NovelToon NovelToon
Keturunan Pendekar

Keturunan Pendekar

Status: sedang berlangsung
Genre:Ilmu Kanuragan / Anak Yatim Piatu / Dendam Kesumat / Balas Dendam
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: bang deni

perjalanan seorang remaja yang mencari ilmu kanuragan untuk membalaskan dendam karena kematian kedua orang tuanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menuju Desa Galian

Saat sampai di kaki Gunung Panca Raka berdiri , ia masih belum tahu akan melanjutkan ke arah mana petualangannya mencari ilmu kedigjayaan agar bisa membalaskan dendam pada Hantu berkabut yang telah membunuh kedua orang tuanya

" Sebaiknya aku ke desa Galian, aku bisa bertemu dengan pendekar wanita yang menolongku" gumam Raka setelah teringat jika penolongnya menjalankan misi ke desa Galian

Ia melesat dengan kecepatan tinggi menuju Desa Galian

Di sisi lain Anggun setelah mengantarkan Raka pada Dewa Obat, ia langsung menuju ke Desa Kahuripan, walau ia tak tahu apa yang harus di lakukan di sana tapi ia yakin Dewa obat tak sembarangan memberikan misi, pastinya dia akan memberikan satu tugas untuk membantu penduduk di sana.

Ia bertanya tanya pada di mana keberadaan Desa Galian, karena ia tak mengetahui di mana Desa Galian itu berada. Saat melihat pasar tradisional, yang berada di perbatasan kotaraja, ia turun dan menuntun kudanya, ia mendekat ke seorang penjual gerabah yang ada di pinggir jalan

" Maaf paman apa paman tahu letak Desa Galian?" Tanya Anggun pada pedagang gerabah itu

" Aku pernah mendengar nama Desa itu, tetapi sebaiknya nona jangan kesana" Ucap pedagang yang di tanya Anggun

" Memangnya kenapa paman?" Tanya Anggun heran, karena ada rasa ketakutan terpancar saat ia menjawab pertanyaan Anggun

" Semenjak di temukannya tambang emas di Desa Galian, tempat itu menjadi ajang pertempuran orang orang yang ingin menguasai tambang itu" Sahut pedagang itu.

" Siapa mereka?" Tanya Anggun lagi

" Para pendekar, semua yang tergiur akan kekayaan pasti akan kesana, hanya saja penduduk yang menjadi korbannya " Jawab Pedagang itu

" Terima kasih paman,aku justru ingin membantu para penduduk" Ucap Anggun pasti

" desa Galian berasa di bawah bukit Kencana, kamu pergilah ke utara nanti pasti akan menemukan desa itu" Timpal Pedagang itu sambil menghela napas.

" Terima kasih paman aku permisi " Ucap Anggun, ia kembali menuntun kudanya

" Semoga dia tak kenapa napa" gumam pedagang gerabah itu mendoakan keselamatan Anggun

Heaah

Heaaah

setelah keluar dari pasar tradisional itu Anggun memacu kudanya dengan pesat, ia sekarang tahu Dewa Obat tak asal memberinya misi, dan ia harus secepatnya menyelesaikan misi dari Dewa Obat membebaskan para penduduk yang di tindas oleh para pendekar gadungan itu

perjalanan menuju Gunung Kencana ternyata tak semudah yang Anggun bayangkan, karena harus melewati hutan rimba dan juga gunung yang menjulang

" Roaaaaar"

" Heiiiiik"

Kuda yang di tumpangi Anggun melonjak kaget saat mendengar raungan binatang buas

Anggun mengusap leher kudanya guna menenangkan , lalu ia melompat turun dan mengeluarkan pedangnya karena dari raungannya tadi ia tahu itu beruang hutan yang ganas

" Krosak"

" Grrrrrr"

dari rimbunnya semak satu beruang Hitam keluar dan memperlihatkan taringnya

Anggun dengan cepat memalangkan pedang di depan dadanya

"Wush"

dengan satu gerakan cepat cakar beruang itu mengayun mengarah pada bahu anggun

" hiaaat"

" Syut"

" Plaak"

Dengan gerakan ringan anggun menghindar dan menyerang balik, serangannya telak menghantam dada beruang itu tetapi hanya membuat beruang itu terdorong beberapa langkah

" Kuat sekali beruang ini?" gumam Anggun mengambil ancang ancang menyerang kembali, kini ia mau tak mau harus melukai beruang itu, awalnya ia hanya akan mengusir beruang itu dengan pukulan sebagai peringatan pada beruang namun ternyata pukulannya tak terlalu berarti bagi beruang itu, kini ia akan menyerang dengan jurus pedangnya

Sementara Beruang hitam itu menggeram rendah, suara getarannya seolah mampu merontokkan dedaunan kering yang masih menggantung di dahan pohon. Matanya yang merah menyala menatap tajam ke arah Anggun, seolah menganggap gadis di depannya hanyalah seonggok daging yang siap disantap. Anggun sadar, pukulan tenaga dalam biasa tidak akan cukup untuk menembus kulit tebal dan lapisan lemak binatang buas yang sudah bertahun-tahun menghuni hutan angker ini.

Anggun menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang sempat berpacu cepat. Ia menggenggam erat hulu pedangnya yang bernama Pedang Cahaya Rembulan. Hawa dingin mulai merambat dari telapak tangannya ke seluruh bilah pedang, menciptakan pendaran cahaya keunguan yang lembut namun mematikan.

"Maafkan aku, makhluk hutan. Kau menghalangi misiku," bisik Anggun dengan suara lirih namun penuh penekanan.

"Roaaar"

" Syuut"

" Syuut"

Beruang itu menerjang kembali. Kali ini dengan kecepatan yang tidak terduga bagi tubuh sebesar itu. Cakarnya yang panjang dan hitam legam menyambar udara, menciptakan suara  yang mengerikan.

" Ciaaaat"

" Wush"

Anggun melenting ke udara, tubuhnya seringan kapas, melakukan salto beberapa kali di atas kepala beruang tersebut.

Saat berada di titik tertinggi lompatannya, Anggun berteriak kecil, mengerahkan jurus miliknya "Jurus Sembilan Kelopak Teratai: Kelopak Pertama, Mawar Dihempas Badai!"

" Swiiing"

Ia memutar pedangnya dengan sangat cepat. Dari ujung pedang itu keluar larikan energi berbentuk kelopak bunga mawar berwarna merah darah yang tajamnya melebihi silet. Kelopak-kelopak energi itu melesat searah putaran angin, menghujam punggung beruang hitam tersebut.

"Srett! "

"Srett!"

"Jleb!"

Roaaaaar

Beruang itu melolong kesakitan. Darah segar mulai mengucur dari luka-luka sayatan di punggungnya. Namun, rasa sakit itu justru membangkitkan insting liar sang pemangsa. Bukannya lari, beruang itu berbalik dan melakukan serangan membabi buta. Ia berdiri dengan dua kaki belakangnya, menjulang tinggi lebih dari dua meter, lalu menghantamkan kedua cakar depannya ke arah Anggun.

"Hiaaat!"

Anggun mencoba menangkis dengan bilah pedangnya, namun kekuatan fisik beruang itu terlalu besar.

" Plaaak"

"Brakkk!"

Anggun terpental mundur hingga punggungnya menghantam batang pohon jati yang besar. Ia meringis, merasakan nyeri yang hebat di tulang belikatnya. Belum sempat ia memulihkan diri, beruang itu sudah berada di depannya. Sebuah serangan cakar kilat menyambar secara diagonal.

Sreeeeeet!

"Aakh!" Anggun memekik tertahan.

Cakar tajam itu berhasil merobek bagian depan baju sutra hijaunya, mulai dari bahu kiri hingga melintang ke pinggang kanan. Tidak hanya kain bajunya yang koyak, tetapi ujung cakar itu juga menggores kulit putih mulusnya, meninggalkan empat jalur luka yang mengucurkan darah. Pakaian bagian atas Anggun kini sobek parah, memperlihatkan sebagian pundak dan lekuk tubuhnya yang selama ini tertutup rapat.

Rasa perih yang membakar memicu kemarahan di hati Anggun. Dengan sisa tenaga dalam yang ia kumpulkan di pusar , ia melompat maju untuk serangan terakhir.

" Hiaaaat"

" Jurus Kelopak Teratai Terakhir: Bunga Bangkai Menjemput Sukma!" Teriak Anggun sambil melesat seperti anak panah. Tubuhnya berputar, menciptakan ilusi ribuan kelopak bunga yang menutupi pandangan sang beruang.

" Wush"

" Jleb"

Di tengah pusaran bunga itu, pedang Anggun menusuk tepat ke tenggorokan beruang tersebut hingga menembus tengkuk.

Beruang itu terdiam seketika. Matanya membelalak, lalu perlahan cahaya kehidupan di sana meredup. Tubuh raksasa itu ambruk ke tanah dengan dentuman keras, debu-debu hutan beterbangan menutupi jasadnya yang mulai mendingin.

Anggun jatuh terduduk di samping bangkai beruang itu. Napasnya tersengal-sengal. Tangan kirinya mencoba menutupi robekan besar di bajunya yang kini basah oleh darahnya sendiri. Wajahnya pucat pasi, bukan hanya karena kehilangan darah, tapi juga karena tenaga dalamnya terkuras habis untuk mengeluarkan jurus pamungkas tadi.

"Sial... lukanya cukup dalam," gumamnya. Ia mencoba merogoh tas pinggangnya untuk mengambil obat luka racikan Dewa Obat, namun pandangannya mulai berkunang-kunang.

Hutan yang tadinya sunyi setelah kematian beruang itu, tiba-tiba diramaikan oleh suara tawa yang parau dan licik.

"Ha-ha-ha! Luar biasa! Sebuah pertunjukan yang sangat memanjakan mata!"

Anggun tersentak. Ia mencoba berdiri sambil tetap memegang pedangnya sebagai tumpuan, meski tangannya gemetar. Dari balik semak-semak di arah timur, muncul tiga orang pria dengan penampilan yang menyeramkan. Mereka mengenakan pakaian serba hitam dengan lambang tengkorak di dada mereka—ciri khas dari kelompok Geng Serigala Hitam, salah satu faksi pendekar aliran hitam yang terkenal kejam.

Pria yang berada di tengah, yang tampaknya adalah pemimpin mereka, memiliki bekas luka bakar di pipinya. Matanya menatap Anggun dengan pandangan yang sangat tidak sopan, menjelajahi setiap inci tubuh Anggun yang terekspos karena bajunya yang sobek.

"Lihat kawan-kawan, kita sedang mencari emas di Desa Galian, tapi ternyata Tuhan mengirimkan 'permata' yang jauh lebih indah di tengah hutan ini," ucap si pemimpin sambil menjilat bibirnya yang pecah-pecah.

"Ketua, lihat kulitnya yang putih itu. Benar-benar kontras dengan darah merahnya. Sangat menggoda," timpal salah satu anak buahnya yang bertubuh kurus dengan kumis melintang.

Anggun merasakan amarah sekaligus rasa jijik yang luar biasa. Ia mencoba menutupi bagian dadanya yang terbuka dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya masih menggenggam pedang. "Pergi kalian! Atau pedangku akan mencabut nyawa kalian seperti beruang ini!" ancam Anggun dengan suara yang berusaha dikeraskan, meski ia tahu ia sedang dalam kondisi sangat lemah.

"Waduh, si cantik sedang marah! Takut sekali kami," ejek si pemimpin. "Nona, daripada kau mati karena kehabisan darah di sini, lebih baik ikut kami. Kami akan 'merawat' lukamu dengan sangat baik di perkemahan kami nanti. Bagaimana?"

Ketiga orang itu mulai berjalan mengepung Anggun. Mereka menarik senjata masing-masing: sebuah golok besar, rantai berduri, dan sepasang belati.

"Jangan mendekat!" Anggun mengayunkan pedangnya dengan lemah.

"Jangan melawan, manis. Semakin kau melawan, semakin kami akan menikmatinya. Baju yang sobek itu... sepertinya akan lebih baik jika kita lepaskan sekalian, bukan?" Si kurus tertawa terbahak-bahak, matanya penuh dengan nafsu bejat.

Anggun memejamkan mata sejenak, berdoa dalam hati agar Dewa  memberikan keajaiban. Ia bersumpah, jika ia harus mati di sini, ia akan memastikan setidaknya satu dari bajingan ini ikut bersamanya ke neraka. Di saat genting itu, ingatannya melayang pada Raka, pemuda yang baru saja ia tolong. Apakah Raka sudah sampai di Desa Galian? Apakah mereka akan bertemu lagi?

"Sergap dia!" teriak si pemimpin Geng Serigala Hitam.

" wush"

" wush"

Ketiganya menerjang secara bersamaan ke arah Anggun yang sudah tak berdaya.

1
Dewi kunti
nahan nafas ak
Hendra Yana
lanjut
Dewi kunti
cpt sehat ya kaaaaakkk,dinanti karyanya
Dewi kunti
kok blm update LG dr kmrn,nungguin ini🤭
Dewi kunti: ok smg cpt sembuh
total 2 replies
Batsa Pamungkas Surya
👍 ini mantap.. lebih kayak nyata dari pada musuh siluman2
Dewi kunti
apakah anggun jodohnya
DANA SUPRIYA
keren ini hantu berkabut menghabisi orang hanya pakai lidi
DANA SUPRIYA
seperti kakek ini sakti ya
Dewi kunti
penyembuhan mungkin
Dewi kunti
pernah,...
Batsa Pamungkas Surya
mantap laah
Hendra Yana
up lagi
Dewi kunti
yaaaaa hbs,,klo LG seru gini kok ky cm sebentar bacanya,berasa kurang
Hendra Yana
Terima kasih
Dewi kunti
perjallaannya kecepetan ngetiknya jd typo lg
Blue Angel: iya kak, bantu koreksi kak biar nanti di revisi🙏🙏🙏
total 1 replies
Dewi kunti
banhgkit typo kakak
Hendra Yana
lanjut gas
Hendra Yana
lanjut
MyOne
Ⓜ️👣👣👣Ⓜ️
Dewi kunti
sengaja gak sih diluar godaan
Blue Angel: HP nya sering typo kak🙏🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!