NovelToon NovelToon
Langit Yang Kedua

Langit Yang Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Romansa pedesaan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Janda / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Starry Light

Hagia terkejut bukan main karena dirinya tiba-tiba dilamar oleh seorang pria yang jauh lebih muda dari usianya. Sebagai seorang janda beranak satu yang baru di ceraikan oleh suaminya, Hagia tidak menyangka jika tetangganya sendiri, Biru, akan datang padanya dengan proposal pernikahan.

"Jika kamu menolakku hanya karena usiaku lebih muda darimu, aku tidak akan mundur." ucap Biru yakin. "Aku datang kesini karena aku ingin memperistri kamu, dan aku sadar dengan perbedaan usia kita." sambungnya.

Hagia menatap Biru dengan lembut, mencoba mempertimbangkan keputusan yang akan diambilnya. "Biru, pernikahan itu bukan tentang kamu dan aku." kata Hagia. "Tapi tentang keluarga juga, apa kamu yakin jika orang tuamu setuju jika kamu menikahi ku?" ucap Hagia lembut.

Di usianya yang sudah matang, seharusnya Hagia sudah hidup tenang menjadi seorang istri dan ibu. Namun statusnya sebagai seorang janda, membuatnya dihadapkan oleh lamaran pria muda yang dulu sering di asuhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Tidak jauh berbeda dengan Heru yang diliputi banyak pertanyaan dan perasaan tak menentu, Biru juga sama. Hagia dan Heru baru bercerai beberapa bulan yang lalu, tapi kenapa ada seorang anak kecil yang memanggil mantan suami Hagia dengan sebutan ayah? Dan Hasya? Gadis kecil itu langsung enggan mendekati Heru, yang tidak lain adalah ayah kandungnya.

Biru menggelengkan kepalanya memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang hinggap di kepalanya. Sesekali ia menoleh pada Hasya yang tidur dalam car seat yang ada di bangku belakang. Setelah pertemuan nya dengan Heru, bocah kecil itu menjadi pendiam. Padahal sebelumnya Hasya tidak berhenti mengoceh, dan selalu bertanya jika melihat sesuatu yang menurutnya menarik sepanjang perjalanan.

"Gak mungkin kan kalau mbak Hagia di madu?" bisiknya dalam hati.

Di madu? Bukankah itu yang sudah ia lakukan pada Hagia? Secara tidak langsung, Biru menjadikan Hagia istri keduanya. Memikirkan hal itu, Biru mencengkram kuat stir mobilnya. Suka tidak suka, ia sekarang adalah seorang suami dari seorang wanita, meskipun ia tidak menghendaki pernikahan itu terjadi.

Biru mengalami konflik batin yang tidak bisa ia bagi dengan siapapun. Bahkan pada orang tuanya, sebab ia memutuskan untuk menyembunyikan status pernikahan nya dengan Hilya dari keluarga. Cukup orang-orang yang menjadi saksi pernikahan dadakan itu yang tahu, ia juga tidak berharap jika Abah Yai Khalid akan tahu. Meskipun tidak yakin, sebab cepat atau lambat Abah Yai Khalid pasti akan tahu, beliau sangat dekat dengan Hilya.

Hagia langsung menghampiri mobil Biru, saat kendaraan roda empat itu baru saja berhenti di halaman rumah. Biru segera turun dari mobil dan tersenyum hangat pada calon istrinya, namun raut wajah Hagia menunjukkan hal yang berbeda.

"Hasya baik-baik aja kan?" tanya Hagia khawatir.

Biru mengangguk dan membuka pintu mobil belakang, tempat di mana Hasya tertidur. Hagia terlihat sedikit lega melihat putrinya tidur, kemudian ia menatap Biru.

"Aku harap, Gus tidak mengatakan apapun sama bapak, jika hari ini bertemu dengan ayah Hasya." pintanya, ia tetap tidak ingin Malik mengetahui jika dirinya pernah di madu oleh Heru.

Biru menatap Hagia sesaat, sepertinya apa yang ia pikirkan memang benar, jika Hagia di madu oleh mantan suaminya. "Aku tidak akan mengatakan apapun." katanya berjanji, namun jauh dalam hatinya, Biru merasa amat bersalah pada Hagia. Sebab ia melakukan hal yang sama seperti mantan suami Hagia.

Hagia mengangguk lega, lalu mengambil Hasya dari dalam mobil dan membawanya masuk dalam rumah. Ia tadi masih di toko, namun Heru menghubungi nya dan menanyakan perihal Hasya yang memanggil seorang pria dengan sebutan Abi. Hal itu tentu membuat Hagia khawatir jika Biru akan mengatakan sesuatu pada Malik. Hagia juga khawatir pada Hasya, sebab terakhir bertemu Heru, gadis kecil itu terlihat kecewa melihat Heru menggendong anaknya yang lain.

.....

Persiapan pernikahan Biru dan Hagia sudah mencapai 95% acara besar itu akan di gelar tujuh hari mendatang. Sekarang mereka hanya tinggal menyebarkan undangan, seperti yang Hagia lakukan sekarang. Ia sedang memberikan undangan pada beberapa reseller dan kerabatnya, setelah itu ia bertemu dengan Heru disebuah kafe.

Mantan suaminya itu selalu menerornya sejak pertemuan nya dengan Hasya dan Biru di mall. Heru menuntut penjelasan dari Hagia, yang sebenarnya enggan Hagia lakukan, namun Heru mengancam akan mendatangi kediaman Malik, jika Hagia menolak untuk bertemu.

Dan disinilah Hagia berada, di sebuah kafe yang terakhir menjadi tempat ia bertemu dengan Heru, saat pria itu menjelaskan tentang hubungannya dengan Dewi. Untuk menghindari fitnah, Hagia memilih tempat umum itu sebagai lokasi pertemuan nya dengan mantan suami.

"Akhirnya kamu datang juga." ucap Heru terdengar lebih ramah dari biasanya.

"Assalamualaikum," ucap Hagia sambil mengatupkan kedua tangannya didepan dada.

"Walaikumsalam," sahut Heru tersenyum lebar, namun Hagia tidak melihat senyum itu, sebab wanita itu menundukkan kepalanya.

"Kita pesan makanan dulu, ya?" Heru memberikan buku menu pada Hagia, namun wanita itu menggeleng.

"Tidak perlu makan, mas. Aku masuk ada urusan lain." tolak Hagia halus.

Heru sedikit kesal mendengar penolakan itu. "Kamu sepertinya sengaja menjauh dariku." dengus Heru.

Hagia tersenyum tipis dalam tunduknya, ia masih enggan melihat Heru. "Memang kamu berharap aku seperti apa, mas? Aku tidak mungkin mendekati mu, bersikap ramah seolah semuanya baik-baik saja. Kita sudah bercerai, dan kau sudah punya istri yang harus kau jaga hatinya." ujarnya.

Kini Hagia menatap wajah datar Heru dan berkata, "Apalagi setelah aku tahu alasan mu menceraikan ku, jangan berharap aku bersikap ramah padamu." ia kembali menunduk.

"Aku menghargai dan menghormati mu sebagai ayah dari Hasya. Hubungan kita hanya sebatas orang tua dari Hasya, aku harap mas bisa bekerja sama dengan baik kedepannya." Hagia rasa, kata-kata dan sikapnya pada Heru sudah cukup bijak, mengingat luka yang pria itu torehkan dalam hatinya.

Mendengar kata-kata Hagia, membuat Heru tidak nyaman. Jujur saja ia rindu dengan sikap lemah lembut yang Hagia tunjukkan semasa menjadi istrinya, namun Heru lupa jika masa itu sudah berlalu dan ialah yang mengakhirinya.

Heru mengusap kasar wajahnya dan bertanya, "Jadi, siapa pria yang di panggil Abi oleh Hasya? Dan kenapa kamu ceroboh sekali membiarkan Hasya pergi dengan orang asing? Bagaimana kalau dia berniat buruk pada Hasya? Hasya itu putriku, Gi! kalau kamu tidak sanggup mengasuhnya, biar aku yang mengasuh Hasya! Bukannya kamu serahkan pada orang asing, apalagi sampai di panggil Abi!"

Rentetan pertanyaan itu keluar dari mulut Heru dengan nada berapi-api, seakan ia punya kesempatan untuk menyalahkan Hagia. Sebab selama ini ia tidak menemukan cela untuk menyalahkan Hagia, tentu saja ia tidak akan melewatkan kesempatan langka ini.

Hagia tersenyum miris mendengar betapa semangatnya Heru menyalahkan nya. Selama mereka menikah, memang tidak pernah ada perdebatan yang berarti, Hagia benar-benar menempatkan dirinya sebagai seorang istri yang patuh pada suami. Suaranya selalu lembut, menurut, dan tidak pernah sekalipun menentang perkataan Heru.

Tapi sekarang? Ia berani mendebat Heru dan hal itu membuat Heru tidak suka. Sebenarnya bukan masalah bagi Hagia, toh tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang istri sudah tidak ada. Lagi pula, apa yang Heru harapkan dari seorang wanita yang pernah ia sakiti? Bukankah sudah sangat beruntung Hagia masih menghargai dan menghormati nya sebagai ayah dari putrinya?.

"Dia bukan orang asing, mas!" tegasnya. "Pria yang kamu sebut orang asing itu adalah sosok yang akan melanjutkan tugasmu, melindungi dan mencintai ku juga Hasya. Menjadi rumah tempat kami pulang, yang seharusnya menjadi tanggung jawabmu! Tapi kamu melepaskan tanggung jawabmu pada kami dan memilih tanggung jawab yang lain!" Hagia tampak tidak lagi menahan emosinya, ia benar-benar geram dengan sikap mantan suaminya.

"Ja-jadi kamu sudah mau menikah? Secepat ini?" Heru tidak percaya jika Hagia langsung menemukan penggantinya, bahkan tidak lama setelah masa Iddah wanita itu selesai.

Hagia menatap datar mantan suaminya. "Kenapa? Kamu terkejut?" ujarnya tertawa kecil. "Mas, mungkin aku bukan siapa-siapa di matamu, aku tidak berarti apapun dalam hidupmu. Tapi di mata pria lain, aku adalah wanita berharga yang sangat dicintainya! Bukan berarti jika kamu tidak menyukai ku, tidak ada pria lain yang menyukai ku! Aku berharga dan pantas dicintai, meskipun orang itu bukan kamu!"

Hagia tidak ingin Heru menginjak-injak lagi harga dirinya. Dengan bangga ia mengatakan jika dirinya memang layak untuk dicintai. Apalagi mengingat kata-kata Biru yang sudah mencintai nya sejak enam belas tahun yang lalu, tidak salah bukan jika ia sedikit menyombongkan diri, apalagi didepan pria tidak tahu bersyukur seperti mantan suaminya, Heru.

*

*

*

*

*

TBC

1
Vanni Sr
hrusnya yg tau biru nikah siri sm rubah betina , org tua ny dulu. biar mereka jd tameng untk bela hagia
Vanni Sr
tp jujur aja yg tidak d bnerakn sifat dn sikah si halya dn umi ny apa lg. dlingkungn pesantren gtu, pasti hlya.bkal ngelakuin hal nekat lgi dn umk ny mendukung. 1lg bu salma hrus tau gmn gila ny hilya
Vanni Sr
masa iya hagia d buat sakit 2x?? bkn kwjibn biru jg unk peduli sm hagia kalau tindkn ny buat wanita lain sakit hati.
Aryati Ningsih
semangat Thor ..lanjut terus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!