Amara gadis berusia dua puluh satu tahun ini terpaksa harus menikah dengan seorang pria yang bernama Aska sebagai penebus hutang ayahnya.
Ayahnya kabur begitu saja meninggalkan banyak hutang tanpa Amara ketahui.
Setelah menjadi istri, Aska memerintahkan Amara untuk merawat sang ibu yang sedang terbaring sakit.
Namun suatu saat Aska menikah lagi dengan seorang wanita yang ia cintai bernama Davina.
Jangan lupa Like,coment,vote dan favoritkan🥰🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ༂𝑾𝒊𝒚𝒐𝒍𝒂❦ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ༂, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32
Keesokan harinya menjelang pemakaman nyonya Marta.
Karangan bunga ucapan berduka cita mengular sepanjang halaman depan rumah. Saudara maupun kerabat mulai berdatangan untuk mengucapkan belasungkawa dan duka cita.
Terlihat jelas sekali raut wajah sedih Aska atas kepergian ibunya. Ia terlihat begitu murung seperti orang yang tak bersemangat untuk hidup. Sebaliknya Amara, dengan mata sembabnya ia terus saja memandangi foto dan peti mati ibu mertuanya dengan menitihkan air mata sejak tadi.
Berbeda dengan Davina, wanita itu sama sekali tak terlihat sedih. Entah kenapa, yang jelas terpancar rona kebahagian dari wajah Davina.
"Tidak perlu sedih berlebihan, dia bukan ibumu!" Bisik wanita siluman ular dengan pelan tepat di telinga Amara. Rupanya wanita itu memperhatikan Amara sejak tadi.
"Kenapa kau berbicara seperti itu? tidak bisakah kau bersimpati sedikit saja di saat seperti ini?" Tanya Amara dengan nada kesal.
"Baiklah, menangis dan sedihlah sepuasmu. Karena sebentar lagi kau akan di tendang dari rumah ini. Tua bangka itu sudah meninggal, pasti Aska akan langsung mencarikan mu nanti!" Ucap Davina tersenyum puas, lalu melenggang pergi.
Amara menggelengkan kepalanya, tak menyangka jika wanita berpendidikan seperti Davina minim empati.
Herlina juga datang ke acara pemakaman besannya, rupanya wanita itu memperhatikan Amara dan Davina sejak tadi. Melihat Davina yang telah pergi, Herlina pun menghampiri Amara.
"Amara....ibu turut berduka cita." Lirih Herlina, tapi tak di hiraukan oleh Amara.
"Secepatnya minta cerai lah pada Aska, dari pada kau nanti...."
Amara menyeka air matanya lalu melirik sinis ibunya. "Cukup Bu, aku sedang ingin sendiri!" Kata Amara, kemudian beranjak pergi.
"Amara....Amara...." Herlina menghembuskan nafas kasarnya.
Sore harinya, acara pemakaman telah selesai. Aska, Davina dan Amara pun segara pulang dari pemakaman karena hari semakin gelap.
Mereka pulang dalam satu mobil yang sama, Davina duduk di samping Aska yang mengemudi, sementara Amara duduk di belakang. Suasana di dalam mobil tampak begitu hening. Dari awal perjalanan, Amara hanya diam dan membuang muka menatap ke arah jendela.
Setibanya di rumah, Amara langsung turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam rumah. Amara pergi masuk ke dalam kamarnya dan langsung mengunci pintu.
Malam pun tiba, terlihat Aska sedang duduk termenung di ruang kerja rumahnya. Davina tiba-tiba datang menghampiri suaminya.
"Mas........" Lirih Davina sambil memegang kedua pundak suaminya.
"Apa yang terjadi pada ibumu itu adalah sebuah takdir. Mungkin Tuhan lebih menyayangi ibu, mas. Sudahlah jangan sedih terus, kau harus bisa mengikhlaskan ibumu, yang pentingkan sekarang ibu sudah tenang dan tidak merasakan kesakitan lagi." Ucap Davina dengan bijak.
Aska mendongakkan wajahnya, menatap wanita yang sangat dicintainya itu.
"Ada benarnya juga, sekarang ibu sudah tidak merasakan kesakitan lagi!" Aska menyeka air matanya.
Aska kemudian menarik nafas dalam-dalam berusaha menetralkan perasaanya, apapun yang terjadi, dirinya tidak boleh terlihat lemah.
Davina, wanita itu benar-benar ahli bersandiwara saat di hadapan Aska, karena itulah Aska sangat mencintainya.
"Ibu sudah tidak ada, jadi kapan kau akan menceraikan Amara?" Tanya Davina, bibirnya menyunggingkan senyuman smirk.
Mendengar hal itu, Aska langsung bangun dari duduknya. "Davina.....apa kau tidak lihat? tanah kuburan ibu saja masih basah, belum kering, tapi kenapa kau langsung membahas hal itu?" Tanya balik Aska dengan nada kesal, pria itu lalu menghembuskan nafas kasarnya.
"A-Aska.....bukan maksudku begitu....." Ucap Davina gelagapan dan terbata-bata.
"Sudahlah, aku ingin membersihkan diriku dulu!" Ujar Aska berlalu begitu saja meninggalkan Davina.
*
*
*
*Happy Reading guys❤️
Jangan lupa dukungannya, Like, Komen dan Vote🙏
Thanks you😘🌛*