"Aku mencintaimu, Hayeon-ah. Mungkin caraku mencintai salah, kacau, dan penuh racun. Tapi itu nyata." Jin Seung Jo.
PERINGATAN PEMBACA:
Cr. pic: Pinterest / X
⚠️ DISCLAIMER:
· KARYA MURNI SAYA SENDIRI. Cerita, karakter, alur, dan dialog adalah hasil kreasi orisinal saya. DILARANG KERAS mengcopy, menjiplak, atau menyalin seluruh maupun sebagian isi cerita tanpa izin.
· GENRE: Dark Romance, Psychological, Tragedy, Supernatural.
· INI BUKAN BXB (Boy Love). Ini adalah BxOC (Boy x Original Female Character).
· Pembaca diharapkan telah dewasa secara mental dan legal.
©isaalyn
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon isagoingon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makam di Bawah Pohon Ceri
Tak ada upacara, tak ada pelayat, dan air mata pun tak mengalir untuk mengenang Jeong Hayeon.
Seung Jo, dengan hati yang berat, melakukan semuanya sendiri—hanya ditemani Kim Daejun, anak buah setianya. Mereka berdua melangkah menuju bukit sepi di pinggiran kota, tempat di mana dua jiwa yang terpisah oleh takdir akan beristirahat.
Di bawah pohon ceri yang daunnya mulai menguning—seolah merasakan kesedihan yang menyelimuti—Seung Jo menggali.
Awalnya, dia menolak bantuan Daejun, rasa bersalah mengikatnya, namun Daejun, dengan lelah yang tak tertahan, akhirnya berhasil meyakinkannya. Mereka menggali, satu lubang besar untuk Hayeon dan satu kecil untuk janin yang tak pernah melihat dunia. Tangan Seung Jo, yang biasanya menggenggam senjata atau menandatangani dokumen penting, kini dipenuhi tanah dan kapus.
Dengan hati-hati, dia menurunkan peti mati kecil berwarna putih yang berisi calon anaknya, meletakkannya di samping lubang besar. Kemudian, peti mati Hayeon—lebih besar dan tanpa hiasan—diturunkan dengan bantuan Daejun. Seolah dalam kematian pun, Hayeon ingin melindungi anak yang tak sempat lahir itu.
Tak ada kata-kata terucap. Doa apa yang layak untuk orang yang dia bunuh dengan tangannya sendiri? Dia hanya berdiri, menatap gundukan tanah yang baru saja ditimbunnya, sebuah batu nisan polos terletak di atasnya, hanya bertuliskan dua nama: "Jeong Hayeon" dan "Anak kami". Tanpa tanggal, tanpa epitaf—hanya pengakuan bisu tentang keberadaan mereka.
Angin musim gugur berhembus, menggugurkan daun-daun ceri kuning yang menari sebelum jatuh ke tanah makam yang masih basah. Dalam kesendirian yang menyiksa, di hadapan dua kuburan yang dia ciptakan, tembok pertahanannya runtuh.
Air mata—yang selama ini ditahan—akhirnya mengalir deras di pipinya yang keras. Bukan tangisan keras, melainkan isakan dalam dan getir dari seorang pria yang baru menyadari harga dari dendam dan kekuasaan. Dia berlutut di depan makam itu, tangannya yang penuh tanah menutupi wajahnya.
"Maaf," bisiknya, suaranya hancur dan parau, ditelan angin.
"Aku... aku..."
Namun, kata-kata tak bisa membangkitkan yang telah pergi. Penyesalan tak mampu mengembalikan nyawa yang telah hilang. Dia telah membunuh Jeong Hayeon—bukan dengan peluru atau pisau, tetapi dengan kekejaman, dengan pengabaian, dengan amarah yang tak terkendali. Dan calon anaknya, "pengikat" yang seharusnya menjadi harapan, kini justru menjadi cermin dari jiwa kosongnya.
Dia duduk di sana hingga matahari terbenam, ditemani bayang-bayang panjang dan dua gundukan tanah di bawah pohon ceri. Daejun, di belakangnya, hanya diam menunduk, seolah memberi penghormatan terakhir untuk Hayeon dan calon bayi. Dendamnya telah selesai, musuhnya telah tiada.
Namun, kemenangan itu terasa lebih hampa dan menyiksa daripada kekalahan mana pun. Dia telah membersihkan masa lalunya, tetapi masa depannya kini hanya berisi kegelapan dan penyesalan tanpa akhir.
Jeong Hayeon dan anaknya mungkin telah pergi, tetapi mereka akan selamanya menghantui jiwa Jin Seung Jo—sebagai pengingat abadi tentang apa yang telah dia hancurkan, dan tentang manusia yang akhirnya mati bersamanya di bukit sepi itu.
Ia berdiri dan kembali ke mobil. Sebelum meninggalkan pemakaman yang baru ia buat, Seung Jo menatap kembali sebelum akhinya meminta Daejun untuk menjalankan mobil.
Menuju mansion, Seung Jo diliputi penuh rasa bersalah dan kehilangan.
...XIAO DE JUN as KIM DAEJUN....