NovelToon NovelToon
Menjadi Selamanya

Menjadi Selamanya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:24.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kiky Mungil

Divi hampir menyerah saat pengajuan pinjamannya ditolak, dengan alasan Divi adalah karyawan baru dan pengajuan pinjamannya terlalu besar. Tapi Divi memang membutuhkannya untuk biaya operasi sang ibu juga untuk melunasi hutang Tantenya yang menjadikan Divi sebagai jaminan kepada rentenir. Dimana lagi dia harus mendapatkan uang?

Tiba-tiba saja CEO tempatnya bekerja mengajak Divi menikah! Tapi, itu bukan lamaran romantis, melainkan ada kesepakatan saling menguntungkan!

Kesepakatan apa yang membuat Arkael Harsa yakin seorang Divi dapat memberikan keuntungan padanya? Lantas, apakah Divi akan menerima tawaran dari CEO yang terkenal dengan sikapnya dingin dan sifatnya yang kejam tanpa toleransi itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiky Mungil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 32. "Aku Suamimu."

"Karena kali ini aku akan selamanya tersesat tanpa Divi." Arkael menjawabnya dengan lesu. Dia tidak tahu lagi bagaimana meyakinkan kakeknya tentang perasaannya. Ia cukup mengenal kakeknya yang keras, kata-kata terkadang tak cukup untuk membuat kakeknya yakin akan sesuatu.

"Drama sekali kata-katamu."

Nah, kan?

"Kakek...aku tahu aku salah telah membohongi semua orang, aku salah. Tapi aku sudah menyadari perasaanku sekarang, aku ingin memperbaikinya, dan menjadikannya benar." kata Arkael dengan bersungguh-sungguh.

Tuan Argam mendengkus. "Enak sekali kau mau menebus kesalahanmu."

"Lalu Kakek mau aku bagaimana? Aku tahu mungkin aku terlambat menyadari perasaanku, tapi kali ini aku akan memperjuangkan Divi, aku nggak mau kehilangan orang yang aku sayang lagi. Sekarang, aku tanya, apa Kakek ingin aku bertanggung jawab atas kesalahan yang aku buat? Atau Kakek ingin aku menjadi pecundang yang hanya bisa menyesali tanpa berusaha memperbaiki?"

"Heh! Kenapa jadi kau yang memberikanku pilihan?!"

"Karena Kakek yang menyuruh Divi pergi!" jawab Arkael, lama-lama gemas juga. "Dan Ron, jangan berani-beraninya kamu mengurus surat perceraian."

"Heh! Heh! Kenapa kau jadi memerintah Ron?!"

"Jadi kemana Kakek mengirim Divi pergi?"

Kakek menghembuskan napas kalem, beliau menyuruput sebentar secangkir teh Rosemary yang tersaji di atas meja kerjanya, Arkael tahu pria lanjut usia itu tengah menguji kesabarannya.

"Aku tidak berniat memberitahumu." jawab Kakek setelah menikmati seteguk teh kesukaannya.

"Astaga, Kek!" Arkael mengusap wajahnya hingga menyugar rambutnya dengan frustasi menatap sang kakek yang terlihat tenang-tenang saja di atas singgasananya.

"Yah, itu hukuman untukmu karena sudah membohongiku."

"Tapi aku sudah menyesalinya!"

"Bukan berarti aku tidak memberikanmu sanksi."

Arkael benar-benar frustasi sekali dengan kakeknya itu. Meski pada akhirnya sang kakek menyetujui untuk tidak menyuruh Ron untuk mengurus surat perceraian yang padahal memang tidak pernah ada suruhan seperti itu kepada Ron dari Kakek. Itu hanya untuk membuat Arkael semakin frustasi saja.

"Yang jelas, kusuruh dia berada ditempat yang tenang, jauh dari media yang mungkin akan menyorotnya setelah kejadian resepsi yang dikacaukan mamamu itu."

"Tapi Kek-"

"Sekarang pergi dari hadapanku! Kau mau memperjuangkannya, bukan? Maka mulai lah berusaha mencarinya lebih dulu."

Bimo pada akhirnya menarik Arkael keluar karena kawannya itu mulai kehilangan kesabarannya, dari pada Arkael juga kehilangan pekerjaannya yang itu artinya dia juga bisa kehilangan pekerjaan, jadi Bimo lebih peka ketika melihat Tuan Argam melirik kepadanya.

"Lepas Bim!" Arkael menghentak tangan Bimo dari lengannya ketika mereka berada di luar kediaman Tuan Argam. "Kakek bukannya menyuruh Divi pergi, tapi dia menyembunyikan Divi! Gue harus tau dimana Divi!"

"Tapi memaksa Kakek lo juga bukan jalan keluarnya, El!" Bimo menahan Arkael yang hendak masuk kembali. "Lo tau sendiri gimana Kakek lo. Lo hanya buang-buang waktu di dalam sana."

"Eeerrrggghh!" Arkael meninju dan menendang udara dengan brutalnya. Bimo harus menyingkir jika tidak ingin mendapatkan bogeman lagi.

"Tenang El, tenang!"

"Gimana gue bisa tenang?! Gue nggak tau dimana Divi, bahkan gue juga nggak tau dimana Ibu Inna! Kakek tua itu sudah menculik mereka!"

"Lo pikir Kakek bakalan menyakiti Divi dan ibunya? Enggak kan?"

"Tapi Bim, gimana kalo Divi ketemu orang-orang jahat?"

"Kakek tentu aja menempatkan penjaga untuk Divi, El, nggak mungkin dibiarkan sendirian."

Arkael menjambak rambutnya, ia benar-benar kehilangan ide dimana kemungkinan Kakeknya itu menyembunyikan Divi. Walaupun dia tahu, Divi tidak mungkin dibiarkan kelaparan, tidak mungkin juga meninggalkan Divi ditempat yang tidak ada penjaganya. Tapi tetap saja, ada kekhawatiran dalam dadanya yang tidak bisa membuatnya tenang.

Sementara dari lantai atas, di depan jendela besarnya, Kakek berdiri disana ditemani Ron, melihat bagaimana frustasinya Arkael di bawah sana. Pria tua itu bukannya kasihan, tapi malah terkekeh.

"Kau lihat itu Ron, sebentar lagi aku akan menimang cicit. Hahaha!"

* * *

Arkael memilih untuk diantarkan saja ke Rumah Atas, ia merasa ingin menenangkan dirinya disana, ia butuh menjernihkan pikiran agar bisa menemukan Divi secepatnya. Setelah menempuh perjalanan yang tidak sebentara, Bimo menghentikan mobilnya. Kedatangan Arkael seperti biasa disambut oleh pelayan yang berada disana.

"Selamat malam Tuan Muda, maaf kami tidak tahu Tuan akan datang." kata salah seorang pelayan.

"Nggak apa-apa."

"Apa Tuan datang untuk menjemput Nyonya?" Pertanyaan pelayan itu membuat sorot mata Arkael berubah tajam.

"Dia ada disini?"

"Iya Tuan."

"Tumben sekali. Lalu kenapa kalian biarkan dia disini?!"

"Itu...maafkan kami Tuan, kami hanya-"

"Sudah kukatakan, jangan biarkan Mama masuk lagi ke dalam rumah ini! Kenapa begitu saja kalian nggak mengerti?!" Arkael yang sudah suntuk, menjadi kesal dengan keteledoran yang dilakukan oleh ketua pelayan yang dia percayakan untuk menjaga Rumah Atas.

"Mama? Tapi Tuan..." Arkael tidak mau membuang waktu untuk mendengarkan penjelasan dari kepala pelayan yang bernama Pak Noe, dia sudah melangkah lebar-lebar masuk ke dalam Rumah Atas itu, tujuan hanya satu mengusir mamanya dari dalam rumah itu. Tapi dia tidak tahu, siapa Nyonya yang dimaksud Noe.

"T-Tuan Bimo...apa saya akan dipecat?"

Bimo mendesah berat. "Tergantung bagaimana nanti reaksi Nyonya Paulina saat diusir Arkael."

"Tapi yang ada di dalam Rumah Atas itu bukan Nyonya Paulina. Melainkan Nyonya muda."

Bimo mengerutkan dahi. "Nyonya Muda? Tunggu dulu, maksud Pak Noe, Div- eh, Nyonya Divi?"

Noe mengangguk cepat dengan ekspresinya yang merasa bingung. "Saya hanya ditugaskan oleh Tuan Besar untuk menjaga Nyonya Muda disini sampai Tuan Muda datang."

Bimo pun akhirnya bisa melepaskan hembusan napas yang lega, setelah itu bibirnya malah mengeluarkan suara tawa yang renyah. "Akan aku pastikan Pak Noe nggak akan dipecat."

"Begitukah, Tuan? Tapi tadi Tuan Muda terlihat sangat marah."

"Biarkan saja. Sekarang, apa Pak Noe bisa masakkan aku makanan, aku lapar sekali, rasanya berat badanku sampai turun nih."

Sementara itu Arkael sudah masuk ke dalam rumah kayu yang berdekorasi minimalis dan modern, mata tajamnya menyisir sekitar, mencari kira-kira keberadaan mamanya. Tapi, tidak ada tanda-tanda keberadaan Mamanya disana.

Ia mulai merasa aneh.

Mamanya itu tidak akan tinggal di sebuah hunian tanpa meninggalkan jejak seperti ini, pasti akan ada barang-barang miliknya yang sengaja ditinggalkan di atas meja hanya untuk memberikan validasi keberadaan dirinya di tempat itu.

"Mama!" Panggil Arkael dengan berteriak kesal. "Mama keluarlah! Jangan sampai aku yang menarik Mama keluar!"

Teriakan dan bentakan itu akhirnya membuat salah satu pintu dari kamar yang ada di lantai atas terbuka, Arkael sudah mengantisipasi suara pintu itu, dia juga sudah mengantisipasi langkah kaki di atas lantai berkayu jati pilihan. Tangannya sudah mengepal disisi-sisi tubuhnya, rahangnya mengeras, napasnya mulai sedikit memburu menahan geram. Dia menunggu tanpa melihat seseorang yang berjalan turun dari tangga, melangkah ragu-ragu mendekati dirinya dari belakang. Setelah langkah kaki itu berhenti beberapa langkah di belakang Arkael, barulah saat itu Arkael kembali bersuara.

"Siapa yang menyuruh Mama masuk ke dalam rumah ini?" Suara Arkael terdengar dingin.

"Mama?"

Deg!

Suara itu!

Kesadaran Arkael berubah seketika. Otot rahangnya yang mengeras mendadak longgar, kepalan pada kedua tangannya lepas seketika, napasnya yang memburu karena menahan geram kini berubah karena jantungnya yang berdebar karena rasa rindu.

Arkael membalikkan tubuh, sosok Divi dalam balutan cardigan rajut merah jambu yang membungkus gaun tidur berwarna peach sepanjang betis dan sandal bulu berbusa yang membungkus kedua telapak kakinya begitu membuat Arkael malah tersihir yang pesona alami yang terpancar pada kesederhanaan gadis itu.

"Apa Nyonya Paulina menyakiti Pak Kael lagi?"

Alih-alih menjawab pertanyaan Divi, Arkael malah mengambil beberapa langkah lebar mendekati Divi.

"Bapak baik-baik aja?"

"Jangan panggil aku Bapak, aku bukan Bapakmu. Aku suamimu." Tepat setelah selesai mengatakan itu, Arkael tak lagi mengulur waktu untuk melepas rindu. Dia langsung menarik Divi ke dalam pelukannya, mendekapnya erat seakan Divi akan lepas tertiup angin.

"Pak...saya rasa kita nggak perlu sandiwara lagi, Tuan Argam sudah tau." kata Divi selagi dalam dekapan Arkael.

"Aku memang lagi nggak bersandiwara."

"Hah?"

"Divi..." Arkael melepaskan dekapannya, tapi tidak sampai melepaskan Divi dari genggamannya. "Apa kamu mau mengakhiri semua ini?"

.

.

.

Bersambung~

1
Boma
waduh ada rahasia apa ya,menegangkan bgt,jangan lama2 thor
Kiky Mungil: heheheh, maaf ya agak lama up nya, lagi banyak kejutan tak terduga nih di dunia nyatanya otor 😅
total 1 replies
Boma
ooh begitu ceritanya
Boma
loh kemana arkael thor,masa di dapur ada yg nyulik
Boma
lanjut,bobol gawangnya
Umie Irbie
siiiiiiiaaaaaap🤣
Boma
ulat bulu datang
Boma
😄😄ketauan boong,pasti kecelakaanya di sengaja
Boma
maksudnya ini apa ya,apa kecelakaan di sengaja biar divi maubalik lgi ke arkael
Muri
kok ada yaaa ayah bejat kaya gitu sama anak kandungnya sendiri.
Boma
mau ya divi moga kael mau nerima kamu sepenuhnya,walau pun kamu gak perawan lgi
Umie Irbie
yaaaah...divi udah ngg prawan sama ayah nya sendiri😏😫 kirain bisa di gagalin 😒😩 ternyata tetap di pake,😩😒😫 iyaaa itu mah ngg pantas untuk kael
Boma
ya ampun ayah kandung iblis itu mah
Boma
terus berjuang el,untuk meyakinkan divi
Boma
pasti divi salah paham,di kiranya akan mengakhiri pernikahan kontraknya
Boma
padahal kakek cuma ingin tau perasaan kael yg sesungguhnya
Boma
mending jujur aja divi,kalo perasaan itu ada,tapi sllu menepisnya,karna tak sepadan dgn arkael,moga kakek merestuimu divi
Boma
pasti rana,makin runyam
DwiDinz
Siapa tuh yg nguping? Rana atau divi? 🤔
Boma
kamu aja yg ambil,biar nanti terbiasa😄
Umie Irbie
kok ayah siiii thoooor 😱🤔🤔 punya
traumakah ????
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!