Mengubah Takdir Di Novel Kuno

Lin Feili berjalan keluar dari Toko Roh. Wajah si hitam dan si emas memancarkan kebahagiaan yang tak terlukiskan.

"Cih, aku sangat puas melihat wajah konyol Lin Xue!" ucap si hitam tersenyum lebar.

"Benar. Mengingat kejadian tadi, bahkan aku merasa tidak akan pernah lapar lagi," imbuh si emas dengan senyum lebar juga.

"Kalau begitu aku tidak akan memberimu makan lagi," ucap Lin Feili acuh.

"Ah, tidak begitu Tuan!" ucap si emas panik. Ia langsung memikirkan bagaimana hidupnya tanpa makanan-makanan enak itu.

"Bagaimana kau tega melakukan ini padaku, Tuan?" si emas tampak begitu hancur.

Sedangkan si hitam hanya berkata dengan santai, "Karena kau sudah mengatakannya, maka kau tak bisa menariknya lagi."

"Kau pikir kau akan bisa makan jika aku tidak diberi makan? Jangan harap!" cibir si emas.

Si hitam yang mendengar itu langsung berdiri di pihak si emas, "Nona, ucapan si hitam adalah bentuk dari kebahagiaanmu. Kau tak bisa merebut hak makannya."

Lin Feili sudah bosan mendengar perdebatan mereka yang hanya tentang makanan. Ia menjawab, "Baiklah, baiklah. Aku akan tetap memberi kalian makan."

*

Kediaman Mawar.

Lin Feili langsung pulang ke Kediaman Mawar. Saat ia masuk, ia melihat Wu Yanshi sudah duduk tersenyum di meja batu. Wajahnya yang memesona seolah menyambut kedatangan Lin Feili.

"Sepertinya kamu sangat sibuk sehingga baru pulang," ucap Wu Yanshi.

"Tentu saja. Aku tidak sepertimu yang tidak punya kerjaan," jawab Lin Feili.

"Duduklah. Aku sudah menyuruh koki untuk menyiapkan makanan enak," ucap Wu Yanshi.

Lin Feili duduk dan tertawa kecil, "Baiklah. Aku pun ingin merasakan rasa masakan koki kerajaan."

Wu Yanshi menepuk tangan. Para pelayan langsung datang dan menyajikan banyak makanan. Tak lupa buah dan anggur.

Tanpa basa-basi, Lin Feili langsung memakan semua hidangan lezat itu. Si hitam dan si emas pun dengan rakus memakan semua makanan secara diam-diam.

Setelah menghabiskan semua makanan, Lin Feili tersenyum puas. Setelah masuk ke dunia novel, baru kali ini ia memakan makanan yang begitu lezat. Ia memang pernah ke jamuan istana, tapi ia hanya makan buah.

Jangan bertanya tentang makanan di Kediaman Jenderal. Lin Feili merasa jijik bahkan untuk melihatnya. Sejak ia datang ke sini, ia hanya makan dengan membeli dari pasar.

Wu Yanshi juga sudah selesai makan dan bersiap kembali ke istananya, "Sudah cukup larut. Tidurlah lebih cepat."

"Tunggu sebentar," ucap Lin Feili menghentikan Wu Yanshi.

"Ada apa?" tanya Wu Yanshi bingung.

"Tidurlah di Kediaman Mawar malam ini," jawab Lin Feili.

Ma Zheng melotot melihat Lin Feili yang begitu inisiatif. Memang mereka akan segera menikah, tapi tetap saja mereka belum menikah sekarang.

"Calon istriku, kamu jangan terlalu berani seperti ini, aku jadi malu. Tapi karena itu kemauanmu, maka aku tak bisa menolak," ucap Wu Yanshi dengan senyum menggoda.

Lin Feili mengernyit. Bahkan ia belum selesai bicara, tetapi lelaki di depannya sudah berpikir terlalu jauh, "Buang pikiranmu yang seperti itu. Aku tidak ada maksud apa-apa."

Wu Yanshi pun menjawab dengan ambigu, "Aku tahu calon istriku tak bermaksud apa-apa. Namun, aku paham makna yang kamu maksud."

"Paham apa? Aku menyuruhmu tinggal karena untuk mengobati kakimu," ucap Lin Feili sedikit meninggikan suaranya.

Wu Yanshi terkejut mendengar itu. Namun, ia segera mengontrol emosinya, "Ah, tadinya aku berpikir kita akan mengobrol tentang masakan hari ini."

"Jika kau tak mau, maka pergilah," ucap Lin Feili.

"Jangan, jangan. Jika kamu ingin menyembuhkan calon suamimu, maka itu hal yang bagus," jawab Wu Yanshi buru-buru. Wajahnya terlihat begitu polos seolah menyihir Lin Feili.

Ma Zheng bisa bernapas lega setelah mengetahui maksud Lin Feili. Ternyata Lin Feili tidak seagresif itu.

Ia juga sudah sangat mengharapkan kesembuhan kaki pangerannya. Mereka telah berobat ke mana pun dan tidak ada yang bisa menyembuhkannya. Ia berharap bisa melihat pangerannya berjalan lagi.

Lin Feili mulai memeriksa denyut nadi Wu Yanshi dengan serius, "Apakah kau bisa merasakan kalau kelumpuhanmu mulai naik perlahan ke atas?"

"Ya, aku sedikit merasakannya," jawab Wu Yanshi.

Lin Feili kagum melihat ketenangan Wu Yanshi saat mengatakannya. Ia adalah remaja yang mampu bertahan dari kelumpuhan total. Ia bisa tetap tenang dan mampu menjaga kemuliaannya.

Dari sini Lin Feili tahu jika Wu Yanshi memiliki mental yang kuat.

"Calon istriku, apakah kamu benar-benar tahu penyebab kelumpuhanku?" tanya Wu Yanshi. Ia bukannya tidak percaya dengan Lin Feili, tapi ia pun sudah mengunjungi banyak dokter hebat dan mereka tak bisa menyembuhkannya.

"Apa aku akan berbohong padamu?" tanya Lin Feili mengangkat alisnya.

Wu Yanshi adalah orang yang melindunginya dari Lin Xue. Ia tak membiarkan Lin Feili disentuh sedikitpun. Saat Lin Feili kesepian pun, hanya Wu Yanshi yang selalu ada untuknya. Sejak saat itu, Lin Feili sudah memantapkan hati untuk membantu Wu Yanshi.

"Nona, apakah Anda sudah tahu apa alasannya? Pangeran terkena racun, kan?" tanya Ma Zheng penasaran. Ia bingung saat pertama kali pangerannya tiba-tiba lumpuh.

"Kau sudah menyelidiki begitu lama, tapi tetap tidak tahu penyebabnya, kan?" tanya Lin Feili yang membuat Ma Zheng menunduk malu.

"Ini bukan karena racun," ucap Lin Feili.

"Tabib kekaisaran juga mengatakan ini bukan karena racun. Namun, tidak ada yang tahu alasannya," jawab Wu Yanshi. Ia masih bisa tersenyum riang di keadaan seperti ini.

"Ini karena fisikmu. Untungnya tabib itu bisa memperlambat kelumpuhannya. Kalau tidak, ini tak akan bisa disembuhkan lagi," ucap Lin Feili.

"Karena fisikku?" tanya Wu Yanshi bingung. Ia sudah memikirkan banyak kemungkinan, tapi ia tak pernah memikirkan hal ini.

"Apakah kau pernah mendengar tentang orang yang melawan hukum alam?" tanya Lin Feili.

"Aku tahu beberapa penyakit akibat fisik, tapi aku tak pernah mendengar tentang hal itu," jawab Wu Yanshi jujur.

"Penyakit itu memang sangat langka. Wajar jika kau tak tahu," ucap Lin Feili.

Kemudian, ia lanjut menjelaskan, "Dulunya perkembangan kultivasimu begitu cepat melebihi kultivator lain. Namun, ujung jari kakimu mulai lumpuh dan terus naik sampai ke atas. Kultivasimu pun mulai melambat."

Wu Yanshi tercengang. Jantungnya berdebar kencang. Tak ada yang pernah tahu hal ini bahkan tabib kekaisaran. Ia pun tak pernah memberi tahu siapa pun jika kultivasinya melambat.

Lin Feili benar-benar mengetahui itu setelah memeriksa denyut nadinya? Apakah Wu Yanshi memang menerima hukuman alam?

"Bisakah kamu menghilangkan hukuman itu?" tanya Wu Yanshi dengan perasaan tak karuan.

Lin Feili tahu Wu Yanshi cemas. Walau ia menyembuhkannya, Lin Feili masih bisa melihatnya. Ia pun tersenyum lembut, "Tentu saja aku bisa!"

Mendengar itu, mata Wu Yanshi berbinar cerah. Setelah bertahun-tahun ia lumpuh, akhirnya ada harapan.