Warning.!! Area khusus dewasa.!
Bukan tempat untuk mencari nilai kehidupan positif. Novel ini di buat hanya untuk hiburan semata.
Tidak suka = SKIP
Pesona Al Vano Mahesa mampu membuat banyak wanita tergila - gila padanya. Duda beranak 1 yang baru berusia 30 tahun itu selalu menjadi pusat perhatian di perusahaan miliknya. Banyak karyawan yang berlomba lomba untuk mendapatkan hati anak Vano, dengan tujuan menarik perhatian Vano agar bisa di jadikan ibu sambung untuk anak semata wayangnya.
Sayangnya rasa cinta Vano yang begitu besar pada mendiang istrinya, membuat Vano menutup hati dan tidak lagi tertarik untuk mencintai wanita lain.
anak.?
Namun,,,, kejadian malam itu yang membuatnya tidur dengan sorang wanita, tanpa sengaja mampu membuat anak semata wayangnya begitu menyukai wanita itu, bahkan meminta Vano untuk menjadikan wanita itu sebagai ibunya.
Lalu apa yang akan Vano lakukan.?
Bertahan pada perasaannya, atau mengabulkan permintaan sang anak.?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Celina masih bersimpuh di lantai, cukup lama dia tertunduk lesu memikirkan hal buruk yang mungkin saja terjadi pada dirinya. Bulan lalu dia tidak haid, artinya sudah 7 minggu sejak hari terakhir dia haid.
Lalu bagaimana jika hal buruk itu benar - benar terjadi.? Hamil sebelum menikah dan harus mendapati kenyataan bahwa Vano tidak akan pernah menerima kehamilannya seperti yang pernah di ucapkan dulu.
Celina semakin risau. Tidak tau apa yang akan dia lakukan pada darah dagingnya nanti.
Usianya masih terlalu muda, sedangkan Vano tidak mungkin mau menikahinya.
"Apa yang harus aku lakukan.?" Celina bertanya pada dirinya sendiri ditengah kekhawatiran dan ketakutan yang dia rasakan.
Perlahan Celina bangkit, dia bergegas mandi dan bersiap. Saat ini hal yang harus dia lakukan adalah membeli alat tes kehamilan untuk memastikan dugaannya. Meski yakin bahwa dirinya tengah mengandung anak Vano, namun Celina masih berharap kalau itu tidak terjadi padanya.
Mobil yang di kendarai Celina melaju kencang meninggalkan gedung apartemen.
Seharusnya dia pergi ke kampus pagi ini, tapi keadaan memaksanya harus mendatangi apotik.
Dengan suara yang bergetar, Celina membeli testpack.
Dia kembali ke mobil, menatap testpack itu dengan tangan yang gemetar. Mungkin dia akan frustasi kalau mendapati garis 2 muncul di sana.
Sampainya di apartemen, Celina langsung menampung urinnya. Lagi - lagi tangannya bergetar saat mencelupkan alat itu kedalam gelas kecil.
Jantungnya berdebar, menunggu hasilnya. Berulang kali Celina menutup wajahnya, mengusapnya kasar dengan ekspresi yang kacau.
"Aku pernah berharap untuk mengandung anaknya, agar bisa memiliki bagian dari dirinya meski dia tidak bisa aku dapatkan. Ya Tuhan,,, aku ingin mencabut kata - kataku,,," Tutur Celina frustasi. Jika kenyataannya dia hamil, mungkin akan sangat menyesali apa yang pernah dia inginkan dulu.
Celina masih bisa bernafas lega saat testpack itu masih menunjukan garis 1. Tapi sesaat kemudian nafas Celina tercekat, jantungnya bahkan dibuat berhenti untuk beberapa saat. Celina ambruk, dia kembali bersimpuh di lantai dengan air mata yang mengalir begitu saja.
Ada kekhawatiran besar yang dia rasakan saat ini.
Jika kehamilannya terbongkar, bukan hanya dirinya saja yang malu, tapi nama besar keluarga dan perusahaan orangtuanya juga akan terkena imbasnya.
"Bagaimana ini.?" Ujar Celina dengan suara tercekat bercampur isak tangis. Tatapan matanya terlihat kosong. Celine belum siap menerima kenyataan jika dirinya sedang hamil, sekalipun benih yang ada di dalam rahimnya berasal dari orang yang dia cintai.
Celina terus menangis histeris di dalam kamar mandi. Dia tidak tau harus berbuat apa saat ini. Lagi - lagi hanya sebuah penyesalan yang dia dapatkan atas perbuatan buruknya.
Sayangnya waktu tidak bisa diputar kembali. Siap tau tidak siap, Celina harus bisa menerima kenyataan itu.
"Belum terlambat bukan.?" Gumam Celina dengan dengan mata yang menerawang jauh. Akibat pikirannya yang kacau dan frustasi, Celina jadi berfikir untuk menghilangkan darah dagingnya sendiri.
Celina sudah berjanji untuk menikah dengan Dion 1 bulan lagi, dia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau memilih mempertahankan darah dagingnya dan menutupi rahasia besar itu dari semua orang.
Setelah mencuci muka dan membenarkan riasannya, Celina kembali meninggalkan apartemen. Tujuannya kali ini adalah rumah sakit. Dia ingin memastikan lagi dengan cara melakukan pemeriksaan USG, sekaligus ingin mencari informasi untuk menggugurkan kandungannya.
Pikiran Celina semakin kacau hingga tidak bisa berfikir jernih. Dia hanya memikirkan bagaimana caranya agar janin itu tidak lagi mengisi rahimnya. Celina tidak memikirkan bagaimana dampak yang akan dia rasakan jika melakukan perbuatan keji itu.
Dia bahkan lupa kalau Dion adalah laki - laki yang bisa menerima dirinya apa adanya dengan semua masa lalunya yang kelam. Tidak menutup kemungkinan kalau Dion juga bisa menerima kondisi Celina saat ini.
Celina melakukan pemeriksaan kehamilan seorang diri. Kedatangannya di ruang pemeriksaan di sambut dengan tatapan yang tak biasa oleh dokter dan perawat di sana.
Jelas saja mereka memberikan tatapan negatif pada Celina, dia datang seorang diri untuk memeriksakan kehamilannya di usianya yang masih sangat belia.
Celina langsung diminta berbaring, seusai dengan permintaannya di awal pendaftaran, dia ingin melakukan USG.
"Nona datang sendiri.?" Tanya perawat yang sedang mengoleskan gel pada perut Celina. Tak mau menanggapi lebih jauh, Celina memilih untuk mengangguk saja.
"Jangan terlalu stres, perutnya bisa kram dan itu akan berbahaya untuk janin,," Tutur si perawat dengan suara lembut. Sepertinya dia merasakan perut Celina yang tidak baik - baik saja.
Tak mau ambil pusing, Celina tidak menanggapi sama sekali.
"Sudah dok,," Ujarnya begitu selesai mengoleskan gel.
Kini dokter yang turun tangan dan mulai melakukan pemeriksaan.
Celina membuang pandangan saat layar di depannya memperlihatkan rahimnya yang sudah berisi embrio. Dia menahan tangis, meski dadanya terasa sesak. Kalau saja dia bisa memberi tau Vano, mungkin dia akan datang untuk menemuinya. Tapi itu tidak akan mungkin dia lakukan karna Vano tak akan peduli dengan kehamilannya.
"Sudah jalan 6 minggu. Sebaiknya jangan terlalu stres karna bisa berakibat fatal."
"Kehamilan pada trimester pertama sangat beresiko tinggi mengalami keguguran jika terlalu stres. Pastikan tetap happy, jaga asupan gizi dan konsumsi vitamin."
Dokter itu menjelaskan dengan detail. Celina hanya mengiyakan saja sambil mengulas senyum yang dipaksakan.
Celina langsung kembali ke apartemennya lagi. Pikirannya masih kalut, dia belum memutuskan untuk menggugurkan kandungannya saat itu juga. Saat ini dia ingin menenangkan diri agar bisa berfikir jernih dan mengambil keputusan yang tepat.
...****...
"Kumpulkan semua bukti, pastikan dia tidak menuntut apapun padaku.!" Ujar Vano.
"Buatkan surat perjanjian dengan benar, berikan padaku 30 menit lagi.!" Titahnya tegas. Vano bergegas keluar dari ruangan asistennya tanpa mau menerima penolakan dan protes dari sang asisten.
Lagipula wajah Vano yang menahan amarah sudah cukup membuat si asisten bungkam seribu bahasa. Dia memilih menuruti keinginan Vano daripada mengorbankan dirinya untuk di caci maki oleh Vano.
Setelah menerima apa yang dia mau, Vano langsung meninggalkan kantor seorang diri. Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Setelah tau bahwa Celina membeli tes kehamilan, kemudian memeriksakan kehamilan di rumah sakit, Vano langsung mengumpulkan semua bukti yang dia miliki untuk menolak jika anak yang ada di kandungan Celina bukanlah darah dagingnya, melainkan darah daging Dion yang selama ini dekat dengan Celina sejak Vano mengakhiri kencan.
Sejak mengakhiri kencannya dengan Celina, Vano memang sengaja mengirimkan orang suruhannya untuk melaporkan semua yang dilakukan oleh Celina. Semua itu dia lakukan agar tidak ditipu untuk kedua kalinya.
Dulu setelah memutuskan hubungan dengan wanita bayarannya, Vano di tuntut untuk bertanggung jawab atas janin yang di kandung oleh wanita itu.
Vano hampir saja terjebak, sayangnya dia tidak sebodoh itu untuk langsung menikahinya.
Dengan susah payang mencari informasi dan bukti, akhirnya Vano bisa membongkar kebohongan wanita itu. Dan terbukti kalau dia bukan ayah biologis dari anak yang dikandung oleh wanita bayarannya.
"Sebelum kamu datang padaku untuk meminta tanggung jawab, aku akan lebih dulu datang padamu untuk menolak janin itu.!" Geram Vano. Wajahnya memerah, sorot matanya dipenuhi rasa benci sekaligus jijik.
"Bagaimana bisa Naura sedekat itu dengan remaja licik seperti mu," Gumamnya dengan senyum sinis.
Sepertinya rasa benci yang ada dalam diri Vano sudah meluap - luap karna kabar kehamilan Celina.
Bahkan hal pertama yang dilakukan Vano saat mendapat kabar Celina hamil adalah mengumpat kasar sambil meninju meja kerjanya.
Sejujurnya bukan hanya marah saja yang dia rasakan, tapi ada sedikit kekecewaan yang terselip disana namun Vano memilih untuk menepisnya. Meski rasa kecewa itu sempat membuat hatinya berdenyut nyeri.
menginginkan yang lebih baik tapi sendirinya buruk . ngaca wooy 🙄
lagian celina kan kelakuannya doang yg buruk . hatinya mah melooooow 😂
Vano VS celine(rusak)