Terikat Syarat Jailangkung

Syahrul tampak masih diam saja. Dia lalu terlihat menundukkan kepalanya...

“Nyuwun sewu, ndalem bade nyariosaken penjenengan.. (permisi, saya akan menceritakan engkau).” Gumam Syahrul dalam hati. Dan sesaat kemudian...

“Begini Pak, Fat.. saat itu saya masih SMA bersama teman teman, sedang berwisata di suatu taman nasional yang merupakan hutan besar di Jawa. Ya seperti orang orang berwisata pada umumnya, jalan jalan seperti biasa. Saya melihat ada pohon pohon besar di tempat itu dan ada taman bunga yang sangat indah di antara pohon pohon besar itu. Saya pun sangat tertarik dengan tempat itu, saya terus melangkah karena melihat itu sangat indah sekali.. Akan tetapi saat masuk saya melihat seorang Kakek yang mendekati saya. Menanyakan apa saya tersesat. Saya bilang tidak, karena saya merasa tidak tersesat dan ingin jalan jalan melihat lihat..” ucap Syahrul dengan nada serius sambil menatap Pak Hasto dan Fatima.

“Terus?” ucap Pak Hasto dan Fatima dengan tidak sabar.

“Setelah saya berjalan di taman itu saya melihat ada banyak orang tampak sibuk mereka tidak saling berbicara, lalu saya melihat ada sebuah istana yang sangat megah dan indah. Saya terus melangkah menuju ke gedung istana yang indah itu, tetapi saya sangat heran sekaligus takut, karena tidak menemui lagi satu orang pun di tempat itu. Saya mencari teman teman atau para wisata lainnya tidak menemukan, istana yang tampak megah di depan mata, tapi sampai saya capek berjalan tidak juga sampai sampai di istana itu..”

“Terus?” saut Pak Hasto lagi..

“Saya bingung, saya takut, saya mencari kakek tadi. Tidak lagi menemukan dia. Akhirnya saya hanya duduk dan berdoa mohon pertolongan dari Allah. Tiba tiba kakek tadi berada di depan saya.” Ucap Syahrul selanjutnya lalu dia terdiam menatap Pak Hasto lalu Fatima dan Pungki.

“Terus?” ucap Pak Hasto dan Fatima yang masih penasaran. Sedangkan Pungki sudah pernah mendengar cerita itu dari mulut Syahrul sendiri waktu di kost dulu.

“Saya bilang pada Kakek tadi, jika saya tersesat. Kakek tadi tersenyum ramah. Lalu mengulurkan tangannya. Tangannya terasa dingin.” Ucap Syahrul lagi dan kembali diam sejenak menatap Pak Hasto, Fatima dan Pungki yang serius mendengar ceritanya.

“Tiba tiba, saya sudah duduk di bawah salah satu pohon yang ada di taman nasional itu. Dan tidak lama kemudian ada salah satu teman saya berteriak memanggil saya, orang tua saya dan orang orang pun berdatangan termasuk petugas taman nasional mendekati saya, katanya saya sudah dicari cari selama tiga hari.” Ucap Syahrul lalu dia mengambil gelas air mineral yang telah tersaji di meja, karena kehausan.

“Padahal yang kamu rasakan hanya sebentar ya waktu itu?” ucap Pungki sambil menatap Syahrul.

“Benar. Saya saat itu merasa bingung. Dan yang aneh lagi di tangan saya waktu itu tiba tiba ada sebuah benda asing bagi saya.” Ucap Syahrul setelah menegak air mineral.

“Apa itu?” tanya Pak Hasto dan Fatima penasaran. Tampak Syahrul membuka tas ransel nya tangannya merogoh tas ransel itu untuk mengambil sesuatu. Tidak lama kemudian tangan Syahrul pun memegang suatu benda...

“Keris?” ucap Pak Hasto dan Fatima saat tangan Syahrul memegang satu keris kecil.

“Iya, dan yang aneh nya lagi, dengan keris ini saya bisa lagi melihat portal kerajaan jin di hutan itu lagi jika saya kehendaki. Saya sudah dua kali datang lagi ke tempat itu.” Ucap Syahrul

“Wow.” Ucap Pak Hasto tampak kaget dan kagum.

“Portal?” tanya Fatima tampak kepo dan bingung.

“Awalnya saya datang lagi hanya ingin mencari Kakek itu untuk menanyakan keris ini apa miliknya. Akan saya kembalikan. Tetapi itu keris memang buat saya dari kakek itu.” Ucap Syahrul sambil menatap Pak Hasto. Lalu dia menatap Fatima, dan melanjutkan ceritanya.

“Iya portal kerajaan jin. Ternyata pohon pohon besar dan ada taman bunga di antaranya itu yang saya lihat waktu itu adalah portal kerajaan jin, hanya orang orang tertentu yang mata batinnya bisa melihat. Dalam pandangan mata biasa itu hanya pohon pohon biasa tidak ada taman bunga nya.”

DEG

Jantung Fatima serasa berhenti sejenak. Dia teringat akan taman bunga mawar di dalam mimpinya dan bertemu sosok pemuda tampan yang wajahnya sama persis dengan foto yang terpampang di dinding ruang kerja Pak Hasto.

“Terus apa Mas Syahrul sudah bisa masuk ke istana itu?” tanya Pungki

“Iya pernah satu kali masuk ke istana itu, saya melihat banyak orang orang di dalam sana tetapi tidak ada yang berbicara. Ada juga makluk makluk aneh. Ada informasi makluk makluk aneh itu keturunan dari jin dan manusia yang menikah di sana.” Ucap Syahrul lagi. Pak Hasto yang mendengar membulat bola matanya terlihat sangat kaget.

“Hah?” ucap Pak Hasto

“Benar mamanya Dewa ingin cepat cepat Dewa ditemukan agar tidak punya cucu makluk aneh. Hiii bagaimana mungkin aku punya cucu makluk aneh.” Gumam Pak Hasto di dalam hati sambil geleng geleng kepala dan mengangkat kedua bahunya. Begidik ngeri.

“Kamu masuk dan keluar dibantu Kakek tadi ya?” tanya Pak Hasto selanjutnya dan Syahrul pun menganggukkan kepalanya.

“Maka saya tidak tahu Pak, apa saya bisa masuk di kerajaan jin di tempat Dewa tiada. Meskipun saya pernah juga melihat kerajaan jin di suatu rawa rawa. Dalam pandangan mata biasa tempat itu hanya rawa rawa, tetapi mata batin saya melihat di situ ada istana yang sangat indah.”

“Kita coba saja. Apa bisa minta tolong kakek kamu itu.. eh maksudnya ya kakek di kerajaan jin di hutan itu?” ucap Pak Hasto dengan serius.

“Nanti saya coba tanyakan Pak.” Ucap Syahrul sambil menganggukkan kepalanya.

“Jadi Mas Syahrul harus ke hutan itu lebih dulu untuk menemui Kakek? Tidak bisa langsung dari sini?” tanya Fatima.

“Akan saya coba, saya harus sembahyang minta ridho dari Allah pencipta dan pemilik segala makluk di alam semesta ini.” Ucap Syahrul dengan santun. Pak Hasto pun mengangguk anggukkan kepalanya.

“Apa kamu perlu tempat khusus? Di sini ada mushola..” ucap Pak Hasto sambil menatap Syahrul. Di saat Pak Hasto tangannya meraih gagang telepon rumah yang ada di dekatnya untuk menghubungi pelayan. Terdengar suara langkah kaki menuju ke ruang keluarga itu....