Novel ini akan mengisahkan tentang perjuangan Lucas Alarik yang menunggu sang kekasih untuk pulang kepelukannya. Mereka berjarak terhalang begitulah sampai mungkin Lucas sudah mulai ragu dengan cintanya.
Akankah Mereka bertemu kembali dengan rasa yang sama atau malah asing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_jmjnfxjk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Di Antara Peluru dan Perasaan
Lucas baru sadar satu hal sejak ia resmi menginjakkan kaki di Jepang setelah bertemu Athaya. Rencana ini bukan sekadar operasi. Ini jebakan berlapis. Dan Athaya…
berdiri tepat di tengahnya.
“Lu terlalu deket sama target,” gumam Lucas pelan saat mereka berada di dalam mobil hitam yang melaju membelah malam Tokyo.
Athaya duduk di kursi kemudi, masih fokus menatap lurus ke jalanan.
“Bukan.” ucapnya datar. “Lu malah yang paling deket sama target.”Lucas menoleh cepat. “Maksud lu?”
Athaya melirik sekilas ke arah Lucas.
“Perasaan lu. Itu bikin lu keliatan ceroboh.” Lucas terkekeh pendek, tapi tak ada tawa sema sekali dimatanya.
“Dan lu kira perasaan lu ke gw gak keliatan, Aya?” tanyanya.
Athaya tidak menjawab. Mobil terus melaju, meninggalkan kalimat itu menggantung di dinginnya udara Tokyo malam.
...****************...
Pertemuan dengan Kuroda -anak buah musuh yang berpihak ke perusahaan milik keluarga Sadipta berjalan singkat, dingin, dan penuh tekanan. Ancaman tersirat terlalu jelas untuk diabaikan.
Saat mereka kembali ke mobil, firasat buruk kembali menggerogoti dada Lucas.“Aya,” ucapnya pelan. “Sejak kapan Rencana ini libatin pihak internal?” tanya Lucas.Athaya menggenggam setir lebih erat.
“Sejak ada pengkhianat.”
Lucas terdiam.“Makanya lu sembunyi."
Athaya mengangguk tipis.“Makanya gw pake email perusahaan.”
Lucas menghela napas berat.
“Dan makanya lu tarik gw ke sini.”
Athaya akhirnya menoleh.
“Gw butuh orang yang gw percaya.”
Lucas menatapnya lama.
“Lu percaya gw… tapi lu masih jaga jarak.”
Athaya kembali fokus ke jalan.
“Karena kalo gw terlalu deket, gw bisa lengah.”
...****************...
Malam makin larut saat mereka tiba di apartemen Athaya.
Sunyi.
Terlalu sunyi.
Lucas berdiri di balkon, memandangi lampu kota Tokyo yang berkilau.
Athaya duduk di sofa, melepas sarung tangan hitamnya, bahunya terlihat lebih lelah dari biasanya.
“Aya,” panggil Lucas tanpa menoleh.
“Kalo gw mati di misi ini, lu bakal ngerasa apa?”. Athaya membeku mendengarnya.Hening terlalu lama.“Gw bakal lanjut,” jawab Athaya akhirnya. “Karena Rencana lebih besar dari satu orang.”
Lucas menoleh.
“Bohong.” Athaya berdiri, mendekat.
“Lu gak tau apa-apa.”Lucas menatapnya lurus.“Gw tau satu hal. Lu paling takut kehilangan kendali… dan gw bagian dari itu, Aya.”
Athaya mengangkat tangan, seolah ingin menghentikannya—tapi jari-jarinya justru mencengkeram kerah jas Lucas.“Lu bikin gw ragu,” bisiknya, napas mereka bertabrakan.Lucas tidak mundur.“Dan lu bikin gw bertahan.” Detik itu juga, Athaya menariknya lebih dekat.
Ciuman itu tidak lembut.Tidak ragu.Penuh emosi yang selama ini mereka tekan.Lucas membalas, satu tangannya naik ke pinggang Athaya, seolah memastikan dia benar-benar ada di sana. Athaya sempat mendorong dadanya—bukan untuk menjauh, tapi untuk mengambil napas.
“Ini salah,” ucap Athaya pelan, dahi mereka masih saling menempel.“Tapi lu gak berhenti,” balas Lucas lirih.Athaya menutup mata sesaat.
“Kita fokus misi.”Lucas mengangguk kecil, ibu jarinya menyapu pipi Athaya.
“Tapi jangan suruh gw pura-pura gak ngerasa apa-apa.”
Athaya mundur setengah langkah.
“Setelah Renjana selesai… kita lihat.”
Lucas tersenyum kecil.
“Lu selalu kabur, Aya.”
Athaya membelakanginya.
“Dan lu selalu ngejar.”
...****************...
Di tempat lain, layar monitor menampilkan rekaman pergerakan mereka.
“Lucas Alarik semakin dekat,” ucap seseorang pelan.
“Rencana masuk fase kedua.”
Bayangan itu tersenyum tipis.
“Kali ini… perasaan yang akan jadi celah.”
—bersambung—