Pelecehan yang dilakukan oleh pria terpandang dan terhormat yang menjadi tamu dihotel tempatnya bekerja, membuat Annisa Zavina harus menerima kenyataan pahit bahwa dirinya hamil diluar nikah.
Wisnu Kurniawan, seorang pengusaha muda sukses yang pada malam itu berada dalam pengaruh alkohol, hingga tanpa sadar merenggut paksa mahkota gadis malang itu.
Tidak ingin membunuh darah dagingnya, dan tidak ingin juga mempertanggung jawabkan perbuatannya dengan cara menikahi gadis yang tidak dia cintai serta memiliki status sosial yang sangat jauh dibawahnya, Wisnu pun memaksa Annisa untuk menerima perjanjian bahwa dia hanya akan bertanggung jawab terhadap anaknya, dan Annisa harus pergi meninggalkan darah dagingnya begitu lahir.
Hingga pertemuannya dengan Rayhan Prasetyo, seorang duda kaya satu anak yang memberikan kehidupan baru untuk Annisa yang nelangsa setelah dilecehkan dan dipisahkan dari putrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32- Amnesia Retrograde
HAPPY READING
🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Apa mungkin dia hamil diluar nikah? Dan pria itu tidak mau bertanggung jawab? Karena itulah dia nekat bunuh diri? Sepertinya memang begitu kisahnya. Tapi, dimana anak yang dilahirkannya? Mengapa tidak ada bersamanya?
Oek oek oek!!!
Lamunan Rayhan akan wanita asing itu terputus saat terdengar suara tangisan bayi yang semakin mendekat padanya.
"Eh, princessnya Daddy. Kenapa sayang? Sini-sini. Cup cup cup" Rayhan bangkit dari sofa dan meraih bayinya dari tangan sang baby sitter dengan lembut dan hati-hati. Kemudian mencoba menimang-nimangnya.
Setelah kehilangan istri tercintanya, hanya bayi ini satu-satunya penyemangat hidupnya. Meski hatinya masih diliputi kesedihan dan kedukaan, namun keberadaan malaikat kecil ini membuat hidupnya sedikit berwarna dan berarti.
"Semakin hari, Nona kecil semakin rewel Tuan. Bahkan, sekarang dia sudah tidak mau lagi minum susu formula. Saya jadi tidak tega melihatnya Tuan" Ungkap baby sitter muda bernama Lina itu dengan tatapan prihatin dan khawatir, melihat bayi yang masih menangis dengan keras dalam gendongan ayahnya itu.
"Kalau dia tidak mau minum susu formula, lalu kita harus memberinya apa? Dia kan belum bisa makan apa-apa, selain minum susu" Tanya Rayhan gelisah.
Benar yang dikatakan Lina. Bayi ini memang selalu rewel sejak lahir. Mungkin karena ibunya langsung meninggal beberapa menit setelah melahirkannya. Padahal bayi sekecil ini seharusnya sedang dimanja dengan kasih sayang dan ASI dari ibunya.
Malang sekali nasib putrinya. Dia pikir dirinya adalah orang yang paling berduka dan menderita atas kematian istrinya. Namun dia salah. Putrinya jauh lebih menderita. Karena dia belum sempat mengenal bahkan mendekap ibunya sendiri.
"Mungkin dia ingin ASI Tuan" Usul Lina dengan ragu.
"Tapi bagaimana caranya saya bisa memberikan dia ASI? Kamu tau sendirikan, itu tidak mungkin?"
Tiba-tiba ponsel Rayhan berdering.
"Sebentar" Rayhan menyerahkan kembali putrinya ketangan Lina supaya dia bisa mengangkat ponselnya.
Dia menatap layar ponselnya. Ternyata itu panggilan suara dari dokter Kartar, dokter yang sedang menangani perempuan bernama Annisa Zavina itu.
Dia jadi penasaran, ada apa dokter ini menghubunginya? Padahal selama satu minggu ini dia rutin datang kesana sehari sekali, untuk menjenguk perempuan itu.
Apa mungkin ada kabar terbaru tentang kondisi wanita itu yang penting untuk diketahuinya?
"Iya Dok" Ucap Rayhan saat menerima panggilan suara itu.
"Selamat pagi Pak Rayhan. Saya hanya ingin memberi taukan, kalau wanita itu sudah siuman"
💐💐💐💐💐
"Jadi, namamu Annisa Zavina?" Tanya dokter Kartar yang berdiri disebelah ranjang, dimana Annisa duduk sambil menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang, karena tubuhnya yang masih lemah habis siuman setelah koma selama satu minggu.
Dengan lemah Annisa mengangguk, mengiyakan pertanyaan dokter yang menanyakan namanya.
Kepala Annisa masih dibalut perban. Begitupun dengan jarum infus yang masih terpasang ditangannya. Hanya masker oksigen dan kateter saja yang sudah dilepas.
"Berapa usiamu saat ini?"
"20 tahun"
"Baik, sekarang coba sebutkan, bulan dan tahun saat ini"
"Juni, 2017" Jawab Annisa linglung.
Rayhan yang sedari tadi berdiri didekat dokter Kartar dan menyimak percakapan antara dokter dan pasiennya itu pun sontak mengernyit bingung. Pasalnya, bulan dan tahun yang disebutkan oleh perempuan itu sudah lewat satu tahun yang lalu.
Apa perempuan ini lupa, karena sudah tidak sadarkan diri selama satu minggu?
"Katanya, Nona tinggal di desa bersama ibu dan kedua adikmu. Lalu bagaimana bisa, kau berada di Jakarta? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya dokter Kartar lagi.
"Aku datang ke Jakarta, berniat untuk mencari pekerjaan. Didesa, keluargaku hidup serba kekurangan. Aku bahkan sampai putus sekolah, begitu juga dengan adik-adikku. Karena itulah, aku merantau untuk mencoba peruntungan disini" Jawab Annisa jujur.
"Lalu, apa yang terjadi setelah Nona tiba di Jakarta? Apa Nona masih ingat?"
Annisa termenung. Berusaha mengingat apa yang terjadi padanya setelah dia meninggalkan desanya dan bertolak ke Jakarta. Anehnya, dia tidak mendapatkan ingatan apapun tentang masa itu.
"Tidak Dok. Aku tidak ingat apapun. Aku tidak tau apa yang terjadi, setelah aku sampai di Jakarta. Yang aku ingat hanya, keluargaku didesa" Annisa meringis dan memegang kepalanya yang terasa sakit.
Dokter Kartar menghela nafas panjang sebelum dia berbalik menghadap Rayhan yang berdiri dibelakangnya.
"Bagaimana Dok?" Tanya Rayhan penasaran.
"Sepertinya, Nona Annisa mengalami geger otak dan cedera yang cukup serius. Sehingga ada beberapa bagian ingatannya yang dia lupakan. Kalau dilihat dari gejalanya, tampaknya dia mengalami amnesia retrograde. Tapi untuk memastikan lebih lanjut, kami perlu melakukan CT scan terlebih dulu"
Rayhan mengangguk. "Iya Dok, lakukan saja yang terbaik"
"Baik, kalau begitu saya permisi dulu" Ucap dokter Kartar yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Rayhan.
Begitu dokter Kartar berlalu meninggalkan mereka berdua diruangan itu, Rayhan menarik kursi dan duduk disamping ranjang Annisa.
"Hallo" Rayhan tersenyum ramah.
"Ka-kamu.... Siapa?" Tanya Annisa terbata-bata. Dia takut dengan keberadaan orang asing yang tidak dikenalnya. Terlebih, mereka hanya berdua saja disana.
"Perkenalkan, aku Rayhan Prasetyo" Rayhan mengulurkan tangannya dengan seulas senyuman.
Annisa memandangi uluran tangan itu dengan sedikit takut. Meski ragu, namun akhirnya dia menjabat tangan kekar itu.
"Kamu orang yang menyelamatkanku, seperti yang dikatakan suster?" Tanya Annisa yang sudah mendengar dari suster, kalau orang yang menyelamatkannya adalah pria tampan bernama Rayhan Prasetyo, yang merupakan pemilik rumah sakit itu.
"Iya" Rayhan mengangguk.
"Kalau aku boleh tau, bagaimana aku bisa mengalami kecelakaan, hingga berada disini?"
"Mmm.... Ka-kamu tertabrak mobil sekitar satu minggu yang lalu. Kebetulan saat itu, aku lewat disana. Jadi aku membantu membawamu kesini" Jawab Rayhan gugup.
Terpaksa dia berbohong karena takut akan membuat wanita itu stress dan beban pikiran, kalau tau bahwa kecelakaan yang menimpanya karena dirinya sendiri yang mencoba mengakhiri hidupnya.
"Terima kasih sudah menyelamatkanku. Kamu adalah malaikat penyelamatku. Kalau kau tidak ada, mungkin sekarang aku sudah tiada" Ucap Annisa tulus, sambil mengutas senyum penuh terima kasih.
"Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Bukankah memang sepantasnya, kita saling tolong menolong? Lagipula mana mungkin aku tega, membiarkan wanita secantik ini, pergi dari dunia secara tragis" Jawab Rayhan disertai dengan senyuman dan gombalan yang membuat Annisa tersenyum malu.
Sejak kematian istrinya, Rayhan menjadi sosok yang dingin dan tidak pernah bicara santai atau bercanda dengan siapapun. Hatinya seakan membeku bersama kepergian sang istri.
Namun entah mengapa dia tidak bisa bersikap dingin pada wanita ini. Hatinya terasa hangat dan berdegup kencang. Seperti saat pertama kali dia bertemu dengan mendiang istrinya dulu.
"Ada apa? Ada yang sedang kamu pikirkan?" Tanya Rayhan saat melihat Annisa tiba-tiba termenung.
"Aku tidak mengerti, bagaimana aku bisa mendapatkan luka diperutku ini. Aku tidak ingat, kapan aku terluka" Dengan bingung Annisa memegang perutnya yang tertutup baju pasien yang dikenakannya.
BERSAMBUNG
andaikan mamamu jg dendam bisa2 papamu dilaporin k polisi. tapi ini mamamu masih berbaik hai. dan mengijinkanmu bertemu papa.
tapi bisa jadi angel jg sih...
karena mereka berdua mempunyai niat yg sama walau tujuannya berbeda. .
bisa2 pertemuan anisa dn wisnu dimanfaatkan saida
kapan bahagianya nya selalu Wisnu saja mengganggu
tpi salahmu jg wusnu... dku jhat bngt sma anisa. gk punya hati. udah tau angel berhianat tpi kamu malah balikan lagi dn mencampakkan anisa yg sudh mengandung dn melahirkan anakmu. sekali ular tetap lh ular. kena karma kamu. tabur tuai... y nikmati aja lh... sampai kk author ngasih kebahagiaan buat kamu. entah bersama starla atau tidak. gk mungkin juga kamu bersatu sama anisa. cinta dan kadih sayang reihan sungguh besar, sedangkan kejahatan kamu yg besar...