Menanti Janji

***

"Apakah kamu dan Tuti bekerja ditempat yang sama? " tanya Zack yang mungkin masih mempunyai sedikit lagi tenaga untuk mencari topik pembicaraan karena sudah merasa suasana semakin tegang, ditambah Nara yang terlihat cuek sungguh membuatnya mati kutu. Oh tidak, Zack harus kuat tidak boleh lemah!

"Yah gitu, bay the way tujuan Tuti mempertemukan kita buat apa yah? Klo boleh, langsung to the point aja! " sahut Nara malah ngegas pula, astaga kedengarannya tidak enak sekali seakan tidak menginginkan pria itu berada dihadapan nya saat ini! Akh apa Nara tidak salah mengambil tindakan?

Zack tidak langsung menjawab, bibirnya malah tersenyum tipis dan lagi-lagi kedua lesung pipi nya yang manis sangat menarik perhatian. Nara sampai memalingkan wajahnya, tak kuasa memandangi ciptaan Tuhan yang sangat indah itu biar pun Zack terlihat sangat dewasa dan agak tua tapi tampan nya tidak ada duanya, ya Tuhan kenapa lagi diberi cobaan untuk menggoyahkan hati Nara?

"Kok kamu jutek banget sih? Santai kali, lagian kita cuman sebatas ngobrol gak mau ngapa-ngapain kok tenang aja !" jawab Zack mencoba untuk tetap tenang saja tanpa harus terpancing dengan tingkah laku Nara terhadapnya.

Tapi Nara malah dibuat kesal, dia sampai membuang nafas kasar dan ingin sekali meninggalkan tempat itu. Ini nih yang paling membuatnya muak, berbicara terlalu berbasa-basi. Kenapa tidak langsung ke intinya saja? Jika penting mungkin dia tanggapi tapi jika hanya basa-basi, Sorry dia ogah banget!

"Apakah ada sesuatu obrolan yang sangat penting? Klo gak, tolong jangan membuang waktu ku! " jawabnya ketus, Nara juga tidak menunjukan wajah ramahnya sedikit pun. Sedari tadi yang dapat di lihat Zack hanya mata yang melotot, dahi yang mengerut, dan bibir yang mencabik. Nah, bagaimana tidak dia menyebut Nara gadis yang sangat jutek lihat saja kelakuannya sungguh terlalu!

"Sepertinya aku salah menemui orang, tapi jujur kamu sangat menarik! "

Tuh kan Zack malah semakin membuat Nara kesal, perbincangan yang terdengar tidak begitu nyambung. Bahkan Zack seperti tidak mau menanggapi apa yang tengah diharapkan Nara dalam perbincangan ini.

Bay the way hampir 30 menit Tuti masih belum kembali dan keadaan itu tengah disadari Nara, dia jadi berpikir jika Tuti sedang mempermainkannya. Benar dugaannya, Tuti sudah mulai gila! Lihatlah mulai berani menjadikan Nara sebagai tumbal disana. Keterlaluan sekali!

"Terlalu banyak cerita mu yang tidak bermutu, sepertinya aku harus pergi! "

"Loh kok buru-buru padahal Tuti belum balik? "

"Justru itu, aku mau nyusul anak itu, takutnya aku dijebak disini, "

"Astaga jangan berpikiran yang aneh-aneh gitu dong!"

"Ya, habis kalian kayaknya udah sekongkol sengaja memperdayakan ku disini, "

Dan perdebatan pun mulai terjadi antara dua manusia yang baru saja bertemu masih tapi belum mengenal terlalu jauh satu sama lain. Lah kok sejutek ini kali juga si Nara, maunya nih yah ladenin tuh cowok kali aja bisa kamu manfaatin. Huh!

"Ampun dah, pokoknya aku perlu mempertebalkan kesabaran nih. Habis cewek nya galak amat! "

Detik itu pun Zack bergidik merinding, tidak terbayang saja bisa bertemu kepada gadis seperti Nara. Padahal dia pria yang hampir berumur 35 tahun sengaja mengencani banyak gadis agar mendapatkan jodoh, tapi jika modelannya seperti Nara kayaknya terlalu berat untuk dipercaya jika mereka sejodoh. Hais malang sekali nasib pria tua ini!

"Aku mau pergi sekarang juga, tolong jangan menghalangi ku! " saat itu pun Nara membulatkan tekad bahwa sekarang juga dia harus enyah dari sana. Pikirannya terlalu kacau sekali, dia tidak habis pikir kenapa Tuti malah bersikap seolah-olah tidak peduli dengan perasaan nya. Oke benar, dia memang lagi patah hati karena Juna tapi jangan kayak gini juga untuk menyembuhkannya! Sumpah, Nara masih tidak mau terima siapa pun didalam hatinya.

"Tapi apa gak mau menunggu Tuti? " Zack ingin menahan tapi apa boleh buat gadis itu sangat galak sehingga membuat mulutnya terbungkam dan tidak berani bertindak.

"Bodoh amat! " pekik Nara, berdiri dari duduknya lalu menyeret kursi dengan kasar sehingga menarik perhatian orang disekitar sana. Orang - orang tersebut berpikir jika dia dan Zack mungkin hanya sepasang kekasih yang lagi berantem sehingga perempuannya ngambek dan pergi. Nah seputar itulah kira-kira isi otak orang yang menyaksikannya!

"Ehm Nara tunggu!!! " seru Zack sigap berdiri ingin mengejar namun sesaat baru menyadari tatapan orang kearahnya, jadi urungkan niat untuk mengikuti Nara yang hampir sampai diluar.

Huh! Dan untuk yang kesekian kalinya Zack gagal lagi menemukan jodoh nya. Astaga bang, ya kali aja jodoh nya belum lahir. Sabar kek napa! 😂

"Ya ampun padahal dia sangat cantik dan imut tapi sayang terlalu kekanak-kanakan untuk ku jadikan seorang istri, argh sial! " umpetnya sambil mengusap wajahnya dengan kasar, padahal hati nya sudah meyakinkan jika Nara akan meladeninya tapi apa lah daya. Kenyataan tidak seindah khayalannya.

"Kurang ajar, Tuti niat banget ngedekatin aku sama pria tua itu. Lihat motornya gak ada, berarti fix dia udah pulang duluan! Argh, dasar Tuti anak lakna! "

Lagi-lagi Nara hanya mampu mengoceh tidak jelas sendiri di area parkir, benar-benar sudah sangat kecewa, marah, emosi kepada Tuti. Sama sekali membuatnya bingung terhadap sikap anak itu. Kenapa coba melakukan hal ini, apakah kayak gitu caranya membahagiakan sahabat? Ah Tuti sangat licik, Nara sampai bersumpah akan membuat perhitungan yang setimpal untuknya!

Bila sudah begini, apa boleh buat. Nara hanya mampu menerima keadaan yang menimpa, terpaksa naik gojek untuk pulang. Mungkin hari ini sudah digariskan untuk Nara sebagai hari sialnya.

***

Sesampainya dirumah pun Nara semakin lesu, entah kenapa setiap mengurung diri di dalam kamar semua kenangan tentang dia dan Juna berasa muncul memenuhi pikirannya. Nara mencoba untuk tidak mengingat tapi selalu saja gagal, faktanya kekuatan otaknya mengalahkan tubuh yang sehat.

"Nara makan malam Yuk sayang, ibu lagi nunggu! "

Ayah Niko masih memberi perhatian penuh untuk sang anak gadis, Memang kedua orang tua sudah menyadari keterpurukan anak mereka tapi bagaimana pun mereka hanya mampu menyemangati tetapi untuk menyembuhkan luka mereka tidak kuasa!

"Iya yah, bentar lagi Nara nyusul,"

Nara buru-buru mengusap air matanya, sebelum benar-benar keluar dia harus menunjukkan wajah yang ceria agar ayah dan ibunya tidak terlalu mengkhawatirkan keadaannya.

Hendak ingin melangkah tapi tiba-tiba dering ponselnya berbunyi, hati sempat melompat girang mengira jika itu adalah Juna. Secepat mungkin dia mengangkat walau pun nomor yang tertera tidak diketahui.

"Halo? "

"Halo Nara, apakah aku tidak mengganggu?"

Suara seseorang pria yang benar-benar asing terdengar ditelinganya, seratus persen kebahagiannya hilang seketika.

"Siapa sih, kok sok dekat banget? "kesal sekali, Nara sampai bersikap jutek lagi. Siapa pun itu jika bukan sehubungan dengan Juna, rasanya Nara malas sekali untuk menanggapi.

"Astaga apakah udah dasarnya kamu sejutek ini? " pria itu adalah Zack, dia sengaja meminta nomor Nara untuk memastikan apakah gadis itu benar-benar marah atau tidak. Tapi dugaannya benar jika memang Nara lagi marah sekali.

"Ah jangan bilang kamu adalah Zack, udah lah aku lagi sibuk tolong jangan menggangguku! " detik itu juga Nara memutuskan sambungan teleponnya.

Kembali membuang nafas beribu-ribu kali, kenapa sih selalu saja ada yang menambah beban pikirannya? Argh tau lah, pokoknya kesal banget!

Tanpa mau berpikir panjang lagi ponsel miliknya terseret kesembarangan arah tanpa memperdulikan, jika sudah terlanjur kesal Nara sama sekali tidak bisa mengontrol emosi sehingga bawaan marah-marah terus!

Ah parah-parah!

***

BERSAMBUNG...