Beby menjual keperawanan nya kepada pria asing, bernama Agil. Demi untuk mempertahankan status sosial dan menyambung hidup, jauh dari orang tuanya yang bercerai. Ia tidak mau orang memandangnya rendah!
Tapi, Beby begitu bodoh. Dia tidak sadar selama ini telah di khianati, oleh sahabat dan kekasihnya sendiri.
Suatu hari Beby mendapati sahabatnya Melanie tidur dengan pria yang sangat ia cintai, Dewa.
“Pengorbananku selama ini sia-sia, kalian berdua binatang! Tidak pantas disebut manusia.”
Merasa lelah dan tidak kuat lagi, Beby hampir berpikiran untuk mengakhiri hidupnya. Akan tetapi saat itu, datanglah sosok penyelamat, Agil.
“Tinggalkan dia dan pergi bersamaku, Beby! Aku berjanji akan membuatmu bahagia.”
Janji yang terucap dari mulut Agil. Benar-benar merubah segalanya di dalam hidup Beby. Apakah dia dan Agil dapat bersatu, dan hidup bahagia selamanya?
Yuk, ikutin kisah mereka🌺
Warning❗❗
Mohon bijak dalam memilih bacaan, dan berkomentar. Cerita ini hanya imajinasi Author, yang author tuliskan untuk menghibur para pembaca. Buruknya di buang dan baik nya di ambil. So please don't judge.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mayraa Ibnurafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selling My Virginity Ch 30.
Ting!
Pintu lift terbuka. Mereka telah sampai di lantai dimana unit apartemen milik Agil berada. Agil pun langsung melangkah keluar dari lift tersebut, disusul oleh Beby yang berjalan dibelakang nya.
Beby menatap punggung tegap pria tampan yang kini berjalan di depan nya. Postur tubuh yang atletis, model rambut yang modern, serta wangi parfum nya yang begitu harum sampai tercium di hidung Beby.
"Rasanya sungguh tak percaya, sekarang aku sedang berjalan bersamanya menuju apartemen miliknya. Ternyata dia sungguh berbeda dari apa yang aku pikirkan saat pertama kali bertemu dengan nya. Malam itu di kamar hotel mewah, saat dia pertama kali merenggut kesucian ku," gumam Beby di dalam hati.
"Agil," seru Beby.
Agil menghentikan langkah nya dan langsung menoleh ke arah Beby. Wajahnya yang datar dengan kedua alis yang bertautan. "Hmm, ada apa?" tanya nya.
"Tidak apa-apa, hanya ingin memanggil nama mu saja! Tidak boleh?"
"Dasar aneh!!" Agil terkekeh sambil geleng-geleng kepala dan kembali melanjutkan langkah nya.
Sudut bibir Beby tertarik membentuk sebuah senyuman tipis, lalu ia kembali mengikuti langkah Agil. Sampai berhenti di salah satu pintu dengan less dan gagang nya yang berwarna emas.
Mata Beby melebar. "Bukan kah itu--" Dia menunjuk ke arah pintu unit di sebelah Agil.
"Kau benar, itu tempat Daniel ... kami tinggal bersebelahan," ucap Agil menatap ke arah pintu Daniel dan wajah Beby kemudian.
"Sebenarnya kalian ini ada hubungan apa sih? Kalian juga tinggal di tempat mewah seperti ini?" tanya Beby yang penasaran.
Cklek!
Agil merangkul Beby masuk ke dalam Apartemen nya. Beby pun menurut saja, dan mengikuti langkah Agil yang membawanya masuk sampai ke dalam kamarnya. Meskipun sebenarnya dia masih ingin melihat-lihat keseluruhan ruangan-ruangan di apartemen mewah itu.
Karena jujur saja Beby tipe cewek yang sangat suka dengan kemewahan, dia juga terbiasa dengan kemewahan sejak kecil nya. Dan dia tidak munafik, untuk menutupi sifat nya yang memang begitu adanya.
"Tunggu disini," ucap Agil. Kini dia dan Beby berada di balkon kamar tidurnya.
"Kau mau kemana?" tanya Beby bingung dan sedikit takut ditinggal sendiri.
"Aku mau keluar sebentar."
"Yasudah, tapi jangan lama-lama."
"Hmm!" Agil mengangguk dan langsung pergi meninggalkan Beby di balkon kamar nya.
Sepeninggal Agil. Beby berjalan mendekati pagar balkon yang terbuat dari kaca, dan berpegangan disana. Ia menutup kedua matanya sejenak, merasakan bagaimana angin menerpa kulitnya, dan menerbangkan setiap helai rambut panjangnya. Setelah itu dia kembali membuka mata, menatap keindahan seluruh kota dari atas sana.
Namun tak sengaja pandangan nya menangkap sesuatu yang sesak untuk dipandangnya. Tak lain adalah gedung apartemen Melanie yang jarak nya hanya sekitar tiga blok dari tempat nya berada.
"Brengsek!" Tangan Beby mencengkram kuat pinggiran pagar kaca itu. Dia pun langsung memalingkan tubuhnya dari pandangan itu. Merasa tidak kuat menahan air matanya yang kini sudah menetes.
"Aku sangat bodoh! Selama ini mereka sudah mempermainkan ku, hiks hiks!"
Beby mengusap air matanya menggunakan punggung tangannya. Dia juga memegangi dadanya yang terasa berdenyut.
"Untuk apa aku menangisi mereka! Para bajing*n biadab itu, tidak pantas kamu tangisi Beby!"
Ia mencoba menyadarkan kebodohan nya sendiri. Karena sudah meneteskan air mata bahagia demi mengingat kedua orang yang sudah mengkhianatinya itu. Meskipun rasanya begitu sulit untuk bangkit, namun dia harus yakin untuk bisa melewatinya.