Di dunia yang mengandalkan kekuatan sebagai hal utama, Xiao Chen terlahir tanpa memiliki akar spiritual. Membuatnya hanya bisa menjalani hidup sebagai manusia biasa. Tetapi takdir berkata lain, ia mendapatkan suatu berkah bertemu dengan sisa jiwa sang Ratu Phoenix, dan mewarisi kekuatan Phoenix Api yang sangat kuat. Tetapi, kenyataan pahit harus kembali dirasakannya, di mana keluarga Xiao di hancurkan, bahkan hanya menyisakan Xiao Chen seorang diri sebagai keturunan terakhir keluarga Xiao. Dendam, hampir mati. Menjadikan Xiao Chen tumbuh sebagai pria yang sangat kuat. Dan sejak saat itulah ia telah bertekad untuk membalaskan dendam keluarga Xiao. Namun, di saat ia menemukan kebenaran tentang pembantaian keluarga Xiao, dia harus memilih antara dendam dan cinta. Apakah dia dapat menemukan kekuatan untuk membalaskan dendam dan menyelamatkan orang yang di cintai? Dalam dunia kultivasi yang penuh dengan kekuatan dan kekuasaan, Xiao Chen harus menghadapi berbagai tantangan dan musuh kuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon APRILAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31 - Kakek tua misterius
Di depan patung batu burung vermillion, Xiao Chen berdiri menatapnya dengan seksama. Suhu udara di tempat itu sangat begitu panas, bahkan Xiao Chen yang mempunyai elemen api Phoenix pun harus mengeluarkan keringat yang membasahi tubuhnya.
"Keturunan Phoenix! Menarik, ha haa!"
Kembali terdengar seseorang berbicara dengan suaranya yang menggema di tempat itu, membuat Xiao Chen sangat begitu waspada.
pandangan Xiao Chen segera berkeliling, mencari-cari sosok siapa yang sedari tadi berbicara. Tapi, tidak ada satupun perwujudan manusia yang muncul, bahkan seekor lalat pun enggan untuk mendekat.
"Kau ... mencari ku?"
Patung batu burung vermillion bergetar, cangkang batu itu perlahan menunjukan sebuah retakan yang diiringi dengan cahaya-cahaya orange yang keluar dari setiap celah retakan pada patung batu burung vermillion.
Xiao Chen segera mundur beberapa langkah, menjauhi patung itu. Kemudian ia pun berbicara, "Apakah kamu, yang sedari tadi berbicara itu?" tanya Xiao Chen. Kedua matanya terbuka lebar, pandangannya tak ingin melepaskan sedetik pun dari patung batu burung vermillion.
"Ha haa!" suara tawa yang lantang kembali menggema, patung batu burung vermillion telah sepenuhnya hancur, tetapi cahaya cemerlang terlalu menyilaukan, membuat Xiao Chen hanya bisa menutupi kedua matanya menggunakan punggung tangannya.
"Bocah kecil, apakah kamu takut terhadapku?"
Tanpa mengetahui siapa sebenarnya yang berbicara, kedua tangan Xiao Chen pun si turunkan. Tiba-tiba seorang pria paruh baya berpakaian serba merah telah berdiri di hadapannya. Namun, hanya dengan melihatnya saja, membuat Xiao Chen tidak bisa untuk tidak menelan ludahnya sendiri di antara kerongkongannya yang kering. Fluktuasi elemen api yang terpancar dari tubuh kakek tua itu benar-benar kuat.
Xiao Chen berbicara dengan penuh waspada, "Si— siapa kamu?"
Lagi dan lagi Xiao Chen melangkah mundur, dia sangat waspada saat itu. Tetapi kakek tua berjubah merah merasa kesal.
"Dasar bocah nakal! Begitu caramu berbicara dengan seorang yang lebih tua darimu!" kakek tua itu berbicara sembari memarahi Xiao Chen, bahkan tak segan memukuli tubuh bagian belakang Xiao Chen, seolah-olah dia adalah kakeknya sendiri.
"Ma— maafkan aku, senior!" Xiao Chen berbicara penuh rasa takut, ia kembali mundur satu langkah. Tetapi di belakang, lautan api itu telah menantinya. Jika Xiao Chen kembali melangkah mundur, maka yang menantinya adalah lautan api, hidup dan mati tidak dapat di pastikan.
Kakek tua itu segera mengubah ekspresi wajah, ia tersenyum, tetapi ia juga terlihat bersedih, sesekali kakek tua itu menghela nafas panjangnya.
"Panggil aku kakek!" katanya, rendah. Suaranya sedikit serak-serak basah, dan berat. Dia berbicara sembari memutar badan, membelakangi Xiao Chen.
Muncul banyak pertanyaan di dalam pikiran Xiao Chen. Tetapi saat ini, ia tidak mempunyai waktu untuk bertanya, selain situasinya yang masih dalam kompetisi, ia juga tak mempunyai kualifikasi untuk bertanya kepada kakek tua yang tidak diketahui asal usulnya.
Xiao Chen pun membungkuk sembari berkata, "Baiklah, kakek!"
Kakek tua itu menggeram dingin. Tetapi ia segera membalikan tubuh, menghadap Xiao Chen, menatapnya dengan serius.
Sembari memainkan jenggot putihnya yang panjang, kakek tua itu berbicara, "Tujuh belas tahun, ranah Tiga Daun, tidak buruk!" ucapnya, menilai.
Xiao Chen hanya bisa terdiam, tetapi ia sangat begitu ingin tahu seberapa kuatnya kakek tua di depannya, bahkan sampai saat itu, Xiao Chen tidak bisa untuk melihat setinggi apa tingkatan ranah sang kakek tua berjubah merah.
"Ini belum saatnya!" ucap Kakek tua itu. Dia pun mendorong Xiao Chen, membuat Xiao Chen terjatuh berteriak, "Aaaaaa!" tubuhnya pun tenggelam ke dalam lautan api.
Tapi anehnya, Xiao Chen tiba-tiba kembali pada hutan yang sebelumnya ia tempati, di pinggir sungai dengan air yang jernih. Namun, yang lebih anehnya lagi! Di saat Xiao Chen memeriksa sekujur tubuhnya, ia mendapati sebutir pil dengan elemen api yang sangat kuat.
"Pil? Apakah kakek tua itu yang memberikannya? Tapi kenapa dia mendorongku? Apa sebenarnya yang dia inginkan? Aneh!" gumam Xiao Chen, bingung, tetapi sejuta pertanyaan mungkin telah memenuhi isi pikirannya.
yg bantai keluarga xiao pasti utusan kaisar
hayan mc nya bikin kesel.. udah lemah goblok banyak tingkah..
klo saya udah tak injak2