NovelToon NovelToon
CEO'S Legal Wife

CEO'S Legal Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: salza

Leora Alinje, istri sah dari seorang CEO tampan dan konglomerat terkenal. Pernikahan yang lahir bukan dari cinta, melainkan dari perjanjian orang tua. Di awal, Leora dianggap tidak penting dan tidak diinginkan. Namun dengan ketenangannya, kecerdasannya, dan martabat yang ia jaga, Leora perlahan membuktikan bahwa ia memang pantas berdiri di samping pria itu, bukan karena perjanjian keluarga, tetapi karena dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon salza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Semua orang hampir meninggalkan lantai bawah, yang tersisa hanyalah Ibu Minjae, Leonard, dan Leora. Suasana sebenarnya sudah mulai tenang, tapi ada satu hal kecil yang belum selesai soal kamar.

Leonard berdiri sambil merapikan manset kemejanya, lalu menoleh ke arah ibunya.

“Bu,” katanya datar, “kamar saya nomor berapa?”

Ibu Minjae tersenyum kecil, senyum khas yang selalu membuat Leonard waspada. Ia tidak langsung menjawab, malah melirik ke arah Leora yang berdiri canggung di samping tangga.

“Kalian satu kamar,” ucapnya ringan, seolah sedang membicarakan hal sepele.

Leonard berhenti bergerak. “Bu?”

Ibu Minjae mendekat ke Leora lebih dulu. Tangannya terulur, meraih jemari menantunya dengan penuh kehangatan.

“Sayangku, menantuku,” ucapnya lembut sambil tersenyum, “kamu sekarang satu kamar dengan putra ibu.”

Leora terkejut kecil. “I-Iya, Bu…”

Ibu Minjae tertawa pelan, lalu mencondongkan tubuh sedikit, seakan berbisik meski suaranya tetap terdengar jelas.

“Kalau dia berani macam-macam,” katanya sambil melirik Leonard sekilas, “bilang ke ibu ya, sayang.”

Leonard mendengus. “Bu.”

“Ah, ibu bercanda,” jawab Minjae santai, menepuk bahu Leonard. “Sedikit.”

Leora tak bisa menahan senyum tipis yang spontan muncul di wajahnya—senyum yang cepat ia sembunyikan lagi.

Leonard menatap ibunya dengan ekspresi tidak setuju. “Ini tidak lucu.”

“Tapi ini sudah malam,” balas Minjae ringan. “Dan kalian sudah sah. Ibu mau tidur.”

Ia berbalik menuju tangga, lalu menoleh sebentar. “Kamarnya lantai atas, ujung kanan. Selamat malam.”

Tanpa menunggu jawaban, Ibu Minjae melangkah pergi, meninggalkan Leonard dan Leora berdua di lantai bawah.

Hening.

Leonard menghela napas panjang, lalu berkata dingin tanpa menoleh,

“Cepat jalan..”

Leora mengangguk pelan dan mengikutinya.

Malam itu, bukan ketegasan yang memaksa mereka berada di satu kamar—melainkan keputusan yang dibungkus senyum hangat seorang ibu.

......................

Leonard mendorong pintu kamar, dan matanya hampir otomatis menatap seisi ruangan.

Kamar itu… indah. Bunga-bunga segar bertebaran di sudut-sudut ruangan, lampu-lampu lembut menggantung di langit-langit, menyinari kasur besar dengan sprei yang disusun rapi. Aroma bunga dan wangi lembut lilin aromaterapi membuat suasana semakin hangat—nyaris seperti sengaja disiapkan untuk malam pertama mereka.

Leora menatap sekeliling, pipinya memerah. Suaranya hampir berbisik, tapi tetap terdengar:

“Pasti… ini semua keinginan ibu… makanya kasurnya dibuat seperti ini.”

Leonard menatapnya sebentar, lalu mengangkat bahu, nada suaranya dingin namun tidak kasar.

“Ah, sudahlah. Kau tidur di kasur. Aku… sofa saja.”

Leora tersenyum tipis, sedikit terhibur, lalu menunduk. Suasana menjadi canggung sebentar, namun tidak menegangkan. Leonard berjalan ke arah sofa, duduk sebentar, kemudian menoleh ke Leora.

“Kau ingat perjanjian sebelum menikah kita?” ucapnya, suara rendah tapi tegas. “Aku tidak akan… melakukan sesuatu sebagai suami istri kalau aku belum benar-benar mencintaimu.”

Leora menoleh ke sofa. Suaranya datar, nyaris tak peduli. “Gausah diingetin, aku juga masih inget. Kamu pikir aku pelupa?”

Leora menghela napas, menatap lemari. Ia membuka pintu lemari, mengambil baju ganti, lalu menoleh ke Leonard. Matanya menatap tajam.

“Awas kalau ngintip, aku tonjok!”

Leonard, dengan ekspresi cuek, hanya menepuk sofa di sampingnya. Ia mencondongkan badan, menatap ponselnya, dan mulai bermain.

“Cuih… gak sudi,” ulangnya santai, tanpa menatap Leora sedikit pun.

Leora menggeleng. Ia berbalik menuju kamar mandi, suara air mulai terdengar. Tirai ditutup, ia mulai mengganti pakaian.

Leonard tetap duduk di sofa, menatap layar ponsel, wajahnya dingin seperti es.

Layar menyala, dan deretan notifikasi muncul.

Beberapa pesan masuk dari satu nama yang langsung membuat alisnya sedikit mengernyit: Jaesica Qie.

“Sayang, kamu kemana??”

“Kok nggak balesin chat aku??”

“Aku tunggu di kantor kamu, sayang!!”

 "Hari ini kamu ga datang ke kantor ya?"

 "Apa aku sudah bukan prioritas kamu lagi?"

 " LEONARD"

Pesan itu menumpuk, spam satu per satu muncul. Leonard menekan bisukan notifikasi sebelumnya, lalu membaca semua dengan cepat. Bibirnya mengerucut tipis, ekspresinya tetap dingin.

Akhirnya, ia mengetik balasan singkat. Hanya dua kata.

“Aku sibuk.”

Setelah itu, ia menutup HPnya, meletakkannya kembali di meja. Tangannya merapikan posisi tubuh di sofa, menatap langit-langit. Ekspresinya tetap dingin, tapi ada sedikit rona jengkel yang ia sembunyikan—bukan pada Leora, tapi pada Jaesica yang terus menyerobot privasinya.

Leonard baru saja meletakkan ponselnya setelah membalas singkat, tapi tak disangka, notifikasi muncul lagi.

Jaesica Qie membalas dengan nada marah:

"Kemana aja sih? Baru bales chatku. Emang waktumu mahal ya?"

Leonard menghela napas panjang, matanya sedikit menyipit. Ia membalas singkat, nada dingin tapi tegas:

"Bisa gak gausah menghubungi gue lagi? Gue capek lo kekang terus, Jae."

Notifikasi lagi-lagi muncul. Jaesica cepat menulis:

"Ah, aku nggak bermaksud kayak gitu, mau..call?"

Suara dering Handphone Leonard memenuhi kamar. Saat itu bertepatan Leora yang sudah keluar dengan mengunakan baju ganti yang telah ia ambil sebelumnya.

"Angkat tuh, berisik!" Ucap Leora sambil menggosokkan handuk ke rambutnya

Tanpa basa basi Leonard langsung keluar dari kamar dan langsung menuju ke balkon untuk mengangkat telepon dari Jaesica.

Leonard berdiri di balkon kantor, angin malam menyapu rambutnya yang rapi. Di tangannya, ponsel berdering. Ia mengangkatnya pelan, suara Jaesica terdengar jelas di telinganya.

“Kenapa lama banget angkatnya?” suara Jaesica terdengar agak kesal.

“Kan udah gue bilang, gue sibuk,” jawab Leonard, nada suaranya tenang tapi tegas.

“Iya, iya. Kamu tadi kemana sih? Aku tadi nunggu dua jam loh di kantor mu,” Jaesica menekankan, sedikit cemas tapi tetap dengan nada bercanda.

“Ada dinas keluar,” jawab Leonard singkat, matanya menatap kota di bawah.

Ada hening sebentar. Lalu Jaesica langsung men-to-the-point.

“Kamu kenapa sih?”

Leonard menahan napas sejenak, lalu suaranya mulai meninggi, wibawa tapi penuh kemarahan yang dikendalikan:

“Dua minggu yang lalu gue ketemu lo lagi jalan sama cowok lain. Bahkan lo papasan sama gue tapi lo cuekin gue, padahal jelas-jelas gue pacar lo!”

“Yaelah, masalah kecil doang,” Jaesica membalas santai, mencoba menenangkan suasana tapi nada suaranya tetap menyiratkan rasa bersalah.

Leonard menegakkan tubuhnya, suaranya meninggi sedikit tapi tetap terdengar rapi:

“Masalah kecil? Lo pikir gue gak serius Jae?.”

“Ah, ya udahlah… Gue nggak niat bikin lo kesel. Itu cuma kebetulan!” Jaesica terdengar sedikit panik, tapi tetap mencoba terdengar santai.

Leonard menatap lampu kota, tangannya mengepal.

“Kebetulan? Kalau lo nggak bisa serius, lebih baik bilang dari awal!”

“Ya… ya, gue ngerti. Janji nggak akan kejadian lagi, kamu sayang aku kan???” suara Jaesica terdengar lirih, tapi masih ada nada kesal yang terselip.

Leonard menarik napas panjang, menenangkan diri.

“Hah, tidak”

Leonard menatap lampu kota dari balkon, tangannya menyelip di saku jas, suara teleponnya tenang tapi tajam saat berkata,

“Mulai sekarang, jangan lagi mendekat sama gue. Gue muak sama drama yang nggak penting. Gue punya banyak pilihan, jadi kehilangan lo… itu nggak ada artinya.”

Di seberang telepon, Jaesica terdengar terkejut, nadanya memohon,

“Kok gitu sih? Kita kan belum putus!”

Leonard menarik napas pelan, suaranya tetap datar dan elegan,

“Belum putus? Status nggak ada artinya kalau sikap lo jelas-jelas nggak sejalan.”

“Tapi gue cuma pengen jelasin, gue nggak maksud gitu…” suara Jaesica terdengar ragu.

Leonard menghela napas tipis, hampir seperti membuang angin malam,

“Jangan. Gue nggak perlu pembenaran. Gue bisa menilai dengan jelas apa yang lo lakukan tanpa lo harus ngomong.”

“Tapi gue masih sayang sama lo, Leonard!” Jaesica terdengar mendesak.

Leonard menatap kota yang luas di bawahnya, suaranya tetap tenang, wibawa, dan dingin,

“Sayang? Gue nggak butuh omong kosong. Satu kata maaf pun tidak akan pernah keluar dari mulut itu. Jadi saran gue… jangan ganggu gue lagi.”

Leonard menutup telepon dengan tegas. Sekejap kemudian, tanpa berpikir panjang, ia membanting ponselnya ke lantai. Seketika, suara pecahan kaca dan plastik terdengar—telepon itu hancur. Satu ponsel saja, bagi orang biasa mungkin berharga, tapi bagi Leonard? Itu bahkan tak sepadan dengan kekayaannya. Jika ia mau, ia bisa membeli seluruh pabrik pembuat ponsel itu tanpa berkedip.

Ia menatap pemandangan kota malam dari lantai atas, lampu-lampu jalanan dan gedung tinggi berkelap-kelip di bawah. Leonard menyalakan sebatang rokok, tarikan pertama membuatnya sesaat menenangkan diri, tapi tak lama kemudian rasa frustrasi menyelimuti.

Betapa hancur hatinya, di saat ia paling membutuhkan seseorang untuk bercerita, untuk berbagi, tapi justru… orang itu menyembunyikan perasaan dan malah bersama orang lain.

Pikiran Leonard melompat ke hal yang membuat dadanya semakin sesak: pernikahan paksa dengan Leora. Ia menutup mata sejenak, meremas rambutnya dengan frustrasi.

“Sudah ketebak” gumamnya pelan, hampir tak terdengar, tapi cukup bagi dirinya sendiri untuk merasakan kepedihan yang tajam.

Leonard menarik napas panjang, menatap lagi kota yang tak pernah tidur itu, mencoba menenangkan diri. Tapi rasanya, di balik wibawa dan kekayaan yang ia tunjukkan, hatinya benar-benar hancur.

1
pamelaaa
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!