Menikahi Adik Kekasihku

Niken menatap Dedi. Saat melihat Dedi mengganggukan kepala, Niken akhirnya mau menerima makanan itu dan berpamitan kepada mereka.

Niken merasa tidak nyaman berada di antara mereka berdua. Dia ingin segera pergi tanpa

membuat Maura maupun Dedi tersinggung dengan sikapnya. Niken hanya ingin menghindari masalah yang tidak perlu. Dia tidak mau menjadi perusak kebahagiaan rumah tangga sahabatnya.

Niken berpamitan setelah mengucapkan terima kasih pada Maura yang sudah berbaik hati padanya. "Terima kasih!" Maura dan Dedi menatap kepergian Niken dengan senyum. Hati Maura sakit ketika ingat kembali bahwa Niken lah wanita yang dicintai oleh Dedi. Dirinya hanya orang asing yang kebetulan menjadi istri Dedi. Dia merasa terasing di depan suaminya sendiri.

Setelah Niken pergi, senyum Maura hilang seketika. Maura menatap wajah Dedi dengan lekat. "Apakah Niken adalah wanita yang kau cintai? Wanita yang kamu ceritakan saat malam pertama kita?" tanya Maura dengan suara datar.

Mendengar pertanyaan Maura membuat Dedi menjadi gelagapan seakan telah tertangkap basah melakukan sesuatu yang buruk. "Itu dulu! Sekarang aku hanya menganggap dia sebagai sahabat saja. Gak lebih!" Dedi membuang wajah ke samping. Dia benar-benar tidak sanggup menatap mata Maura yang seakan menguliti dirinya bulat- bulat. Dedi merasa takut dengan kemarahan Maura yang amat dia cintai sekarang.

Mendengar ucapan Dedi, Maura terlihat murung. "Kenapa?" tanya Dedi merasa keheranan melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Maura mendengar ucapannya tadi. Maura hanya menggeleng dan pergi meninggalkan Dedi dalam kebingungan yang luar biasa.

"Mau kemana?"

"Beli makan siang di restoran depan!" 

Dedi menghela napas berat setelah melihat kepergian Maura. Dedi bukannya tidak tahu tentang isi makanan yang tadi dibawa oleh Maura. Dia lihat dengan mata kepala sendiri makanan itu di masak sendiri oleh Maura dengan susah payah untuk dirinya dan Kakeknya. Tetapi dengan begitu mudah Maura memberikan itu kepada Niken tanpa pikir panjang.

Sejenak Dedi berpikir, makanan itu saja begitu mudah di berikan oleh Maura pada Niken. Apakah dirinya juga akan mengalami nasib yang sama seperti makanan tadi? Padahal jelas-jelas tadi dia melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana Maura memasak makanan itu dengan susah payah.

Dedi kalut dan bimbang luar biasa. Dia takut kehilangan Maura ketika hatinya mulai mencintai dan merajut asa untuk kebahagiaan pernikahan mereka. Dedi benar-benar takut hal itu terjadi. Apalagi saat melihat Radit yang semakin gigih mendekati Maura jika dirinya tak ada di samping istrinya.

"Aku ikut denganmu!" Dedi berteriak dan mengejar Maura yang berjalan dengan cepat. Dedi tidak mau membiarkan Maura jalan sendirian lalu bertemu dengan Radit. Hal itu amat dia hindari dan jangan sampai terjadi.

"Kalau tadi kamu mengatakan bahwa Niken adalah wanita yang kamu cintai. Aku pasti akan membujuk Kakek Surya untuk perpisahan kita dan membiarkanmu menikahi gadis yang kamu cintai." Dedi mengerem mobilnya dengan mendadak.

"Apa maksudmu?" 

"Setelah aku mengalami kesulitan bersama Niken di tempat penculik itu, aku tahu kalau di adalah gadis yang baik dan dia perduli denganmu. Jadi, aku bisa melepaskanmu dengan tenang!" Dedi mencengkram setirnya dengan kuat.

Dedi gelisah. Karena hal yang tadi dia takutkan kini benaran terjadi. "Apa kau gila?" tanya Dedi kesal bukan kepalang.

"Katakan padaku! Apakah kamu masih mencintai Kak Radit? Apakah kamu masih berharap untuk menikah dengan dia?" tanya Dedi dengan nada marah dan kesal.

Maura terdiam untuk beberapa saat. Dia tidak pernah menduga bahwa reaksi Dedi akan seperti itu. Maura menatap Dedi yang matanya telah memerah karena menahan amarah. Maura jadi bingung. Padahal dia kira Dedi akan senang dengan rencananya tadi. Tapi apa ini? Kenapa Dedi malah mengamuk padanya begini? Apa salahnya coba? Maura dibuat bingung sendiri oleh sika Dedi.

"Kenapa kamu berpikir begitu tentang aku?" tanya Maura dengan terus mempermainkan jemarinya. Perasaan gugup lebih menguasai hati Maura saat ini.

Dedi memukul setir mobilnya beberapa kali untuk melampiaskan emosinya yang memuncak. Dedi tahu kalau dirinya sudah mulai merasakan cinta kepada Maura dan tidak rela melihat Maura yang ingin berpisah dengannya demi bisa bersatu dengan Radit yang tidak dia sukai sejak lama.

"Kita adalah suami istri dan selamanya akan bersama. Aku ga akan pernah melepaskan kamu sampai kapan pun! Paham Kamu?" tanya Dedi menegaskan semua perkataannya kepada Maura yang masih membeku di tempat. Maura benar-benar tidak menduga reaksi Dedi akan seperti itu.

Maura terdiam. Ya, untuk beberapa saat lamanya mereka hanya berpeluk dengan kesunyian. Dedi maupun Maura tidak membuka satu patah kata pun di antara mereka. Sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Saat mobil mereka sampai di restoran yang di tuju, Dedi langsung membukakan pintu mobilnya untuk Maura.

"Aku tidak akan pernah berpisah denganmu walau apapun yang terjadi. Jadi jangan pernah berpikir untuk kembali kepada Mas Radit! Buang jauh-jauh mimpi kosong itu!" Bisik Dedi di telinga Maura sesaat sebelum dia melangkahkan kakinya menuju restoran.

Deg!!

Jantung Maura berdetak begitu kencang mendengar penuturan Dedi. "Ya Allah, Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku ga mungkin hidup dengan lelaki yang hatinya bukanlah milikku. Aku ga mau memberikan penderitaan kepada orang yang kucintai dan kusayangi. Niken gadis yang baik. Aku yakin sekali Mas Dedi akan hidup bahagia jika mereka bersama!" monolog Maura yang masih mematung di tempat.

Dedi yang menyadari bahwa Maura tidak mengikutinya. Dedi akhirnya kembali menyusul dan menarik tangan istrinya untuk mengikuti dia masuk ke restoran tersebut.

"Kenapa kamu sekarang suka sekali melamun? Aku hanya milik kamu. Selamanya akan menjadi suamimu. Tolong percaya sama aku!" Pinta Dedi dengan mata berbinar menatap Maura yang kini bahkan meneteskan air mata haru dan kesedihan.

Maura sendiri bingung dengan perasaannya saat ini. Semua campur aduk tak karuan. "Ayo kita makan siang saja di sini nanti punya kakek kita bungkus. Aku yakin kamu pasti merasa lelah dan bosan karena terus berada di rumah sakit! Kamu juga butuh suasana baru yang akan membuat otak kamu fresh. Nanti aku akan berbicara pada kakek untuk kita berlibur ke luar kota selama beberapa hari. Anggap saja sebagai ganti honey moon kita yang dulu gagal total karena perbuatan aku yang kekanakan!" Dedi tersenyum pada Maura yang masih bengong di tempat.

"Udah jangan bohong terus pesanlah makanan yang kau inginkan!" Ucap Dedi sambil mengelus pucuk kepala Maura.

Maura benar-benar tidak menyangka hari ini akan benar-benar terjadi dalam hidupnya. Apa tadi? Dedi mengajak dia honey moon? Membayangkannya saja Maura sudah begitu bahagia.