Terlahir dari keluarga kaya raya dan terpandang, anak bontot yang seharusnya selalu mendapat kasih sayang, namun itu tidak berlaku bagi Rangga Guitama.
Rangga Anak bungsu dari tiga bersaudara, namun tidak pernah mendapat kasih sayang dari orang tuanya, karena Rangga tidak jenius seperti kakak kakaknya, dia tak mampu menyamai akademis sang kakak, dia anggap bodoh oleh keluarganya, menurut keluarga nya Rangga hanya anak pembawa sial.
Mau tau ceritanya yukkk ikuti...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Di sini lah Rangga dan Rania berada di Mall Mentari, dimana Papinya Rangga ingin bertemu dengan sang anak. Rangga hanya bertemu dengan Papinya seorang diri, walau ada Rania disana, walau tidak dengan meja yang sama.
"Pi..." panggil Rangga, karena sudah ada Papinya di sana.
"Hmmm.... duduk lah" ujar Papi Rangga itu tanpa basa basi sedikit pun.
"Ada apa Papi ingin bertemu dengan ku?" tanya Rangga dia pun tidak ingin berbasa basi dengan orang tuanya itu, dia tau ada yang di inginkan oleh papinya itu, klau tidak mana mungkin dia akan sudi menemui Rangga.
"Ncek. Duduk lah dulu, kenapa harus terburu buru, seperti orang yang sangat sibuk saja dirimu" ujar Papinnya dengan tersenyum sinis ke arah Rangga.
"Bukan saya Yang sibuk Pi, tapi papi" ujar Rangga merendah.
"Baiklah, saya juga malas lama lama di sini, banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan" ujar Pak Yudist.
Rangga hanya diam dan tidak mau menyela, apa yang di ucapkan oleh papinya.
"Apakah... kamu kekurangan modal?" tanya Pak Yudist tiba tiba.
Rangga mengerutkan dahinya, tanda tidak mengerti dengan pembicaraan sang Papi.
"Kenapa kamu diam, saya kan bertanya sama kamu" ujar Pak Yudist.
"Tidak..." ujar Rangga singkat.
"Begini. Saya bersedia kasih kamu modal, untuk mengembangkan usaha kamu itu, tapi ada syaratnya." ujar Pak Yudist kepedean.
Rangga hanya diam, dia ingin tau apa yang akan di ucapkan oleh papinya itu.
"Pertama, saya kasih modal kamu, dan saya akan promosikan usaha kamu ini. Tapi... Saya ingin bengkel kamu itu, atas nama perusahaan saya, kamu cukup jadi orang yang di balik layar, dan mengerjakan dalam bengkel saja, yang lainnya, biar Radit yang punya urusan, karena kamu tidak pantas berhadapat dengan bos bos besar, kamu tidak layak untuk itu, cukup lah kamu bermain dengan oli dan pekerjaan kasar" ujar Pak Yudist tidak tau malu.
Rangga kaget mendengar ucapan Papinya itu, tidak menyangka papinya, tega meminta usaha yang dia rintis dari nol, bersama sang istri, dan tanpa bantuan sedikitpun dari keluarganya, dan kini tanpa perasaan papinya ingin usahanya di beri nama dengan nama perusahaan sang papi dan di kelola oleh abangnya, dia hanya di izinkan di bengkel saja, sungguh miris sekali Rangga mendengar ucapan papinya itu.
Tidak kalah kaget dengan sang istri, yang duduk tidak jauh dari tempat dia berada.
"Astaga, sungguh miris sekali hidupmu, suami ku." gumam Rania berkaca kaca, tidak menyangka orang tua suaminya itu tega sekali dengan suaminya.
Walau hatinya panas mendengar ucapan sang papi. Rangga berusaha menahan emosinya, dia masih ingin tau, apa lagi syarat yang di ajukan oleh papinya itu, sungguh keterlaluan sekali papinya ini.
"Dan. Saya minta sama kamu, menjauh lah dari gadis yang bernama Rania, dia tidak cocok dengan kamu yang bodoh itu, jangan kau halangi anak itu dengan kebodohan kau itu, biarkan dia bersama abang mu. Radit lebih pantas untuk Rania, bukan kamu, kamu hanya akan membuat dia malu bertemu dengan orang orang penting, kau itu hanya lah sampah, yang tidak pantas bersanding dengan dirinya, kau hanya akan membuat Rania malu" hina Pak Yudist.
Duarrr....
Sakit.Sungguh sakit, hati Rangga mendengar ucapan papinya itu, begitu teganya dia mencaci maki Rangga, apakan sebegitu hina dirinya, sampai sampai membuat sang istri malu berada di sisinya.
Sungguh Rania tidak tahan mendengar hinaan mertuanya itu terhadap sang suami, sebegitu buruknya kah, suaminya itu, di mata keluarganya.
Brakkk...
Kemarahan Rania sudah sampai di ubun ubunnya, tidak sanggup dia mendengar suaminya di hina oleh mertuanya itu, dia berjalan ke meja tempat sang suami dan mertuanya berada dan lansung menggebrak meja itu. Tentu saja membuat Rangga dan Pak Yudist kaget alang ke palang.
"Astaga...." pekik Pak Yudist terlonjak dari tempat duduknya.
"Cukup ya pak. Cukup bapak menghina suami saya. Anda ini sebenarnya orang tua kandung suami saya apa bukan sih! kenapa anda tega sekali menghina suami saya sedemikian rupa hah...!!" Bentak Rania, tentu saja membuat pengunjung di sana lansung melihat ke arah mereka.
"Anda tidak memberi sedikitpun modal usaha untuk suami saya, dan dengan teganya anda meminta usaha yang di rintis oleh suami saya, yang dia mulai dari nol dengan modal pas pasan, dan kini usahanya mulai maju. Anda datang bak pahlawan menyodorkan bantuan, dengan syarat yang tidak masuk akal. Enak sekali hidup anda, suami saya yang bekerja keras dan anda ingin memetik hasilnya, dasar manusia tidak punya hati!!" pekik Rania menggebu gebu.
"Sayang, sudah sayang, tenang ya" bujuk Rangga melihat istrinya bak singa betina yang sedang kelaparan, ingin melahap habis habisan mangsanya. sorot matanya memerah menatap bengis pak yudist yang berada di depannya.
"Biar kak, biarin aku kasih pemahaman sama orang tua ini, biar mata, kepala dan telinganya itu terbuka, jangan budeg terus terusan" pekik Rania, meronta dalam pelukan Rangga.
Pak Yudist kaget setengah mati mendengar ucapan demi ucapan yang keluar dari mulut pedas Rania itu, sungguh dia tidak menyangka ada Rania di tempat itu dan dengan beraninya dia membentak dirinya di tempat ramai seperti ini, belum pernah ada sejarahnya Pak Yudist di bentak oleh orang selama ini, justru dia yang selama ini suka mengintimidasi lawannya selama ini, dan hari ini dia di buat mati kutu oleh Rania.
Bersambung....