"Mama masih hidup! Mama masi hidup!" mata bocah itu berkaca-kaca saat Daniel mengatakan bahwa ibunya sudah meninggal. Ia tak terima jika ibunya dikatakan sudah tiada. Ia meninggalkan Daniel yang tidak lain ayahnya sendiri.
Terpaku menatap pundak bocah itu berlari meninggalkannya masuk ke dalam kamar.
Kenzie membanting pintu dengan keras, ia mengunci pintu rapat. hingga Daniel yang berusaha menyusulnya merasa kesulitan untuk membujuk putranya.
Daniel tau putranya, jika sudah seperti itu, Kenzie tidak akan mau bicara dengannya. Ia tidak akan memaksa putranya dalam keadaan seperti ini, hanya ia takut dengan kesehatan putranya semakin memburuk hingga ia memilih pergi.
"Temukan dokter itu, Saya akan membayarnya mahal," ucap Daniel dingin setelah mendapatkan telpon dari seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desi m, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Pulang ke Mansion Mewah
Daniel menatap Deffan dengan tersenyum manis di wajahnya yang dingin dan arogan.
Ini adalah hal pertama kalinya ia merasakan suasana keluarga yang begitu hangat dan bahagia.
"Kenzie, kamu sangat hebat hari ini!"
Deffa menggaruk kepala kecilnya yang tidak gatal, ia tersenyum. Dia merasa Daniel tidak perlu memujinya seperti itu. Deff merasa tidak melakukan apa-apa, dia hanya pergi makan, mendapatkan uang dan membawa banyak makanan yang enak-enak. Dia merasa sudah menghasilkan begitu banyak uang hari ini.
"Papa, bolehkah aku mengurus makanan ini sendiri?"
Daniel berpikir sejenak, lalu mengangguk.
Makanan-makanan ini tidak boleh di simpan begitu lama, jika nanti tidak habis di makan, maja harus segera di buang."
Daniel menjelaskan kepada Kenzie.
"Terimakasih papa."
Daniel menatapnya dengan tersenyum. Anaknya sudah berubah, ya semenjak dia berobat banyak perubahan yang di alami oleh putranya ini, Daniel senang melihatnya.
Setelah itu, Daniel pamit untuk pergi ke kantor lagi.
Deffan berlari ke-dapur untuk menyimpan makanan-makanan itu, mengambil kotak yang lebih besar, kemudian ia mencari tas yang besar dan memasukkan makanan itu ke dalamnya, kemudian menyimpannya di lemari es agar mempermudah dia untuk mengambil dan membawanya pulang nanti.
Setelah melakukan ini, dia kembali ke kamar Kenzie, menunggunya kembali sambil bermain lego.
Di sisi lain.
Setelah Ariana mengantar Reva dan Revi pulang ke rumah, dia menatap Kenzie yang sedang bermain dengan adik-adiknya.
"Kenzie, kau mau pulang sekarang? Atau masih mau bermain?"
Kenzie seperti berpikir sejenak, disini dia mempunyai teman untuk bermain.
"Ngk tau."
Setelah berpikir dia berkata seperti itu membuat Ariana bingung.
"Baiklah, sekarang bersiaplah, kita akan pergi ke suatu tempat."
Lalu Ariana pamit kepada kedua putrinya. Mereka keluar menuju mobil bersama Kenzie.
"Kenzie, aku akan membawamu ke suatu tempat, kau pasti akan menyukainya."
Kenzie mendongakkan wajahnya ke atas, untuk menatap Ariana dengan ekspresi yang kosong dengan wajahnya yang dingin dan arogan.
"Kemana?"
"Ikut saja dengan ku, jika nanti setelah sampai kau tidak menyukainya, aku akan langsung membawamu pergi."
Kenzie memikirkannya beberapa saat, setelah itu ia menyetujuinya untuk ikut. Bagaimana pun juga ini masih siang, jadi dia tidak usah buru-buru untuk bertukar sisi lagi dengan Deffan.
Setelah sampai di tempat itu, Ariana menatap Kenzie yang diam memperhatikan tempat itu.
"Apakah kau menyukainya?"
Kenzie memperhatikan hewan-hewan yang ada di taman dengan senang. Ada sedikit kegembiraan di wajahnya.
Kenzie mengangguk.
"Itu monyet, yang ada di sana panda, dan itu harimau."
Kenzie menoleh dan menatap Ariana.
"Aku bisa melihatnya sendiri."
Begitu kata-kata itu ia ucapkan, Kenzie berjalan ke arah panda yang sedang memakan bambu.
Ariana tertegun, Kenzie memiliki sifat yang berbeda dengan ketiga anaknya yang lainnya, makanya Kenzie terlihat tidak begitu peduli dengannya.
Salah dia sendiri yang membuatnya seperti itu.
Setelah itu, Ariana berhenti berbicara, lalu diam-diam mengikutinya dari belakang. Dan hanya menjelaskan beberapa kata dengan suara rendah, ketika dia melihat alis kecilnya berkerut heran.
Selesai mengatakan Ariana terdiam dan tidak berkata apa-apa lagi.
Kenzie menyadari bahwa dokter Messa menjelaskan dan berkata dengan hati-hati, dan ini membuatnya merasa, apakah dia sudah keterlaluan.
"Kau mau bicara? Bicara saja jangan melihat ku."
Setelah mengatakan itu, Kenzie berjalan dengan cepat ke depan.
Melihat punggung Kenzie yang kecil, pergi ke arah depan, Ariana tersenyum. Kenzie masih peduli dengan orang lain, tatapi cara penyampaiannya itu salah.
Masa mau peduli dengan orang lain dengan menunjukkan wajah yang dingin dan kaku.
Ariana yang pikirannya masih melayang, ia tidak menyadari kalau kakinya berjalan melambat dan saat dia melangkah dengan lebar ingin mengejar Kenzie, dia tiba-tiba tidak menemukan Kenzie lagi.
"Kemana dia?"
Ariana tiba-tiba panik, matanya menatap ke sekeliling area taman, mengedarkan pandangannya tiada henti, untuk menemukan keberadaan Kenzie. Tentu saja Ariana panik sekarang ini.
Tadi Kenzie masih ada di depan, kenapa cepat sekali pergilah.
"Kenzie ..., Kenzie ...," Ariana berteriak mencari Kenzie dengan panik.
Tiba-tiba ia mendengar suara rengekan seseorang, dan Ariana langsung mengikuti suara itu.
Kenzie di gendong oleh seseorang, mulutnya di di bekap, jadi dia hanya bisa merintih dengan suara yang terdengar samar-samar.
Ariana melebarkan matanya.
"Kenzie!"
Bagaimana kisahnya?
Ikuti terus ya, 👍
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Wajib like☑️
klik bintang lima di penilaian ☑️
tap love ☑️
vote setiap akhir pekan ☑️
komen jika ada kritik dan saran☑️
dan jangan lupa follow akun author ☑️