Sebuah rasa yang sudah ada sejak lama. Yang menjadikan rasa itu kini ada di dalam satu ikatan. Ikatan sah pernikahan. Namun sayang, entah apa masalahnya, kini, orang yang dulu begitu memperhatikan dirinya malah menjadi jauh dari pandangan nya. Jauh dari hatinya.
Alika Giska Anugrah, wanita cantik berusia 25 tahun, wanita yang mandiri yang sudah memiliki usaha sendiri itu harus mau di jodohkan dengan Malik, anak dari sahabat orangtuanya. Lagipun, Giska pun sudah memiliki rasa yang bisa di sebut cinta. Dari itulah, Giska sangat setuju dan mau untuk menikah dengan Malik.
Tapi, siapa sangka, Malik yang dulu selalu mengalah padanya. Kini, malah berbanding terbalik. Setelah menjadi suami dari Giska, Malik malah jadi orang yang pendiam dan bahkan tak mau menyentuh Giska.
Kira-kira, apakah alasan Malik? Sampai menjadi pria yang dingin dan tak tersentuh?! Yuk baca! 😁
Kisah anak dari Anugrah dan Keanu--> (Ketika Dua Anu Jatuh Cinta)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Fitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Sehabis ashar, perempuan bercadar itu menjalankan motornya dari masjid yang ada di pasar menuju rumah sang mertua. Setelah ngobrol dengan sang nenek ia jadi terlalu memikirkan usul wanita tua berjiwa muda itu. Semuanya ada di dalam pikiran. Antara ingin dan tidak. Ah, ia sangat merasa bimbang.
Motor matic nya mendarat sempurna di teras rumah Yuni. Pintunya terbuka, kebiasaan mama Yuni yang tidak pernah menutup pintu saat orangnya di dalam. Ia lalu turun dari kendaraan kuda besinya dan tersenyum melangkahkan kakinya menuju pintu.
"Assalamu'alaikum!" teriaknya. Karena ia sudah hapal kalau di buka dan mama Yuni tak terlihat, jelas sekali kalau orangnya ada di bagian dalam sana. Jauh sekali dari pintu utama.
"Wa'alaikumsallam!" terdengar teriakan dari dalam membuat Giska tersenyum lebar di balik cadar. Ia tengah membayangkan bagaimana ceriwisnya mama Yuni dan bundanya dulu waktu masih muda. Jelas kalau mama Yuni yang paling ceria diantara bunda dan ayahnya. (Mau baca kisah cinta persahabatan mereka, ada di judul 'Ketika Dua Anu Jatuh Cinta' ya ...)
"Malah senyum-senyum. Ayo masuk," ajak mama Yuni yang keluar masih menggunakan mukenah.
"Mama baru selesai shalat," jelas Yuni lagi saat bibir menantunya itu baru akan terbuka.
Giska mengambil tangan sang mertua dan mencium punggung tangannya. "Mama nggak shalat di Mushala?" tanyanya sembari berjalan masuk di sebelah Yuni.
"Kamu gimana sih! Kalau shalat di mushala ya mama nggak shalat lagi di rumah," ucap Yuni yang lantas mengajak menantunya itu duduk.
Giska tertawa, lalu mengangguk. Mama mertuanya itu memang paling bisa membuatnya tertawa. "Mama bisa aja," ucapnya.
"Mama mau minum apa? Biar Giska ambilkan," kata Giska pada sang mertua yang masih mengenakan mukenah.
Yuni tersenyum. "Mama mau lepas mukenah dulu ya, sekarang kamu ambil minum sama kue di atas meja ya, bawa sini."
Giska mengangguk dan berjalan ke arah dapur, begitu juga dengan Yuni yang berjalan ke arah kamar. Lantas keduanya balik ke tempat semula dengan senyum yang sama-sama lebar.
"Bisa barengan ya, Ma." kata Giska yang lantas menaruh nampan di atas meja dan duduk di sofa disebelah mertuanya.
"Bisa dong. Kita 'kan sehati." Yuni pun turut duduk. "Jadi gimana? Tadi kamu kirim pesan kalau kamu mau minta pendapat. Tentang apa, Sayang?" tanya Yuni pada gadis bercadar di sebelahnya.
"Tadi, Eyang cerita banyak. Lebih tepatnya mengatakan kalau aku ini keras kepala. Dan semau aku, tidak mau menerima pendapat orang lain. Semua itu tentang mas Malik yang ada di sana mencari jawaban, sedang aku di sini santai menunggu kabar," kata Giska menceritakan segalanya.
Yuni menghembuskan napas kasar, ia tersenyum dan mengusap lengan atas Giska. "Mama nggak bisa kasih pendapat soal ini. Jujur saja, sebagai orang yang sudah melahirkannya, mama kecewa sekali. Tapi, kasihan juga melihat wajahnya penuh sesal, penuh lebam. Rasanya mama ingin memeluknya waktu itu. Mencium lukanya agar segera sembuh. Tapi, kesalahannya juga tidak mudah Mama maafkan, Nak. jadi, kalau kamu minta pendapat tentang dia dan kamu, mama nggak bisa memberikannya." Yuni menggelengkan kepala.
"Semua masalah yang ada didalam rumah tangga kalian, sebenarnya hanya kalian yang tahu. Orang lain, termasuk orang tua tidak tahu sama sekali. Bahkan tidak perlu memberikan solusi. Karena sebenarnya, solusinya bisa kalian cari saat kalian berdua bicara. Kita, sebagai orang tua hanya bisa memberi semangat, untuk hal yang baik dan mengingatkan untuk hal yang salah," sambung Yuni.
Giska mengangguk dan mendengarkan dengan seksama. Dia tidak menjawab apapun karena dalam hatinya sudah mantap dengan apa yang ia inginkan. Apa yang ia mau, tidak akan tergoyahkan. Tak perduli jawaban nanti akan se-lama apa, yang jelas ia akan tetap di menunggu di desa.
"Sudah. Jangan bahas masalah kalian terus. Kita serahkan sama Allah saja ya, masalah ini. Jangan lupa, doa yang baik-baik untuk jawaban yang kamu inginkan. Kamu tetap ingin jawaban baik 'kan? Masih betah bukan jadi menantu mama?" tanya mama Yuni.
"Aku akan betah selamanya, jadi anak Mama," katanya dengan tersenyum lebar. "Aku tutup pintu depan dulu ya, Ma. Aku mau buka cadar," ucap Giska selanjutnya.
Yuni mengangguk. Menatap punggung Giska yang mulai menjauh. Jujur saja, dalam hatinya pun menginginkan agar menantunya mau menemani sang putra mencari jawaban. Tapi, kembali lagi. Ia tak akan memaksa ataupun memerintah. Semua terserah pada yang tengah menjalani biduk rumah tangga. Ia tak akan ikut campur, selagi masih bisa dirundingkan oleh dua orang tersebut.
Lagi pula, sang putra juga tidak keberatan saat Giska menunggu di Desa. Jadi, dia bisa apa. Selain mendoakan agar keduanya bisa kembali rukun tanpa masalah di antara keduanya. Apalagi masalah karena orang ke tiga.
Seusai menutup pintu, perempuan itu lantas kembali duduk di sebelah sang mertua. Membuka cadar dan melipatnya. Lalu menaruhnya di atas tasnya.
"Silakan menantu cantikku, kita ngemil sore," ucap Yuni mempersilakan sang menantu me nik ma ti kue buatannya. Khusus untuk anak perempuan kesayangan.
"Mama tahu aja, aku lagi pengin ini," ucap Giska sembari mengambil kue basah buatan sang mertua.
"Sudah di bilang kita itu sehati, jadi tanpa kamu memberitahu. Mama sudah tahu terlebih dulu," ucap mama Yuni dengan senangnya.
Wajah sendunya tadi saat membicarakan putra pertamanya kini hilang entah ke mana. Yang terlihat oleh Giska adalah mama Yuni yang cantik juga lucu. Di bandingkan dengan bundanya yang banyak serius, memang ia lebih memilih dengan mama mertuanya yang memang sedikit cerewet, tapi ngangenin. Selalu bisa membuat suasana hangat kembali.
Keduanya asyik memakan cemilan sore yang terbuat dari tepung ketan dan parutan kelapa juga gula pasir, di beri warna sedikit agar lebih menarik. Giska bahkan menghabiskan tiga potong kue yang bernama awug-awug tepung ketan, atau sengkulun.
Sampai saat Reno pulang dari warung, Giska masih di sana. Lantas acara ngeteh sore di sambung sampai hampir magrib dengan kedua mertuanya. Obrolannya semakin seru saat Reno menceritakan tentang lelaki yang tengah ngopi di warungnya, tapi suka sekali menggoda perempuan. Yang akhirnya, lelaki itu di marahi habis-habisan oleh sang pacar dari perempuan yang di goda.
Yuni tertawa terbahak-bahak, sedang Giska hanya geleng-geleng kepala. Kedua mertuanya itu kalau urusan menceritakan kelucuan memang paling pintar. Sampai bahkan bisa lupa akan masalah dan terus tertawa. Tapi, Giska yang tidak terlalu suka hanya bisa jadi pendengar saja. Menjawab sesekali saat ia mau.
Sampai adzan magrib berkumandang dan perempuan bercadar itu pun pamitan. Ia ingin shalat di rumah. Lagipula ia ingin bicara kembali dengan sang bunda. Membicarakan kembali apa yang di katakan sang nenek tadi siang.
giska boleh nampak effort kamu tu untuk selesaikan masalah
nolong orang justru menyusahkan diri sendiri dan menyakiti keluarga.... hedeeee