Apa yang akan kalian lakukan saat tiba-tiba kalian masuk kedalam novel favorit kalian???
itu lah yang di alami Anya uang harus berjuang hidup di dalam novel sebagai ibu Tiri Jahat tapi ingin berubah jadi ibu tiri baik bak bidadari.
akan kah anya dapat merubah jalan hidup nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanty rahayu bahari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Wawancara dengan Sang Duke
Dua hari setelah insiden Rian, suasana di mansion terasa berbeda. Rian sudah pulih sepenuhnya, dan kini ia tidak lagi lari ketakutan setiap kali melihat siluet ibu tirinya. Siera, meskipun masih waspada, menunjukkan sedikit kebingungan. Sementara itu, para pelayan kini melihat Elara dengan campuran rasa hormat dan keheranan.
Anya terus mempertahankan jarak, fokus pada produksi 'Ny. Calla' di studionya. Ia tahu Duke Alaric sedang menunggu waktu yang tepat untuk konfrontasi, dan ia harus bersiap.
Panggilan itu datang sore hari, melalui Hemlock, kepala pelayan yang kaku.
"Nyonya Duke, Duke Alaric meminta kehadiran Anda di ruang kerjanya. Segera."
Anya menarik napas dalam. Ruang kerja Duke Alaric adalah wilayah kekuasaan mutlaknya; ia tidak pernah diizinkan masuk ke sana kecuali untuk acara formal.
Anya memilih gaun yang sederhana, elegan, dan profesional. Ia ingin terlihat tenang, serius, dan yang terpenting, tidak mengancam.
Di Balik Meja Eksekutif
Ruang kerja Duke Alaric adalah ruangan besar yang didominasi oleh perabotan kayu gelap dan peta-peta tua. Duke Alaric duduk di balik meja mahoni besarnya, memegang pena, tetapi matanya menatap Elara saat ia masuk. Ia mengisyaratkan Elara untuk duduk di kursi di depannya.
Ini terasa seperti rapat dewan, bukan percakapan suami-istri.
"Terima kasih atas kedatangan Anda," ujar Duke Alaric, suaranya kembali dingin dan formal, menyembunyikan kebingungannya. "Aku ingin membahas apa yang terjadi di mansion ini selama seminggu terakhir."
Anya mengangguk. "Aku mengerti. Aku siap mendengarkan."
"Kau menyelamatkan Rian dari demam tinggi. Kau memberikan peringatan yang tepat tentang Baroness Seraphina. Kau merawat kebun mawar yang seharusnya kau benci. Dan kau bersikap lembut pada pelayan. Jawab aku, Elara. Mengapa?"
Duke Alaric bersandar, matanya yang tajam menuntut kejujuran. "Jangan coba-coba memanipulasiku. Aku bisa menerima kejahatan yang terbuka. Tapi aku tidak bisa menerima kepura-puraan. Apa trik ini? Apakah kau ingin mendapatkan lebih banyak uang? Apakah kau punya kekasih lain dan ingin bercerai?"
Anya tersenyum tipis, sebuah senyum yang lelah, bukan menggoda.
"Jika aku ingin uang, aku akan memintanya secara langsung. Jika aku ingin bercerai, aku akan mengemas barang-barangku," jawab Anya tenang. "Aku tidak ingin apa-apa dari Anda, Alaric. Aku hanya ingin menghindari kehancuran."
Duke Alaric mengerutkan kening. "Kehancuran? Jelaskan."
Anya menyadari inilah saatnya menggunakan kebenaran parsial—mengakui nasibnya tanpa menyebut transmigrasi.
"Aku... aku melihat masa depan, Alaric," bisik Anya, matanya meredup seolah sedang mengingat mimpi buruk yang nyata. "Mungkin itu adalah mimpi buruk yang sangat nyata selama aku pingsan setelah insiden vas bunga. Aku melihat segalanya: kebencian Siera dan Rian yang memuncak, pengkhianatan dari teman-temanku, dan nasibku... nasibku berakhir dengan sangat menyakitkan dan sendirian."
Anya sengaja melebih-lebihkan kepedihan di matanya. "Aku melihat bagaimana anak-anak itu akhirnya membenciku sedemikian rupa hingga mereka... mereka menginginkan kematianku. Aku melihat diriku sendiri di sudut gelap, tanpa siapa pun yang peduli."
Dia mencondongkan tubuh sedikit ke depan, menyalurkan keputusasaan.
"Aku tidak tahu apakah itu wahyu, atau hanya paranoia dari rasa bersalah yang akhirnya datang. Tapi itu terasa sangat nyata, Alaric. Dan aku tidak ingin mati seperti itu."
Duke Alaric mendengarkan tanpa memotong, wajahnya menjadi lebih serius. Bangsawan di era ini cenderung percaya pada firasat atau kutukan.
"Aku menyadari bahwa setiap tindakan kejahatan yang kulakukan, setiap kata-kata kasar yang kuucapkan, adalah batu bata yang membangun penjara dan kuburanku sendiri," lanjut Anya. "Aku menjadi takut. Aku tidak takut pada Siera atau Rian. Aku takut pada diriku sendiri."
Dia menarik napas. "Jadi, aku membuat keputusan. Aku harus mengubah plot itu. Aku tidak peduli jika kau tidak pernah mencintaiku, atau jika anak-anak itu tidak pernah memanggilku 'Ibu.' Tapi aku harus mendapatkan kedamaian dan keselamatan. Dan satu-satunya cara untuk menyelamatkan diriku adalah dengan bersikap baik."
Kesimpulan Duke Alaric
Duke Alaric memandangi Elara lama sekali. Dia adalah pria yang logis, tetapi dia juga seorang Duke yang melihat banyak intrik dan kegilaan di balik dinding-dinding bangsawan. Ada sesuatu dalam kisah Elara—kebencian yang tiba-tiba berubah menjadi rasa takut dan keinginan untuk bertahan hidup—yang terasa jujur.
"Jadi, kau berubah bukan karena cinta, tetapi karena rasa takut akan akibat dari tindakanmu?" tanya Duke Alaric, merangkumnya dengan singkat.
"Ya," jawab Anya jujur. "Itu adalah motivasi awalnya. Sekarang, melihat Rian tertawa setelah demamnya turun, melihat mawar di kebun hidup lagi... itu memberiku tujuan, bukan hanya rasa takut."
Duke Alaric menghela napas. Dia tidak sepenuhnya percaya, tetapi dia juga tidak bisa membantah. Tindakan Elara selama beberapa hari terakhir telah menyelamatkan Rian dan membantunya dalam politik (dengan masalah Baroness Seraphina).
"Baiklah, Elara. Aku akan menerima ceritamu," kata Duke Alaric. "Aku akan terus mengawasimu. Tetapi untuk saat ini, aku akan mencabut laranganmu untuk berada di sayap anak-anak, dengan syarat: Kau tidak boleh memaksa kasih sayang mereka. Beri mereka ruang. Dan teruslah sibuk dengan apa pun yang kau lakukan di kamar rias itu. Itu membuatmu tidak berbahaya."
Duke Alaric kemudian memasukkan tangannya ke laci meja dan mengeluarkan sebuah amplop tebal.
"Ini adalah dana yang kau habiskan untuk merawat Rian. Aku akan membayarnya kembali. Anggap saja ini sebagai upah, bukan hadiah."
Anya menggelengkan kepala. "Aku tidak membutuhkan upah, Alaric. Aku melakukannya karena kewajibanku."
"Ambil," perintah Duke Alaric tegas. "Aku tidak ingin ada yang berpikir kau melakukan ini untuk uang. Jika kau ingin kemandirian, gunakan uang itu untuk dirimu sendiri."
Anya terpaksa mengambil amplop itu. Ia sadar, Duke Alaric ingin memastikan bahwa jika Elara bertindak baik, itu tidak akan membebani keuangannya, menjaga jarak emosional. Namun, bagi Anya, ini adalah suntikan modal tak terduga untuk bisnis 'Ny. Calla'.
"Aku akan mengawasimu, Elara. Tapi aku akan memberimu kesempatan ini untuk menebus diri," tutup Duke Alaric.
Anya berdiri, membungkuk sedikit, dan meninggalkan ruangan. Ia telah berhasil meloloskan diri dari sesi interogasi terberat dalam hidupnya.
Ia sekarang memiliki izin resmi untuk berada di sekitar anak-anak (selama tidak mengganggu mereka) dan, yang terpenting, ia memiliki sedikit keraguan di hati Duke Alaric yang dingin.
Perjuangan untuk mendapatkan kepercayaan keluarga telah dimulai secara resmi.
...****************...
Bersambung....
Terima kasih telah membaca📖 💞
Jangan lupa bantu like komen dan share❣️