Alsa, gadis introvert yang menyukai sosok Ken secara diam-diam, baginya Ken adalah lelaki yang begitu baik karena hanya dia lah yang mau menjadi teman Alsa. Kebaikan Ken disalah artika oleh Alsa, hingga sebuah kenyataan pahit terpampang di depan matanya. Ken menjalin kasih dengan gadis lain.
Di tengah keterpurukannya atas cinta pertama yang berakhir tragis, sosok Davin selalu hadir dengan kasih sayang yang begitu besar padanya. Hingga Alsa terlena dan mengerti arti mencintai yang sesungguhnya.
Davin, seorang pria yang menjadi suami dari mendiang Kakak perempuannya kini menjadi alasan Alsa untuk tetap bertahan meski berbagai cobaan berat ia lalui.
Akankah semuanya berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora_Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
.
.
.
.
.
.
Sepulang Davin menemui Alsa, pria itu duduk bersama keluarganya di kediaman Frans. Pikiran Davin melayang pada Alsa yang jauh di luar kota, seandainya saja ia tak mempunyai tanggung jawab pada perusahaan miliknya. Tentu ia akan memilih membeli sebuah rumah di sana agar bisa selalu dekat dengan Alsa, namun keadaan tak memungkinkan.
"Kenapa, Bang?" tanya Grace yang sedikit khawatir saat melihat kakaknya memijit keningnya yang berdenyut.
"Lagi mikirin Alsa, ya?" tanya Camelia dengan senyum yang menggoda putranya. Davin berdecak kesal saat orang di sekitar lelaki itu dapat dengan mudah membaca pikirannya.
"Perasaan Davin gak enak deh, Ma!" ucap Davin sambil menegakkan duduknya, ia menatap tiga orang di depannya secara bergantian. Mereka bertiga saling melempar tatapan bingung atas ucapan Davin.
"Tumben punya perasaan? Biasanya kagak!" celetuk Grace yang kemudian mendapat sentilan di bibirnya dari Davin. Gadis itu mengaduh kesal.
"Lagi serius, Grace!" tegur Frans. Grace hanya cekikikan dibuatnya.
Setelah menghela nafas berat, Davin melanjutkan ucapannya. "Davin merasa kalau bakalan terjadi sesuatu yang buruk ke Alsa. Apalagi sekarang kita saling berjauhan, karena kesibukan masing-masing kita jadi jarang komunikasi."
"Sudahlah, Nak. Berhenti berfikiran yang tidak-tidak, Alsa di sana tidak sendiri. Ada Gerry dan keluarganya yang mendampingi Alsa, lagi pula kamu baru saja mengunjunginya, kan?" tanya Frans yang diangguki oleh Davin.
"Lalu bagaimana hubungan Abang sama Rena?" tanya Grace dengan nada tak suka, ia sebenarnya ingin melayangkan protes pada Davin yang memiliki hubungan dekat dengan Rena sehingga membuat Alsa kecewa. Grace yakin betul bahwa keinginan Alsa pergi bersama Gerry adalah soal kedekatan antara Davin dan Rena.
Hanya saja Davin yang tak peka dengan perasaan Alsa yang mulai tumbuh, membuat Grace merasa kesal dengan kakak lelakinya itu.
"Rena?" tanya Davin bingung.
"Iya, bukannya selama ini lo deket kan sama Rena? Hubungan lo sama dia itu gimana? Pacaran, atau apa?" tanya Grace yang kian kesal dengan sikap cuek Davin.
"Gue cuma anggap Rena teman doang, gak lebih! Lagian kan emang gue udah bilang ke elo kalau gue cinta sama Alsa." Davin berkata bosan.
"Iya, tapi sikap lo ke Rena kemarin di rumah sakit itu terlalu mesra kalau cuma untuk sebatas teman! Gak mikir apa lo gimana sama perasaan Alsa? gue malah seneng lihat Gerry bawa Alsa pergi. Biar lo tau arti sosok Alsa buat lo itu apa! Sekarang lo bingung sendiri kan pas Alsa udah bener-bener tinggal jauh dari kita. Kemarin kemana aja, Bang? Rena mulu di urusin, sekarang di tinggal lagi, kan? Gimana rasanya? Enak?" cerosos Grace yang membuat Davin bungkam, sedangkan kedua orang tuanya hanya mencerna setiap kata dari Grace.
"Jadi kamu bingung, milih Alsa atau Rena?" tanya Camelia sambil menyentuh punggung tangan Davin.
"Enggak, Ma! Davin cintanya sama Alsa, tapi Rena bilang dia nyaman sama Davin. Dulu Rena pernah nikah, tapi suaminya KDRT ke dia. Davin cuma iba aja sama kisah rumah tangga Rena yang sama tragisnya dengan rumah tangga Davin. Dan lagi mantan suami Rena masih suka gangguin Rena, Ma. Makanya Davin berusaha buat lindungi Rena, Davin cuma gak mau kalau Rena menderita akibat ulah suaminya lagi." Grace mendengus kesal dengan jawaban Davin yang seakan ingin memiliki keduanya, ia merasa kasihan pada Alsa yang kelewat polos harus mencintai lelaki plin plan seperti kakaknya.
"Bang! Lo bakalan sadar lebih mencintai siapa, saat lo udah kehilangan salah satu di antara mereka! Salah-salah lo ditinggal sama mereka dan gak akan dapat keduanya. Gue kesel ya lihat cowok yang gak bisa nentuin pilihan kayak lo! Sumpah, Bang! Gedeg gue sama lo!" Grace memilih meninggalkan Davin dan orang tuanya di ruang tengah, semakin lama ia berbicara dengan Davin tidak akan baik bagi kesehatan jiwanya.
"Papa setuju sama Grace!" ucap Frans kemudian berlalu pergi disusul Camelia di belakangnya. Davin memijit pelipisnya yang tiba-tiba migrain.
***
Pukul 21.00 wib. Alsa berjalan melewati jalanan yang lumayan sepi, ia baru saja kembali dari membeli alat tulis di mini market yang tak jauh dari kediaman Gerry.
Alsa menghentikan langkahnya ketika dirasa seseorang mengikuti langkah kakinya, ia menoleh ke belakang dengan sediki takut kalau-kalau ada sesosok mahluk yang ada di dalam bayangannya saat ini.
Namun, ketika ia sudah membalikkan tubuhnya, Alsa tak menemukan siapapun di sana.
Alsa kembali berjalan, namun tiba-tiba seseorang membekap mulutnya. Padahal saat itu kediaman Gerry sudah ada di depan matanya, ia diseret masuk ke dalam sebuah mobil dan melaju dengan kencang setelahnya.
"ALSA!!" teriak Gerry yang melihat adik angkatnya diculik di depan matanya. Ia berlari ke garasi mengambil mobil dan mengejar mobil hitam yang melaju kencang membawa adiknya. Gerry mengumpat kesal karena kecerobohannya.
Sementara itu Alsa berusaha berontak dari dekapan pria berhodie abu-abu yang tangah membekap mulutnya. Namun percuma, tenaga Alsa tak sebanding dengan pria itu.
Mobil tersebut berhenti di sebuah rumah tua di dalam hutan, Alsa menangis ketakutan saat dirasa nyawanya terancam.
"Sssttt ... jangan takut, Alsa sayang!" ucap pria berhodie yang menculiknya itu. Alsa menoleh ke samping dan mendapati pria itu memakai masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya.
Sreeettt
Lelaki itu membuka masker yang ia kenakan dan menampakan wajah tampannya juga iris pekat yang tajam.
"Kak Kenzo!" pekik Alsa ketakutan, seketika tubuhnya gemetar mengingat apa yang pernah lelaki itu lakukan padanya. Ia berusaha keluar dari mobil, namun seorang lelaki yang duduk di kursi kemudi menghentikan aksinya.
"Damar?" tanya Alsa tak percaya, lelaki yang tak lain adalah Damar itu hanya menatap Alsa seolah meminta maaf atas perbuatannya.
"Kenapa kamu tega nglakuin ini sama aku, Mar? Apa salah aku ke kamu?" tanya Alsa dengan nada kecewa, ia tak menyangka kalau Damar akan berniat jahat padanya.
Padahal selama ini Alsa selalu bercerita banyak hal pada Damar. Alsa juga sudah menganggap lelaki itu sebagai sahabatnya, sama seperti Luna dan Levin.
"Kamu seneng kan, Sayang. Bisa ketemu aku lagi?" tanya Kenzo dengan nada mengerikan, lelaki itu bahkan dengan lancang mencium bibir Alsa.
Gadis itu menangis, memukul dada bidang Ken. Hingga seseorang membuka pintu mobil di samping Ken, seorang gadis berkaca mata terlihat di sana.
"Luna?" Alsa kembali dibuat kecewa oleh sahabatnya, bisa-bisanya mereka bekerja sama dengan Ken untuk menculiknya?
"Teganya kalian sama aku! Hiks ... hiks ... apa salah aku ke kalian sampai harus menerima semua ini?" teriak Alsa emosi, ia masih berusaha lepas dari Ken yang sibuk menyentuhnya. Sungguh Alsa sangat jijik sekaligus takut dengan Ken yang ternyata sangat kurang ajar.
"Maafin kami, Al. Kami terpaksa melakukannya." Luna menunduk tak berani menatap mata Alsa, Damar dan Luna tak tega melihat Alsa yang terus di raba sana sini oleh Ken. Mereka seakan ingin menutup telinga saat tangisan pilu Alsa terdengar, bahkan mereka tak bisa menolong gadis itu ketika Ken menggendong Alsa memasuki rumah tua yang sudah mereka bertiga siapkan.
________Tbc.
semangat terus untuk novelnya....
terus semangat ya thor ditunggu cerita² selanjutnya 😉💘