“Gray dan yang lain dalam bahaya. Aku harus menolong mereka.”
Ketika Luc Besson menekan tombol dan serangan mematikan itu melesat cepat ke arah Gray dan rombongan, Gavin memaksakan dirinya berdiri. Napasnya terengah-engah, tubuhnya nyaris tak sanggup bergerak, tetapi kakinya tetap melangkah.
“Tidak!”
Ia berlari sekuat tenaga, meski sadar tindakannya mungkin tidak akan menghentikan serangan itu. Namun ia tidak bisa berdiam diri ketika kematian berada tepat di depan mata orang-orang yang ingin ia selamatkan.
Di saat itulah Gavin berteriak dalam keputusasaan yang paling dalam.
“Aku mohon hentikan waktu agar aku menolong mereka.”
Seketika, Gavin terperangah. Sebuah gelombang aneh menjalar dari dalam tubuhnya, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
“Apa yang terjadi?”
Di hadapan kehancuran yang tak terelakkan, Gavin melihat sesuatu yang tidak pernah dirinya lihat selama ini—sebuah tanda bahwa kekuatan tersembunyi di dalam dirinya akhirnya terbangun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Hujan mengguyur sejak pagi buta. Udara terasa lebih dingin dibandingkan hari biasanya. Angin berembus kencang, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan. Petir beberapa kali menggelegar. Langit masih gelap meski waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi. Beberapa burung bertengger di dahan pohon, menggigil kedinginan.
Di tengah udara yang semakin dingin, Xander tengah duduk di depan perapian. Asap teh masih mengepul meski ia sudah terdiam sejak lima menit lalu di ruangan ini. Tubuhnya berada di kursi yang nyaman, tetapi pikirannya melanglang buana ke berbagai hal.
Xander menoleh pada layar hologram yang menunjukkan informasi pekerjaannya hari ini.
"Besok adalah hari keberangkatanku ke markas UltraTech. Aku semakin tegang dari waktu ke waktu meski Luc Besson sudah menunjukkan kesungguhannya soal rencananya untuk menggantikanku hadir."
"Sampai saat ini, dia belum memberikan informasi apapun lagi. Jika sesuai jadwal, dia akan pulang dalam waktu setengah jam lagi bersama yang lain. Aku sudah menonton pertemuan itu. Ketua UltraTech bernama Graham tampaknya sudah memberikan banyak informasi penting pada Luc. Akan tetapi, hal itu tidak bisa membuat hatiku tenang."
Xander meneguk minuman perlahan, mengembus napas panjang. "Ketakutanku karena aku tidak memiliki kekuatan yang setara dengan UltraTech. Hal itu akan berbeda jika aku bisa meningkatkan kekuatanku dan pasukanku dalam waktu cepat."
Xander menoleh saat pintu tiba-tiba terbuka dari luar.
Alexis berlari memasuki ruangan bersama Axo dan Axe. "Ayah, aku siap untuk berlatih hari ini. Aku juga memakai seragam baru."
Alexis menunjukkan gerakan-gerakan yang sudah dipelajarinya. Axo dan Axe ikut memutari anak kecil. "Bagaimana dengan gerakanku, Ayah?"
Xander sontak tercenung, terseret dalam pikirannya sendiri. Ia beranjak dari kursi, mengangkat Alexis. "Kau sangat semangat untuk berlatih, Alexis. Apakah kau siap untuk berlatih gerakan-gerakan baru?"
Alexis tiba-tiba cemberut. "Pelatih Lorien mengatakan kalau aku harus masih belajar gerakan-gerakan dasar, Ayah. Dia juga sangat tegas.”
Xander tertawa. "Lorien memang tidak berubah. Dia melatihku dengan sangat keras dahulu. Dia adalah pelatih yang sangat andal. Kau akan menjadi kuat dengan bimbingannya."
Xander tersenyum lebar. "Aku terlalu takut sampai tidak menyadari betapa kuatnya Alexis, Lizzy, ayah, dan ibuku. Mereka adalah orang-orang yang sangat tangguh yang mampu mengantarku hingga ke titik ini. Aku terlalu meremehkan mereka. Aku terlalu lama berada di zona nyaman sehingga aku tidak berani melangkah," gumamnya.
"Aku akan menemanimu berlatih, Alexis," kata Xander.
"Ayah, aku ingin Axo dan Axe juga berlatih. Aku yakin mereka akan menjadi kuat."
"Baiklah, aku akan mengatakan hal itu pada Baba. Aku yakin dia pasti bisa membantu."
Xander dan Alexis meninggalkan ruangan, diikuti oleh Govin, Mikael, dan beberapa pengawal. Axo dan Axe juga mengikuti dari samping.
Sementara itu, Gray, Baba, Bennet, dan Bruce tengah berada di sebuah ruangan. Mereka menjenguk Gavin dan juga Osvaldo Tolliver. Kedua pria itu masih tidak sadarkan diri hingga sekarang. Dua robot anjing masih memeriksa keadaan mereka.
"Tidak ada perubahan apa pun dari Gavin dan hanya sedikit perubahan dari Osvaldo Tolliver. Sejujurnya, aku sedikit takut mengingat Luc akan pergi ke markas UltraTech menggantikan Alexander besok. Kemungkinan terburuknya adalah rencana Luc gagal dan kita semua akan tewas karena diburu oleh UltraTech," ujar Gray.
Baba menyahut, "Kita baru mempelajari beberapa hal dari si pria tua Rio. Kita masih membutuhkan bimbingannya, terlebih kita belum mencapai tingkat tertinggi dari kemampuan kita. Kita juga belum bisa bertemu dengan temannya yang berada di tempat lain."
"Keadaan semakin bertambah sangat sulit jika Luc tidak ada." Bennet mengembus napas panjang.
"Di saat yang sama, kita tidak boleh terlalu bergantung padanya."
"Dibandingkan terlalu memikirkan hal itu, kita sebaiknya terus berlatih. Selain itu, tidak ada hal yang bisa kita lakukan sekarang," kata Bruce.
"Kenapa kata-kata itu bisa keluar dari mulut orang sepertimu, Bruce?" ketus Bennet.
"Karena aku berusaha berpikir sederhana. Aku menolak untuk membuat diriku larut dalam kegelisahan yang belum tentu terjadi."
"Bruce benar." Baba menoleh pada Osvaldo Tolliver sesaat. Meski masih belum menyukai pria itu, tetapi ia tidak memungkiri jika kemampuannya sangat hebat. "Kita sebaiknya bersiap untuk kembali ke ruangan penciptaan. Masih banyak alat yang harus kita perbaiki dan ciptakan."
Gray, Baba, Bennet, dan Bruce meninggalkan ruangan. Mereka pergi menuju bangunan lain, kembali berkutat dengan berbagai alat.
Setengah jam kemudian, Luc Besson, Miguel, Ryder, dan keempat pengawal tiba di kediaman utama. Xander menyambut kedatangan mereka di ruangan utama.
"Aku sudah bertemu dengan George. Dia menyampaikan pesan dari sahabatku Graham. Graham memberikan banyak informasi padaku." Luc Besson mengembus napas panjang, teringat dengan keadaan George. "Aku membutuhkan waktu untuk mempelajari semua informasi dari Graham. Aku akan memberitahumu jika aku sudah selesai melakukannya."
"Bagaimana dengan keadaan George?" tanya Xander.
"George... tampaknya berhasil menyelamatkan diri dari kejaran pasukan UltraTech. Akan tetapi, aku tidak tahu sampai kapan dia akan tetap aman. Aku sangat tidak merekomendasikanmu untuk membantunya mengingat pasukan itu sangatlah berbahaya. Jika mereka mencium kau membantu George, kau dan keluargamu akan mendapatkan hukuman."
Luc Besson mengepalkan tangan erat-erat. "Untuk rencana yang sudah kita bicarakan sebelumnya, aku membutuhkan waktu untuk memikirkan ulang rencana itu setelah mendapatkan informasi dari Graham."
Luc Besson meninggalkan ruangan, memasuki ruangan nya. Ia merenggangkan badan beberapa kali, menguap. "Tubuhku tidak bisa lagi mendukung semangatku, padahal aku ingin mempelajari informasi dari Graham. Selama dalam perjalanan, aku fokus untuk mengamankan perjalanan pulangku serta mengawasi keadaan George."
Luc Besson memijat kepala beberapa kali. "Aku sebaiknya beristirahat sebentar sebelum kembali bekerja. Itu akan menjadi pilihan lebih baik."
Luc Besson menekan sebuah tombol. Kursi mendadak berubah menjadi kasur. Kasur menampilkan beberapa layar dan mengeluarkan gelombang yang menyinari tubuh Luc.
Hujan yang sempat reda kembali mengguyur deras. Gray, Baba, Bennet, dan Bruce tetap fokus pada pekerjaan mereka, dan membiarkan Luc Besson untuk beristirahat. Sementara itu, Xander, Morgan, dan beberapa anggota keluarga Hillborn tengah berbincang di sebuah ruangan.
Di saat yang sama, George tengah berada di dalam sebuah gua, menikmati makanannya dengan lahap. Beberapa robotnya tampak sedang bersiaga, terus memberikan pembaharuan informasi mengenai keadaan hutan dan gua.
"Sial, aku tidak bisa makan dengan lahap mengingat aku menjadi buronan kelompok itu sekarang. Mereka tidak akan menyerah sampai mereka mendapatkanku. Mereka bertujuan untuk menghabisiku."
George meneguk minuman, memeriksa alat-alat canggihnya. Ia mengambil sebuah tongkat besi, mengayun-ayunkannya, melakukan gerakan beladiri sesuai instruksi dari layar. "Aku terlalu bergantung pada teknologi selama ini sehingga aku mengabaikan pelatihan beladiri. Seperti kata ketua, teknologi bisa musnah, tetapi kemampuan manusia tidak akan bisa digantikan sampai kapan pun."
Di lain tempat, Graham berada dalam sebuah ruangan. Kedua tangan dan kakinya terikat kuat di sebuah roda besi dengan penjagaan yang sangat ketat. Pria itu tidak sadarkan diri di mana senjata-senjata mengarah ke arahnya.
"Kita akan menghabisi Graham setelah George berhasil kita habisi," ujar seorang anggota dewan dengan senyuman bengis. "Ini hukuman bagi mereka karena mereka sudah mengkhianati UltraTech.”