Seorang gadis bernama Amira berusia 20 tahun baru di pecat dari pekerjaannya. Karena rekomendasi dari ibu kosnya akhirnya ia masuk ke yayasan pengasuh milik teman ibu kosnya itu. Tak lama ia pun mendapat majikan yang baik bernama nyonya Sarah. Amira sangat menyukai pekerjaannya itu.
Hampir dua tahun ia bekerja disana dan ia pun bukan hanya mengasuh satu anak namun dua sekaligus karena tak lama setelah Amira diterima menjadi pengasuh nyonya Sarah melahirkan anak keduanya. Perlakuan nyonya Sarah yang baik dan bahkan menganggapnya seperti saudara membuat Amira sangat menghormati dan menyayangi majikannya itu begitu juga dengan kedua anaknya.
Suatu hari saat Amira ikut berlibur bersama keluarga majikannya tiba-tiba terjadi suatu peristiwa yang sangat mencekam. Saat suami nyonya Sarah tiba-tiba harus pergi karena urusan kantor terjadi penyerangan terhadap nyonyanya. Dalam keadaan terluka nyonya Sarah menitipkan kedua anaknya pada Amira. Kini Amira harus berjuang menyelamatkan kedua anak majikannya itu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ye Sha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Tandingan
Setelah menempuh perjalanan lebih dari 2 jam akhirnya mereka pun sampai di tempat pemakaman. Mobil pun berhenti di tepi jalan depan area pemakaman.
"Kakak mau iķut masuk atau..." tanya Amira.
"Nggak Ra... soalnya kan aku lagi halangan. Lain kali aja ya kalau kita kemari lagi... maaf sebelumnya..." ucap nyonya Sarah.
"Ga pa-pa kak... kakak istirahat dulu aja di mobil" jawab Amira.
"Anak-anak kalian mau ikut bunda tidak?" tanya nyonya Sarah.
"Mau ma...." jawab keduanya kompak.
"Ya sudah ... tapi jangan nakal ya ..." nasehatnya.
"Baik ma..."
Mereka pun turun dan berjalan ke arah makam kedua orangtua Amira. Ternyata tuan Sam pun ikut turun sedang Lukas tetap di mobil sambil menjaga nyonya Sarah. Saat Amira, tuan Sam dan kedua bocah itu mulai menjauh, nyonya Sarah memanggil Lukas untuk mendekat.
"Ada apa nyonya?"
"Kau lihat mereka?" tanya nyonya Sarah sambil menunjuk Amira dan tuan Sam.
"Sepertinya kita sudah ketinggalan berita terbaru tentang mereka" sambungnya.
"Maksud nyonya?" tanya Lukas sambil mengernyitkan dahinya.
"Apa kau tidak lihat jika kakakku terlihat sudah begitu dekat dengan Amira?"
"Hm... ya nyonya, bahkan akhir-akhir ini tuan tampak sangat perhatian padanya. Bahkan dia langsung menyusul kemari ketika tahu yang kemarin membuntuti itu sebenarnya mengincar Amira" adunya.
"Hm.. pasti kakakku sudah jatuh cinta padanya..." kata nyonya Sarah.
"Lalu apa nyonya keberatan?" tanya Lukas hati-hati.
"Tentu saja tidak... aku malah merasa senang jika akhirnya Amira benar-benar jadi iparku" ujar nyonya Sarah sambil tersenyum lebar.
Sementara saat Amira, tuan Sam dan kedua anak nyonya Sarah sampai di depan makam kedua orangtua Amira mereka langsung berjongkok disekeliling makam. Dengan lincah Amira membersihkan makam orangtuanya dengan mencabuti rumput yang sedikit tumbuh di sana. Tak lupa setelah terlihat bersih Amira menaburkan bunga yang tadi sempat ia beli di jalan saat menuju area makam. Lalu mereka pun berdo'a bersama. Selesai berdo'a Anna dan Adit langsung pamit kembali ke mobil yang kemudian diantar oleh tuan Sam. Sedang Amira masih ingin berada di sana sebentar.
"Ayah... ibu... ini Amira datang... maaf sudah lama Amira ga kemari.." ucapnya sambil mengelus nisan kedua orang tuanya.
"Amira sangat rindu sama kalian..." sambungnya, tak terasa air matanya pun menetes.
Walau kedua orangtuanya sudah lama tiada namun tetap saja Amira tak dapat menahan airmatanya saat teringat dengan mereka. Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya lembut. Seketika Amira pun menoleh ternyata tuan Sam kembali menyusulnya.
"Jangan terlalu bersedih... kedua orangtuamu sudah berada di tempat yang terbaik..." ucapnya sambil menghapus airmata Amira yang terlanjur menetes dengan ibu jarinya.
"Sekarang kamu tidak sendiri ... ada aku, Sarah dan kedua anaknya yang akan selalu bersamamu. Terutama aku... aku akan selalu ada disampingmu jika kau mengijinkanku untuk jadi pendampingmu..." sambungnya.
"Tuan...apa maksud tuan...?" tanya Amira kaget.
"Ya di depan makam kedua orangtuamu aku melamarmu Amira..." kata tuan Sam tegas.
"Tapi apa ini tidak terlalu cepat? bukankah baru semalam kita..." belum selesai Amira bicara tuan Sam langsung memotongnya.
"Tak ada yang terlalu cepat Amira... aku ingin kita pacaran setelah menikah jadi ayo kita menikah secepatnya..." ajaknya.
"Pak...bu... saya Samudra Pratama ingin mohon ijin agar bisa mempersunting putri kalian Amira..." sambungnya sambil memandang kedua makam orangtua Amira.
"Saya berjanji akan selalu berusaha melindungi dan membahagiakannya seumur hidup saya" janjinya dengan suara yang mantap tanpa sedikitpun keraguan di dalamnya.
"Tapi tuan... " tiba-tiba mulut Amira di tutup dengan satu jari oleh tuan Sam.
"Sssuut... jangan panggil aku tuan lagi... aku ini calon suamimu..." ungkapnya dengan nada sedikit kesal karena Amira masih saja memanggilnya tuan.
"Tapi..."
"Sudahlah ayo kita pulang lihat mereka sudah menunggu kita ..." kata tuan Sam menunjuk ke arah nyonya Sarah yang masih berbincang dengan Lukas.
"Baiklah..." akhirnya Amira menurut bahkan saat tuan Sam menggandeng tangannya berjalan ke arah mobil.
Setelah masuk ke dalam mobil masing-masing mereka pun melanjutkan perjalanan menuju kota J. Saat mereka melintasi pusat kota tiba-tiba tuan Sam nenyadari bahwa mobil yang ditumpangi Amira dan nyonya Sarah kembali dibuntuti.
"Lukas kau lihat mobil di depan? sepertinya membuntuti mobil Sarah..." tunjuk tuan Sam.
"Benar tuan.. dan sepertinya itu mobil yang kemarin..." ujar Lukas.
Dengan cepat tuan Sam menghubungi nyonya Sarah agar menyuruh sopir menepi.
"Lukas cepat salip mobil itu agar tak mendahului kita..."
"Baik tuan"
Dengan cepat Lukas menyalip mobil yang ada di depannya sehingga menghalangi mobil itu dengan mobil nyonya Sarah. Setelah itu kedua mobil berhenti di depan sebuah minimarket. Sengaja itu mereka lakukan agar tak di curigai si penguntit.
Sebelum turun dari mobil tuan Sam menghubungi nyonya Sarah agar mereka semua yang ada di dalam mobil turun dan masuk ke minimarket termasuk pak sopir. Nyonya Sarah langsung menuruti perintah kakaknya. Setelah melihat rombongan nyonya Sarah turun dari mobil tuan Sam dan Lukas pun menyusul mereka. Sesampainya di dalam terlihat duo bocah sudah berkeliling dengan gembira mengambil snack yang mereka inginkan karena yang mereka tahu bahwa mereka turun memang untuk berbelanja. Tuan Sam langsung menhampiri nyonya Sarah dan juga Amira. Sedang Lukas berjaga mengawasi mobil menguntit. Untung saja pengendara mobil itu tidak ikut turun hanya mengawasi dari sebrang jalan.
"Sarah... setelah ini kamu dan anak-anak pakai mobilku. Kalian akan ditemani Lukas dan juga pak sopir" kata tuan Sam.
"Dan kau Amira ikut denganku naik mobil Sarah. Kita lihat apa yang diinginkan orang itu padamu..." sambung tuan Sam dengan wajah yang sudah mulai memerah menahan amarahnya.
"Baik kak... kalian hati-hati ya..." ucap nyonya Sarah sambil menggenggam tangan Amira.
"Kakak tidak usah khawatir aku bisa jaga diri... " kata Amira berusaha menenangkan nyonyanya.
Setelah memberi instruksi pada Lukas dan juga pak sopir tuan Sam dan Amira pun keluar terlebih dahulu. Mereka segera masuk ke dalam mobil dan segera meninggalkan minimarket. Dan benar saja begitu mobil yang kini dikemudikan oleh tuan Sam meninggalkan minimarket, mobil penguntit itu pun langsung mengikuti mereka. Begitu merasa keadaan aman Lukas langsung membawa nyonya Sarah dan kedua bocah masuk ke dalam mobil. Lalu ia duduk di sebelah pak sopir yang juga sudah berada dibalik kemudi. Tak lama tuan Sam menghubungi Lukas dan menyuruhnya untuk menunggunya di tempat yang dirasa aman dan menyuruhnya untuk menshare lokasi padanya agar tuan Sam dapat menyusul mereka setelah urusannya selesai.
Sementara itu tuan Sam sengaja mengarahkan mobilnya menuju daerah yang cukup sepi dengan panduan Amira. Begitu sampai ditempat yang sekiranya cocok untuk memcegat menguntitnya mereka pun berhenti. Tak lama terlihat mobil penguntit itu pun ikut berhenti.
"Ra ... coba kau pura-pura keluar mobil untuk mengambil sesuatu di bagasi belakang...kita lihat apa orang itu berani mendekatimu..."
"Baiklah.." jawab Amira dan langsung keluar dari mobil.
Dengan tenang Amira melangkah ke bagasi belakang dan membuka pintunya. Ia pun membungkuk seolah-olah tengah mencari sesuatu. Tiba- tiba terdengar suara langkah kaki seseorang dari belakangnya. Dengan cepat Amira membalikkan badannnya. Ternyata sesuai dugaannya Maya sudah berdiri dibelakangnya.
"Apa maumu sebenarnya?" tanya Amira.
"Kau sudah tahu apa mauku..." jawab Maya dengan wajah dingin.
"Bukankah sudah kubilang kalau aku tak ada hubungan apa-apa dengan Yuda..." ucap Amira kesal.
"Aku tahu... tapi dia menyukaimu..."
"Lalu apa hubungannya denganku? toh aku tak pernah melayaninya..."
"Tapi jika kau tak ada dia pasti akan melupakanmu..."
"Maksudmu?"
"Ya kalau kau tak ada dia pasti akan melupakanmu dan jadi milikku..." ucap Maya sambil menyeringai.
Lalu ia pun mengeluarkan sebuah cutter dari dalam tas selempangnya dan mengarahkannya pada Amira. Amira hanya tersenyum remeh.
"Apa kau sudah lupa dengan apa yang aku lakukan pada Yuda saat latihan karate dulu? oh iya... aku lupa kau kan tak suka ikut kegiatan karate...jadi kau tidak melihat apa yang sudah aku lakukan dengan mata kepalamu sendiri"
Mendengar perkataan Amira, tubuh Maya mulai bergetar. Ia ingat memang dulu dia tidak suka kegiatan olah raga apalagi karate. Jadi ia tidak melihat sendiri apa yang terjadi namun dari cerita semua siswa yang ikut kegiatan tersebut dan juga luka yang di derita Yuda saat itu Maya bisa menduga bahwa perbuatannya saat ini pasti sia-sia.
Pada saat itu tiba-tiba tuan Sam sudah berdiri disamping Maya dan segera merebut cutter yang ada ditangan wanita itu. Tak ada perlawanan darinya karena nyali wanita itu sudah ciut saat Amira mengungkit tentang kejadian saat mereka masih SMU dulu.
"Kau pulanglah dan tak usah mengganggu Amira lagi... soal laki-laki itu kau tidak usah khawatir. Amira tak akan mau dengannya karena sebentar lagi Amira akan menikah denganku" kata tuan Sam.
"Dan jika dia masih berani mendekati Amira maka dia akan berhadapan denganku..." sambung tuan Sam.
Sesungguhnya ia ingin sekali memberi pelajaran pada wanita itu namun melihat mukanya yang sudah memucat karena gertakan Amira akhirnya ia pun melepaskan wanita itu. Kemudian ia pun menutup pintu bagasi yang sedari tadi terbuka, lalu ia menggandeng tangan Amira mengajaknya masuk ke dalam mobil. Lalu mereka pun meninggalkan Maya yang masih berdiri terdiam di tempatnya.