah."
"Salah...? Apa maksud Adit, Sinta bener-bener nggak ngerti."
"Kamu kan yang mengirim foto kita di Bali sama Riri."
"Foto..? di Bali..? lho kita kan sama sekali nggak foto bareng di Bali."
"Kita memang nggak foto, tapi kamu suruh orang kan untuk foto kita di diskotik, pantai bahkan di atap gedung ini, cara kamu bener-bener licik Sin."
"Cukup Dit...Cukup sudah semua tuduhanmu sama aku, aku memang sayang sama kamu tapi aku nggak selicik dan sekotor yang kamu pikir."
"Sudah Sin nggak usah bersandiwara lagi, perbuatan kamu udah terlalu menyakiti aku."
"Adit cerita dulu apa yang terjadi jangan asal tuduh aku seperti ini."
Akupun menceritakan semua kepada Sinta dan dia seperti kaget mendengar itu semua, aku tidak tahu itu semua hanya pura-pura atau tidak.
"Aku bersumpah demi apapun aku sama sekali nggak melakukan itu semua."
"Lalu untuk apa 3 hari ini kamu menghindar, pura-pura pergi keluar kota bahkan semua telponku tidak kamu angkat dan malah mematikan ponselmu."
"Ya ampun Adit, aku itu izin 3 hari keluar kota karena papaku sakit keras dan harus di rawat di Rumah Sakit kalau tidak percaya kamu baca saja chat aku bersama keluarga yang memintaku untuk pulang."
"Terus kenapa kamu tidak angkat telponku dan hari berikutnya kamu matikan ponselmu."
"Ponselku tertinggal dirumah karena aku panik dan terburu-buru pulang ke kampung, hari berikutnya ponselku mati mungkin karena memang baterai nya habis, kamu bisa tanya sama si mbok yang bekerja dirumahku karena dia tidak mungkin bohong."
Sinta pun menghampiri ku lalu kemudian memelukku.
"Aku memang Sayang sama kamu, aku juga mau kamu jadi milikku karena kamu laki-laki baik, tapi aku tidak setega itu untuk merebutmu dari Riri karena aku tahu kamu sangat mencintainya."
Disaat kami sedang berpelukan itu ternyata Riri datang kesana dan melihat kami, aku tak tahu mengapa dia bisa ada di atap gedung itu.
Riri berlari menjauh dari kami sambil menangis, melihat itu kamipun mengejarnya.
Setelah berhasil mengejarnya akupun mencoba menenangkannya.
"Ri maafin aku semua yang baru saja kamu lihat bukan seperti yang kamu bayangkan."
"Kalian jahat, memangnya apa salahku sama kalian hingga kalian sampai hati seperti ini dibelakangku." Ucap Riri sambil menangis.
"Kamu harus percaya sama aku Ri, aku ketemu Sinta cuma mau tanya apa dia yang mengirim foto itu sama kamu dan apa maksudnya."
Dan akhirnya Sinta pun berhasil menyusul kami.
"Ri kalau kamu memang tidak percaya sama Adit minimal kamu harus percaya sama kakak, mana mungkin kakak Setega itu merebut pacar kamu, karena kamu sudah kakak anggap sebagai adik sendiri." Ucap Sinta.
"Lalu semua bukti foto itu apa kak, bagaimana Riri bisa percaya kalau kalian nggak ada hubungan apa-apa." Jawab Riri.
"Foto apa Ri?" Lanjut Sinta.
Kemudian Riri pun menunjukan foto-foto yang ada di ponselnya.
"Ri ini semua nggak seperti yang terlihat kalau kakak ada main sama Adit, sepertinya memang ada yang mau menghancurkan hubungan kalian dengan mengirim foto ini."
Sinta pun menjelaskan satu persatu cerita yang terjadi di balik semua foto-foto itu.
ceritanya...👍👍👍👍
tapi gw support banget dengan karya lu bg, walau banyak yg bilang mutar mutar tapi gw suka, spesifikasi dari setiap aktor nya jelas dan dapet, jadi bisa memahami hampir seluruh peran yang di bicarakan, dan menurut gw itu sih adrenalin banget.
lupain aja kata orang, mereka belum pernah baca novel one piece, dan lainnya kali lebih panjang dan blibet di tambah flashback nya wkwk
the best, gw support lu