Suami Akhiratku

Pagi-pagi Ruchan sudah mendapati istrinya yang sedang melamun, Ruchan pun menegurnya. Leah menceritakaan tentang omongan para tetangganya, yang selalu mempertanyakan kapan hamil. Untuk seorang perempuan, pertanyaan itu menjadi suatu tamparan keras. Bahkan ada perempuan sampai stres karena hal itu, memang sepele, namun.... Ah sudahlah, itu hanya hati seorang perempuan yang lama dah nikah lom di kasih momongan yang tau.

(Jadi gini ya kakak-kakak, aku pun juga lama punya momongannya, 4 tahun pernikahan baru di kasih kepercayaan, sedih iya karena tetangga selalu bilang ini ono) Lanjut ke cerita...

Ruchan berusaha menenangkan Leah yang tengah bersedih itu.

"Sayang, kita nikah itu baru mau 3 bulan lho, itu belum lama, jadi kalau belum di kasih momongan ya sabar aja." Kata Ruchan menenangkan Leah.

"Ya Mas nggak ngrasain jadi Adek sih, memang seperti bualan sepele, tapi menampar banget, Mas tau kan, kita ini nikah duluan, tapi yang hamil Mbak Vina dulu, adek kan sedih Mas," Kata Leah sesegukan

"Sini Mas peluk, Adek itu kan normal, mungkin ini salah nya Mas, Mas kan nggak kayak Mas Ikhsan yang slalu di rumah. Setiap bulan dapat di hitung Mas pergi berapa kali, mungkin karena itu, maafin Mas ya," tutur lembut Ruchan sambil memeluk Leah.

"Ya itu kan emang udah pekerjaan kamu kan Mas, Adek nggak bisa dong nyalahin Mas gitu saja," Kata Leah.

"Udah ya, jangan nangis lagi dong, ingat!! Orang lain boleh ngomong apapun, itu hak mereka. Tapi kan Adek punya iman, serahkan saja semua sama Allah, masih ingat ngak cerita tentang Nabi yusuf, beliau tampan, mapan, dan sangat mulia hatinya....

"Ahhh, itu udah beda cerita," ucap Leah seperti lelah dengan semuanya.

Ruchan pun tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi wajah istrinya itu. Ponsel Leah berbunyi, Ibu tirinya yang menelfon.

"Tumben ini Ibu Suri telfon," Kata Leah heran.

"Mungkin ada hal penting, angkat dong Dek." Kata Ruchan.

"Assallamualaikum, Ada apa Tan?" Tanya Leah.

"Leah, cepat pulang nak...

Jawaban Soraya membuat Leah panik.

"Tante, Tante kenapa nangis, kenapa Leah harus pulang? Papa nggak papa kan Tan?" Tanya Leah mulai panik.

"Papa kumat Le, dia sekarang di ICU, kata Dokter kondisinnya kritis... " Jawab Soraya sesenggukan menangis.

"Astaghfirulloh hal'adzim, Iya Tante, aku segera pulang, " Kata Leah yang tiba-tiba lemas dan menangis.

"Dek, ada apa, Papa ndak papa kan? " Tanya Ruchan ikut panik.

"Papa masuk ICU Mas, jantung Papa kumat lagi. Padahal dulu Dokter bilang, kalau jantungnya sampai kumat lagi bisa fatal, Mas anterin Adek pulang ya, Adek pengen lihat Papa." Kata Leah dengan nada sendu.

Ruchan sebenernya ada Tausiyah besok, tapi dia tidak bisa membiarkan istrinya pulang ke Jakarta sendiri, akhirnya ia pun mengiyakan permintaan Leah, karena ia juga tidak bisa membiarkannya pergi dengan kondisi seperti itu.

"Ya udah ayo siap-siap, Mas telfon Arifin dulu ya," Kata Ruchan.

Leah mengangguk dan bergegas beberes.

"Assallamualaikum Fin, Jadwal sesok iso mbok pean tangani sek ora? Iki aku malah keno alangan, Bapakke Leah mlebu ICU (Jadwal besok bisa di tangani kamu dulu ndak? Ini aku malah dapat halangan, Bapaknya Leah masuk ICU)" Kata Ruchan.

"Innalilallahi Ya Allah, ok bro santai wae, sesok tak tangani aku ro Farhan, Pean fokus wae karo morotuomu.. (Ok bro santai saja, besok tak tangani aku sama Farhan, Kamu fokus saja sama Mertuamu.) "Kata Arifin.

Leah mendengar pembicaraan Ruchan dan bertanhya, apakah tidak apa-apa kalau Tausiyah si gantikan?. Leah bahkan lupa akan jadwal Ruchan, Leah pun menangis, betaapa bodohnya dia, bagaimana mungkin Leah sampai tidak ingat akan jadwal suaminya, Leah tak henti-henti menyalahkan dirinya sendiri.