Bayi Rahasia CEO

Deg...

Abian begitu terenyuh mendengar untaian kata yang terlontar dari sosok Adrian. Ada gelenyar aneh yang merayap dalam sanubari bocah itu namun dirinya tak tahu rasa apa yang tengah ia rasakan. Mulai dari disuapi makan, bahkan saat pulang ke kediaman utama keluarga Wicaksana dirinya pun selalu dimanjakan dengan menu yang lezat dan mewah yang belum pernah ia makan selama ini.

Bahkan sore hari sepulang dari kantor BTS Group, Adrian sendiri yang memandikan Abian bahkan mereka berdua sempat berenang sejenak karena Abian yang selalu melihat kolam renang seakan mirip sungai kecil di desanya. Ada rasa ingin mencoba yang menggebu hinggap pada benak bocah genius itu namun karena rasa sungkan sebab ini bukan rumahnya sehingga dirinya hanya memandang indahnya kolam renang keluarga Adrian dari tempat duduknya.

Adrian yang tengah mencari Abian begitu terkejut melihat tatapan nanar bocah itu pada kolam renang miliknya dan tentu saya ia tahu apa yang dirasakan bocah baik hati dari desa terpencil itu pasti belum pernah berenang di kolam renang. Akhirnya Adrian mengajak Abian berenang namun tak terlalu lama karena hari sudah sore.

Anisa dan Anton yang memandang keduanya begitu bahagia bahkan dalam benak Anisa dirinya merasa Abian ketika bersanding dengan sang kakak mirip seperti Ayah dan anak saja. Dikarenakan memang wajah keduanya banyak sekali kemiripan.

"Mereka berdua seperti Ayah dan anak ya Mas? Apa Mas Anton gak merasa kah saat melihat kakakku dan Abian berdekatan seperti itu?" tanya Anisa.

"Memang keduanya cukup mirip namun sepertinya itu hanya perasaanmu saja karena kan kamu sayang sekali dengan keduanya." ucap Anton.

"Iya Mas, aku sayang banget sama Abian," ucap Anisa penuh senyum melihat gelak tawa Adrian dan Abian dalam kolam renang.

Malam hari pun Adrian meminta Abian tidur di kamarnya sedangkan Anton tetap tidur sendiri di kamar tamu. Abian pun mengiyakan karena dirinya juga merasa nyaman bersama Adrian. Tak lupa ia membawa bingkai foto dirinya dengan Bunda yang berada di atas nakas. Dikarenakan setiap malam ia selalu terbiasa tidur memeluk bingkai foto tersebut.

"Itu foto Bunda kamu, Son?" tanya Adrian.

"Iya Om, itu foto Bunda dan Abian. Ini desa kami Om. Bagus gak Om pemandangannya?" tanya Abian dengan riang.

"Bagus Son, sejuk sepertinya di sana. Bunda kamu pasti cantik apalagi pakai hijab walau Om gak bisa lihat wajahnya di foto ini. Kalau foto Papa kamu mana Son?" tanya Adrian.

Deg...

Hati Abian mendadak mencelos dan wajahnya langsung tertunduk mendengar pertanyaan Adrian dan lelaki ini menyadari akan perubahan raut wajah Abian yang awalnya ceria saat dirinya menanyakan Bundanya namun mendadak pilu dan sedih saat menyinggung Papanya.

"Eh, maaf Son jika kamu tersinggung dengan pertanyaan Om dan tak perlu kamu jawab. Ayo tidur sudah malam, besok kita masih harus menyelesaikan misi penting." ucap Adrian mendadak merasa bersalah pada Abian.

"Gak apa-apa Om," ucap Abian dengan tersenyum kembali melihat raut wajah Adrian.

Akhirnya Abian menceritakan bahwa Ayahnya seorang pelaut yang berkerja jauh dari dirinya dan Bunda. Selama ini dirinya belum pernah bertemu langsung maupun berbicara dengan sang Ayah baik melalui telepon sekalipun karena di atas kapal tempat Ayahnya bekerja tak ada sinyal. Tetapi Abian tetap sayang sama Ayahnya karena Bunda selalu menanamkan rasa cinta mendalam pada Abian untuk sang Ayah. Bundanya selalu berkata yang baik-baik tentang Ayahnya tak pernah berkata buruk atau pun menyesal mengenal Ayahnya walaupun Ayah Abian berbeda dengan Ayah anak-anak lainnya yang bisa bertemu kapan pun.

Abian pun menceritakan tentang sosok Ayahnya pada Adrian hingga tanpa sadar bocah itu tertidur pulas dalam dekapan Adrian. Malam ini Adrian berencana mendongengkan cerita "Upik Abu dan Pangeran" namun gagal karena justru malah terbalik karena Abian yang mendongeng untuk Adrian.

"Semoga kamu segera bertemu dengan Papamu Son dan kalian sekeluarga berbahagia selalu, cup." ucap Adrian seraya mengecup kening Abian yang sudah terlelap.

Dirinya begitu terenyuh mendengar kisah Abian hingga malam ini justru dirinya tak bisa tidur dan akhirnya ia memilih keluar kamar untuk menghirup udara malam. Tak ayal saat di dapur ingin membuat teh justru ia dikejutkan dengan keberadaaan adiknya yang tengah menikmati slice cake dingin dengan lahapnya di meja makan.

"Sudah malam kenapa belum tidur Nis?" tanya Adrian.

"Heheee...mendadak lapar jadi makan cemilan kak. Lah kakak sendiri kok belum tidur? Abian sudah tidur kak?" tanya Anisa sembari memasukkan cake ke dalam mulutnya.

"Sudah bahkan kakak mau mendongeng untuk anak itu malah dia yang mendongeng untuk kakak. Apa kamu tahu cerita tentang sosok Ayahnya, Nis?" tanya Adrian.

"Kenapa kak mendadak tanya tentang Ayah Abian?" tanya Anisa menatap tajam dengan rasa penasaran pada sang kakak yang terkenal tak pernah kepo akan kehidupan orang lain tetapi sekarang mendadak kepo akan kehidupan Abian.

"Kakak sedih dan pilu mendengar kisah bocah yang genius tapi dirinya rindu berat akan sosok Ayahnya yang belum pernah ia temui hingga sekarang," tutur Adrian mendadak sedih.

Anisa pun menceritakan memang benar Abian sering dibully di desa X karena disebut anak haram karena Ayahnya tak pernah muncul. Walaupun kepala desa dan beberapa perangkat desa meyakinkan bahwa Bundanya berstatus menikah di bawah tangan dengan Ayah Abian akhirnya para ibu-ibu julid sudah agak meredam tentang gosip bahkan hinaan pada Bunda Abian namun namanya anak kecil di desa itu tetaplah anak kecil.

Abian sering dibully bahkan dikucilkan oleh beberapa anak kecil di desa X. Akan tetapi hal itu tak menyurutkan semangat Abian untuk berprestasi. Bahkan bukan hanya prestasi tapi berkat kegeniusannya dirinya mampu membantu ibunya mendapatkan pundi-pundi uang dengan memperbaiki laptop, gadget, komputer dan beberapa alat elektronik baik yang rusak maupun terkena virus. Hasilnya ia tabung guna melanjutkan sekolah nantinya ke jenjang yang lebih tinggi maupun kebutuhan lainnya karena Abian tak mau terlalu membebani sang Bunda yang sudah bekerja keras untuknya.

Adrian yang mendengar kehebatan dan ketegaran Abian serta sosok Bundanya bocah itu, makin membuat rasa ingin melindungi mereka tumbuh perlahan merayap dalam sanubari Adrian tanpa sadar. Bahkan saat mendengar Anisa bercerita, dirinya tak sengaja meneteskan air mata.

"Kamu tahu siapa nama Bundanya Abian atau nama Ayahnya?" tanya Adrian.

🍁🍁🍁

Dag...Dig...Dug...

Kembang Kuncup...