NovelToon NovelToon
Penyesalan Anak Dan Suami

Penyesalan Anak Dan Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Penyesalan Suami
Popularitas:4.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: D'wie

Sikap anak dan suami yang begitu tak acuh padanya membuat Aliyah menelan pahit getir segalanya seorang diri. Anak pertamanya seorang yang keras kepala dan pembangkang. Sedangkan suaminya, masa bodoh dan selalu protes dengan Aliyah yang tak pernah sempat mengurus dirinya sendiri karena terlalu fokus pada rumah tangga dan ketiga anaknya. Hingga suatu hari, kenyataan menampar mereka di detik-detik terakhir.

Akankah penyesalan anak dan suami itu dapat mengembalikan segalanya yang telah terlewatkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PAS 32

Dalam hati Amar menggeram marah. Ia tidak menduga telah berteman dengan laki-laki bermuka seribu seperti Budi. Selama ini, ia selalu menganggap Budi temannya yang baik. Yang mengerti dirinya dengan baik. Tempatnya berkeluh kesah. Namun nyatanya, Budi tak sebaik namanya. Budi justru memiliki sifat fisik dan licik. Tak ingin disalahkan akibat kegagalannya dalam membuat proposal, ia justru memilih mengkambinghitamkan dirinya.

"Sudah diam!" bentak Pak Tommy membuat atensi keduanya kembali ke sang bos yang sedang menatap murka keduanya.

"Saya meminta kalian kemarin untuk mempertanggung jawabkan kesalahan kalian, bukannya bertengkar dan saling menyalahkan seperti ini," sentaknya lagi dengan tatapan nyalang.

"Kenapa saya harus ikut mempertanggungjawabkan kesalahan yang jelas-jelas bukan perbuatan saya, Pak?" tanya Amar tetap bersikap tenang.

Marah? Tentu saja. Tapi ia tidak mau menunjukkan emosinya yang meledak-ledak. Sudah cukup ia membuat kesalahan hingga mencelakakan Aliyah akibat tidak bisa mengontrol emosinya. Sebisa mungkin Amar tetap bersikap tenang.

Apalagi ia masih membutuhkan pekerjaan di perusahaan tersebut terlebih saat ini Aliyah membutuhkan biaya pengobatan yang besar. Meskipun biaya pengobatan dan perawatan Aliyah ditanggung oleh asuransi, tapi tetap saja mereka membutuhkan uang. Apalagi tidak semua biaya di cover oleh asuransi. Untuk hal tertentu pasien harus membayar sendiri biayanya seperti membeli obat yang tidak tercover oleh asuransi.

Belum lagi biaya untuk anak-anaknya. Tidak mungkin iya lepas tangan begitu saja. Anak-anak adalah tanggung jawabnya. Ia tidak mau Aliyah makin kecewa dengannya karena lalai mengurus anak-anaknya.

"Saya tanyakan sekali lagi, apa kau yang telah membuat proposal ini?" tanya Pak Tommy tegas.

"Tidak, Pak," jawab Amar tak kalah tegas.

Pak Tommy memperhatikan wajah Amar lekat-lekat. Meskipun gurat kelelahan terlihat jelas di wajah Amar, tapi sorot mata penuh keyakinan itu juga tak kalah meyakinkan.

"Baiklah," ucap Pak Tommy yang kini sudah duduk kembali di kursinya sambil bersedekap dada.

Budi sontak khawatir. Apakah Pak Tommy akan membiarkan saja kesalahan ini.

"Pak, apa Pak Tommy tidak ingin mengambil tindakan? Bapak bisa lihat, ini adalah sebuah kesengajaan. Amar pasti tidak suka karena aku menggantikan pekerjaannya beberapa waktu ini. Bahkan kali ini pun aku yang diajak untuk bertemu dengan klien. Bisa jadi Amar khawatir posisinya tergantikan olehku jadi ia sengaja memberikan proposal ini untuk menjatuhkan ku," tukas Budi berusaha mempengaruhi sang atasan.

Alis Pak Tommy bertaut. Ekspresinya seolah-olah sedang memikirkan apa yang Budi sampaikan. Padahal ia sedang memikirkan hal yang lain. Sementara itu, Amar hanya bisa tersenyum miris. Bukan sebentar ia mengenal Budi, namun baru kini ia mengetahui sifat busuknya.

"Diam!" ucap Pak dingin yang seketika membuat bibir Budi seketika mengatup rapat.

"Baiklah. Karena kalian tidak ada yang mau mengakui kesalahan kesalahan siapa ini, maka biar saya yang membuat keputusan. Saya tidak peduli ini kesalahan siapa ini sebenarnya, tapi karena kalian saling menuding satu sama lain, maka saya akan memberi kalian tugas sebagai hukuman."

Mendengar itu, kedua mata baik Amar maupun Budi terbelalak. Mereka merasa was-was dengan tugas apa yang akan diberikan pak Tommy pada mereka.

"Kalian saya tugaskan membuat ulang proposal ini sebaik mungkin. Bagi yang berhasil, maka saya akan memberikannya bonus, bagaimana? Setuju? Tapi meskipun kalian tidak setuju, kalian tetap harus melakukannya. Tak ada penolakan. Keputusan saya sudah mutlak. Saya berikan kalian berdua tempo 1 Minggu. Perbaiki apa yang mesti diperbaiki dan pertahankan bila menurut kalian bagus," pungkas Pak Tommy.

Setelah mengatakan itu, pak Tommy pun meminta Amar dan Budi keluar.

Sekeluarnya dari ruangan pak Tommy, Amar dan Budi yang biasanya tampak akrab justru bersikap bak musuh bebuyutan. Mereka saling melemparkan tatapan penuh kebencian dan amarah. Sorot mata mereka benar-benar tajam bagaikan laser yang siap melubangi jantung musuhnya.

Nafisa yang melihat hal tersebut pun merasa aneh.

"Mas, kalian kok saling tatap begitu sih? Kalian lagi marahan?" tanya Nafisa sambil terkekeh. "Udah kayak pasangan kekasih lagi bertengkar aja deh kalian," imbuhnya lagi masih dengan tawah renyahnya.

Budi dan Amar tak menggubris pertanyaan Nafisa. Mereka justru langsung membuka komputer masing-masing dan melanjutkan pekerjaan mereka.

Sementara itu, di dalam ruangannya Pak Tommy memanggil tim keamanan perusahaan. Ia meminta rekaman cctv sejak sehari dimana Amar mengakui telah membuat laporan yang ia minta dan telah ia selesaikan dan simpan di laci meja kerjanya.

Pak Tommy ingin memeriksa kejujuran Amar, memang benar ia telah mengerjakannya dan menyimpannya di sana atau tidak.

Bila benar, lantas kemana laporan tersebut? Untuk itulah rekaman cctv diperlukan.

Selain itu, Pak Tommy juga ingin memeriksa apakah benar Amar yang memberikan proposal tersebut pada Budi. Semuanya harus ia selidiki dengan baik-baik.

...***...

Beberapa hari berlalu, tapi keadaan Aliyah tetap tak ada perubahan. Namun biar begitu, tim dokter telah memastikan tanggal untuk Aliyah menjalani operasi untuk mencegah penyakit makin bertambah parah. Siapa tahu setelah menjalani operasi, Aliyah bisa sadarkan diri.

"Jadi pak Amar, bagaimana? Bila Anda setuju, segera tanda tangani surat pernyataan persetujuan agar kami tim dokter bisa segera mengatur jadwal," tukas salah seorang dokter ahli bedah yang akan ikut berpartisipasi dalam mengoperasi Aliyah.

Amar bingung. Lantas ia menoleh ke arah sang ibu yang hanya bisa menggelengkan kepalanya karena tidak bisa memberikan saran apapun.

"Kalau boleh tahu, apa operasi ini bisa dipastikan dapat menyembuhkan istri saya? Apakah ada risikonya?"

"Untuk kesembuhan, kami hanya bisa berusaha sebaik mungkin, Pak Amar. Namun yang menentukan tetap saja Allah SWT. Risiko yang pasti tetap saja ada. Bila dipersentase mungkin sekitar 50:50. Semua keputusan ada di tangan Anda. Kami hanya sekedar perantara dan Allah yang maha menentukan segalanya."

Amar tercenung memikirkan risiko kalau bisa saja operasi ini tidak berhasil dan justru merenggut nyawa Aliyah. Tapi bila tidak diusahakan, maka risikonya pun sama saja. Perlahan tapi pasti, tubuh Aliyah akan makin melemah karena penyakit yang kian menyebar dan bertambah parah sehingga berpotensi menimbulkan penyakit lainnya.

"Boleh saya pikirkan terlebih dahulu?" tanya Amar yang belum bisa mengambil keputusan saat ini. Amar memang seorang suami. Dan ia memiliki hak mutlak atas Aliyah, tapi ia juga ingin meminta pendapat sang anak sulung. Ia juga berencana menemui kedua orang tua Aliyah di kampung yang ada di kabupaten sebelah. Jaraknya memang tidak begitu jauh tapi cukup memakan waktu untuk menuju kesana.

"Boleh. Tapi kami hanya bisa memberi waktu selama 3 hari sebab jadwal kami sebenarnya sudah penuh untuk satu bulan ke depan. Namun karena ini dalam keadaan urgent jadi kami akan mengupayakan mengatur ulang jadwal kami. Jadi mohon pak Amar segera memberi keputusan. Semakin cepat semakin baik," pungkasnya sebelum mereka mengakhiri pembicaraan tersebut.

...***...

"Jadi kamu Subuh nanti akan ke kampung Aliyah menemui kedua orang tuanya?" tanya Bunda Naima pada sang putra yang kini sedang menyetir di sampingnya. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan pulang ke rumah.

Amar mengangguk, "iya, Bun. Seperti kata dokter Arkan tadi, semakin cepat semakin baik."

Bunda Naima mengangguk setuju. Tak lama kemudian, mobil pun telah masuk ke pekarangan rumah Amar. Setelah mesin mobil dimatikan, Amar dan Bunda Naima pun segera turun. Saat mereka masuk ke dalam rumah, mereka justru disambut dengan tangisan Gaffi dan Amri.

Tampak Nana sedang kepayahan mendiamkan Amri. Bunda Naima pun gegas menyambut Gaffi ke dalam pelukannya.

"Amri dan Gaffi kenapa nangis, Kak?" tanya Amar. Bila di depan kedua adiknya, Nana akan dipanggil kakak agar adik-adiknya pun terbiasa memanggil kakak pada Nana.

"Itu yah, tadi kan Amri nangis mau jajan jadi Nana ajakin deh mereka ke warung. Di warung Gaffi beli permen lolipop, sedangkan Amri beli donat. Tapi saat di rumah, Amri malah maksa mau ambil lolipop Gaffi. Gaffi nggak mau kasih, terus Amri nangis. Donatnya dilempar. Terus dia ambil botol minum terus dilempar ke Abang Gaffi. Abang Gaffi nangis, adek juga nangis. Nana bingung gimana dieminnya," tutur Nana bercerita dengan wajah kebingungan.

Amar menghela nafasnya. Matanya menelisik sekitar, begitu berantakan. Tak terbayang betapa repotnya Aliyah menghadapi dua anaknya yang kerap bertengkar dan menangis kencang saat tantrum seperti ini. Wajar saja wajah Aliyah sering tampak begitu kelelahan, tapi bukannya ia meringankan pekerjaan Aliyah atau minimal memberikan sedikit perhatian, ia justru menghardiknya dengan berbagai macam perkataan pedas. Amar tak henti-hentinya menyesali segala perbuatannya selama ini.

"Amri ikut ayah, Yah! Cup, cup, cup, anak pinter nggak boleh cengeng. Diam ya, sayang. Jangan nangis lagi. Entar jadi jelek lho!" ucap Amar sambil menepuk-nepuk punggung Amri agar berhenti menangis. Sesekali Amar melakukan cilukba agar Amri terhibur dan tidak menangis lagi.

Setelah berhasil mendiamkan sang anak, akhirnya Amri dan Gaffi sudah tidak menangis lagi. Bahkan mereka sudah main bersama lagi. Di saat itulah, Amar pun menyampaikan tentang rencana operasi sang ibu.

"Kalau ibu dioperasi apa ibu pasti akan sembuh, Yah?" tanya Nana.

Amar menghela nafas pelan kemudian menggeleng, "memang tidak pasti, tapi kita berdoa sama-sama ya, Nak. Semoga saja setelah operasi ibu sadarkan diri dan sembuh dari sakitnya."

Nana diam, tapi bulir bening telah mengalir di kedua pipinya.

"Iya, Yah. Nana juga akan rajin sholat, ngaji, dan berdoa semoga ibu diberikan kesembuhan supaya bisa berkumpul lagi bersama kita di rumah ini."

...***...

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

1
hai sahabat membacaku
kan bener...
hai sahabat membacaku
pasti dulu masa bunda naima sama pak akmal masih teman pak akmal suka sama bunda naima tau kebalikan
hai sahabat membacaku
alhamdulilah...akhirnya ketemu cinta pertama
hai sahabat membacaku
udah ketebak nihhh,kayaknya bakal seru deh,akan ada tentang gimana ceritanya tentang perpisahan ayah jalang sama wanita sebebarnya
Amriati Plg
Pasti mau curi file kerja amar di suruh si budi itu
Amriati Plg
Apa itu nafisa anak ayah nya amar anak kandung atau tiri tetap aja mereka saudara, gila udah emaknya jadi pelakor eh sekarang anaknya jadi Perempuan simpanan
Amriati Plg
Senang di sini ngk ada mertua n ipar julid gimana reaksi keluarga aliyah saat tahu kondisi n penyebab nya aliyah koma
Amriati Plg
Nana kasih lihat video si nafisa jadi amar tahu
Amriati Plg
Pasti di ambil si budi itu selingkuhan si nafisa
hai sahabat membacaku
lakuin aja nana,disini aku dukung banget sama kamu
Eka Sari Agustina
👍👍👍👍
hai sahabat membacaku
haha udah hamil kau!kalo gitu anne bisa lari dari neraka yang telah budi sama mertuanya buat pada anne
Johan
yah di tingkatkan lagi
bunda
Luar biasa
Ira_87
Ending yang sangat bahagia 🤍
ditunggu cerita selanjutnya Thor 😍
Erna Masliana
sakit jiwa
Erna Masliana
tidak apa-apa gundulmu
Erna Masliana
petugas bodoh.. tidur ngopi aja sana..di suruh jaga malah santai
Erna Masliana
kemana Polisi yang katanya mau jaga
Erna Masliana
lapor polisi dong... lagian Polisi kok lama banget nangkep Budi.. bukannya Budi itu buronan y
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!