Adam Xavier, memiliki seorang anak bernama Malvin Xavier. Anak ini baru berusia empat tahun, namun pemikiran nya melebihi orang dewasa.
Malvin Xavier selalu memerintahkan ayah nya untuk mencarikan seorang ibu untuk nya. Namun, Adam selalu menolak permintaan Malvin, dengan alasan, dia masih bisa membesarkan Malvin tanpa kehadiran seorang ibu di hidup mereka.
Pertemuan tak sengaja Malvin, dengan seorang wanita cadar, membuat Malvin memiliki keinginan untuk dekat dengan wanita itu, Malvin berharap jika wanita cadar itu bisa menjadi ibu pengganti untuk nya.
Siapa kah, wanita cadar yang membuat Malvin terus mendesak sang ayah untuk menikahi wanita cadar itu?
Yuk simak di, Wanita Cadar Destiny with Mas Duda !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seminggu Kemudian
Melihat sikap Adam kepada Najwa yang begitu acuh, selalu membuat Melda berdebat dengan anak nya, apalagi Adam yang tidak mau sedikit pun mengalah dengan ibunya.
Hari ini, bahkan Adam tidak ingin sarapan bersama, padahal itu sudah berlalu satu Minggu. Adam seperti sedang menghindari sesuatu, yang tak ingin di lihat nya. Namun, sikap Adam membuat Najwa sedikit merasa takut, jika pada akhirnya Najwa tidak mampu lagi mempertahankan pernikahan nya dengan Adam.
Malvin, sudah pergi bersama dengan sopir sejak jam delapan tadi, kini Melda pun sedang bersiap-siap untuk pergi ke butik. Hanya Najwa yang tidak punya kesibukan selain mengurus Malvin.
"Najwa, ada sesuatu hal yang ingin ku bicarakan dengan mu" tukas Wanita itu, memegang tangan Najwa, melihat raut wajah ibu mertua nya yang serius membuat Najwa sedikit takut.
"Ada apa ibu? apa ada sesuatu, katakan pada Najwa, Najwa akan membantu ibu" ujar Najwa, yang begitu cemas.
"Lihat lah dirimu, masih saja memikirkan orang lain. Ibu cuma mau bilang, kalau kamu mau mempertahankan hak mu, kamu harus berjuang untuk mendapatkan nya, jika kamu hanya menunggu untuk datang, sampai Tuhan mengambil nya kembali, manusia bodoh itu tidak akan menjadi milik mu" Melda sudah mengutuk Adam berulang kali, saat mengingat keras kepala anak nya itu.
"Ibu, apa yang ibu katakan, berhenti memikirkan masalah itu, Najwa tidak ingin ibu dan Abang, berdebat hanya karena hal sepele ibu. Jika ibu terus menerus memikirkan masalah itu, yang ada ibu jatuh sakit" pungkas Najwa.
"Ibu sudah memikirkan ini sejak seminggu terakhir, aku ingin kamu memperjuangkan hak mu, tidak peduli apa hasil nya kamu harus mencoba nya" paksa Melda, akhirnya Najwa pun mengiyakan nya.
"Baiklah Ibu, Najwa akan mencoba nya"
"Antar lah, makan siang untuk Adam hari ini, Ibu dengar kabar dari Alvin, hari ini Adam ada meeting, dan buatkan nasi kuning, dia pasti tidak akan bisa menolak nya" pungkas Melda, memberi semangat kepada menantu nya tersebut.
"Baiklah Bu, hati - hati di jalan Bu"
"Iya sayang, semangat ya, ibu mendukung mu"
"Terimakasih banyak Bu..."
Melda hanya tersenyum, lalu memeluk Najwa sekilas, sebelum Melda berlalu dan pergi meninggalkan rumah.
Najwa kini berjalan masuk ke ruang dapur, di sana ada Rosna dan beberapa pelayan lain nya.
"Nyonya, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Rosna, saat melihat Najwa masuk ke dalam ruang dapur.
"Ada Bi, bantu saya untuk menyiapkan semua bahan untuk masa nasi kuning ya Bi" pinta Najwa dengan sopan. Najwa mengambil celemek di laci lemari dapur, lalu memakai nya. Sang koki pun sudah siap bertempur dengan semua jenis bahan makanan yang sudah di siapkan .
Ada ayam kampung yang sudah di belikan Rosna satu hari lalu, dan udang nya juga terlihat begitu segar.
"Bi, bantu aku potong buah - buahan ya, untuk pencuci mulut" ujar Najwa, yang sedang mengaduk nasi nya.
"Baik Nyonya"
Semua pekerjaan pun di bagi rata dengan pelayan yang lain, sepanjang waktu memaksa Najwa terus memikirkan Adam. Kali ini Najwa sudah bertekad untuk memperjuangkan hak milik nya, Najwa juga berjanji akan bersatu dengan suami nya, dan dia ingin menjadi orang tua yang lengkap untuk Malvin.
Humaira adalah wanita yang melahirkan Malvin, tapi Najwa, wanita yang merawat Malvin dengan baik, sehingga Malvin tidak pernah merasakan kekurangan kasih sayang seorang ibu setelah Malvin bertemu dengan Najwa.
Setelah selesai memasak, Najwa memasukan nasi tersebut ke dalam rantang, dan meminta Rosna untuk tidak menutup nya dulu, karena masih sangat panas.
"Bi, aku akan bersiap-siap dulu, tolong di lihatin sebentar ya Bi"
"Baik Nyonya"
Najwa pun melepas celemek, lalu keluar dari ruang dapur, menuju kamar nya.
Tak lama kemudian, Najwa pun keluar dari kamar nya, dan memakai baju yang di berikan Melda dua hari yang lalu, baju yang pernah di minati Humaira empat tahun yang lalu, hanya saja wanita itu, tidak punya kesempatan untuk memakai nya.
Najwa memerintahkan sopir untuk menjemput Malvin, karena dia takut akan terlambat jika dia sendiri yang menjemput nya.
Najwa masuk ke dalam mobil, dengan menggunakan salah satu mobil keluarga Xavier, dan membawa rantang bersama nya.
Sepanjang jalan, Najwa hanya bisa tersenyum memikirkan wajah Adam yang sejak tadi melintas di ingatan nya. Pria itu benar -benar membuat Najwa begitu candu, dorongan Melda semakin membuat Najwa yakin akan cinta nya yang perlu di perjuangan 'kan.
Tiba di kantor Adam, Alvin melihat Najwa yang baru saja masuk lobi, lalu pria itu menghampiri nya.
"Selamat siang Bu.." sapa Alvin,
"Siang. Maaf, Pak Adam ada?" tanya Najwa dengan ramah, semua karyawan memperhatikan Alvin, yang sedang berbicara dengan Najwa.
"Ada di ruangan nya Bu, tapi saya tidak mengantar, saya lagi menunggu klien datang untuk meeting"
"Oh, tidak apa-apa, saya akan pergi sendiri, terimakasih Alvin" ucap Najwa, pria itu hanya mengangguk, dan memberi hormat kepada Najwa, layak nya istri Bos yang dia hormati.
Dengan perasaan yang begitu sulit untuk di gambarkan, Najwa berjalan ke arah ruangan Adam. Setelah keluar dari lift, Najwa harus melewati tiga ruangan lagi, baru lah dia tiba di ruangan Adam.
Disaat Najwa ingin mengetuk pintu ruangan Adam, Najwa sadar jika pintu ruangan Adam tidak tertutup rapat, dan Najwa berdiri tepat di celah pintu yang terbuka sedikit, dan betapa terkejut nya Najwa melihat pemandangan di dalam ruangan Adam.
Prang ..! Klatang..!
Rantang di tangan Najwa terjatuh, sehingga mengejutkan Adam dan Melisa. Adam segera mendorong Melisa yang sejak tadi memeluk Adam, dan tentu saja Najwa salah paham akan pemandangan itu.
"Aku yang salah, meskipun berpikir batu akan berubah karena sering nya terkena air hujan. Namun, aku salah, ini hati manusia, bukan soal batu" gumam Najwa, lalu berbalik dan meninggalkan ruangan Adam.
"Najwa" gumam Adam yang tahu, kalau yang dia lihat di pintu ruangan nya adalah Najwa.
"Lepas!" titah Adam, saat Melisa memegang tangan Adam, melarang pria itu untuk mengejar Najwa.
"Mas, Mas Adam sudah berjanji untuk tidak jatuh cinta pada wanita itu, tapi kenapa Mas Adam mengingkari janji Mas, kepada kami, kalau Kak Humaira sampai melihat dia pasti akan sangat sedih. Hiks..."
Melisa pun mulai drama kembali, bertujuan untuk menghalangi Adam yang mau mengejar Najwa, mungkin saat ini Najwa sudah pergi jauh.
"Lepas!" teriak Adam, sembari menepis tangan Melisa, dan seketika tangan itu terlepas.
"Aku sudah memeringati mu, untuk tidak ikut campur dalam rumah tangga ku, aku dan Kakak mu sudah selesai empat tahun yang lalu, setelah aku tahu kebenaran, jika Kakak mu menipu butik Mama ku. Kalian pikir aku tidak tahu? aku tahu semua nya, tapi aku menutupi semua itu, karena aku sangat mencintai Humaira, meskipun yang dia lakukan sangat membuat Aku marah. Tapi, aku tidak bisa mengelak nya, karena rasa benci ku lebih besar dari rasa cinta ku" tegas Adam kepada Melisa, membuat wanita itu tersentak.
'Bagaimana Adam mengetahui nya' batin Melisa.
"Kau dan Kakak mu, sama -sama ingin menguasai butik Mama, tapi Melisa apa yang kurang dari kami, Aku sangat mencintai Humaira, dan Mama sangat menyayangi Humaira seperti anak nya sendiri. Untung aku mengetahui kebenaran ini setelah Humaira meninggal, jika aku tahu saat dia masih mengandung Malvin, mungkin kamu tidak akan pernah melihat keponakan mu itu tumbuh dewasa" pungkas Adam, Melisa terdiam, dan tidak bisa berkata apa-apa, bahkan Melisa tidak bahan untuk membantah perkataan Adam. Karena sesungguh nya, dia juga terlibat dalam kasus itu.
Ada satu kasus lagi yang melisa juga terlibat, namun Adam belum mengetahui nya. Yang kasus ini saja Adam beru mengetahui nya satu Minggu yang lalu, saat memeriksa buku keuangan milik Humaira yang ada di kamar nya.
Melda sudah mengetahui itu sejak lama, hanya saja Melda memilih untuk menyembunyikan kebenaran itu, karena Adam sangat mencintai istri nya itu.
Apalagi pada empat tahun yang lalu, Adam sangat kehilangan Humaira sehingga ia pindah tinggal di luar negeri selama dua tahun, untuk melupakan Humaira. Namun, pada akhirnya Adam tidak bisa, dia hanya mengutuk diri nya untuk tidak jatuh cinta pada wanita lain lagi, sehingga Malvin dapat mempertemukan Adam dengan Najwa. Sebenarnya ini adalah takdir.
Netra Adam memerah menahan seluruh emosi yang telah memuncak satu Minggu yang lalu. Adam menahan diri selama satu Minggu untuk tidak bertemu dengan Najwa atau pun Melda, bahkan Adam tidak berbicara dengan Malvin, semua itu di lakukan Adam untuk menghukum diri nya atas semua kebodohan yang dia lakukan untuk orang terdekat nya.
Yang pertama terhadap Melda, karena rasa cinta nya yang begitu dalam terhadap sang istri, Adam tidak pernah tahu kecurangan yang di lakukan Humaira kepada ibu nya. Bahkan, Adam memprioritaskan Humaira nomer satu selama ini.
Dan yang ke dua, karena rasa cinta nya kepada Humaira, Adam tidak ingin jatuh cinta kepada Najwa, bahkan Adam menolak untuk menerima Najwa sebagai istri nya karena bentuk bukti cinta dia kepada Humaira.
Ke tiga Adam hampir melupakan Malvin di umur Malvin tiga bulan, saat awal pertama kehilangan Humaira, Adam berpikir kalau Malvin adalah penyebab meninggal nya Humaira. Ternyata Adam telah salah mencintai istri nya, cinta Adam kepada Humaira, membuat Adam buta akan kebenaran.
"Mas, apa yang kamu katakan, aku tidak tahu apa-apa?" ucap Melisa, yang ingin membujuk Adam, Melisa masih berharap jika Adam masih memberi nya kesempatan.
"Diam!" tegas Adam, menunjuk ke arah Melisa dengan jari nya, sehingga membuat Melisa terkejut. Melisa belum pernah melihat Adam dalam keadaan begitu marah, bahkan sampai meledak - ledak.
"Mas, aku melakukan ini semua karena aku mencintai mu, aku tulus pada mu, aku menyayangi Malvin, aku bahkan lebih dulu kenal kamu dari Kak Humaira, aku hanya mencintai mu mas, aku datang kesini hanya ingin mengakui rasa cinta ku pada mu mas" ungkap Melisa, mendengar pernyataan Melisa semakin membuat Adam marah.
"Tutup mulut mu! jangan sampai aku membunuh mu dengan tangan ku sendiri, aku tidak akan membiarkan Malvin dekat dengan mu" setelah mengatakan itu, Adam pergi meninggalkan ruangan nya.
Brak!
Bahkan Adam membanting pintu ruangan nya, sekali lagi membuat Melisa terkejut.
"Aaahh!" teriak Melisa yang frustasi melihat perlakuan Adam kepada nya. Semua rencana Melisa gagal untuk merebut hati Adam, setelah Adam tahu kebenaran tentang Humaira istri nya.
Masih ada satu kebenaran yang tidak Adam ketahui tentang istri nya dan Melisa, kebenaran itu, hanya Melisa yang tahu seorang diri.
Adam berjalan ke arah lobi, dengan langkah yang tergesa - gesa, sehingga mencuri perhatian Alvin yang sedang menunggu klien.
"Pak, anda mau kemana?"
"Alvin, aku punya urusan mendadak, semua meeting hari ini kamu yang handle ya"
"Tapi Pak..."
"Aku percaya sama kamu sepenuh nya!" tegas Adam, menepuk bahu Alvin, dan berlalu pergi dari lobi meninggalkan kantor nya.
Di dalam perjalanan pulang dari perusahaan Adam, Najwa tidak bisa menahan diri nya untuk tidak menangis. bahkan dia sudah menangis sepanjang perjalanan.
Tit...Tit...
Najwa membunyikan klakson bertubi-tubi disepanjang jalan, karena jalanan sedikit macet.
Sabar nya orang baik, memang tidak ada batas nya. Namun, siapa yang bisa tahan untuk tidak meluap kesedihan nya, dan memilih untuk memendam nya.
"Apapun bisa ku maafkan Abang... Tapi, tidak untuk yang satu ini, aku tidak bisa!" ucap Najwa dengan bibir yang gemetar, untuk kedua kali nya dia menangis begitu tersedu - sedu karena ulah Adam. Najwa tidak pulang ke rumah Xavier, tapi dia memilih untuk kembali ke rumah Romi. Najwa butuh waktu untuk menenangkan diri nya. Najwa butuh ke ketenangan dalam beberapa jam ke depan nya.
Maaf, bila banyak Typo...