NovelToon NovelToon
Nikah Muda Karena Terpaksa

Nikah Muda Karena Terpaksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Orie Tasya

Damian pemuda urakan, badboy, hobi nonton film blue, dan tidak pernah naik kelas. Bahkan saat usianya 19 tahun ia masih duduk di bangku kelas 1 SMA.

Gwen, siswi beasiswa. la murid pindahan yang secara kebetulan mendapatkan beasiswa untuk masuk ke sekolah milik keluarga Damian. Otaknya yang encer membuat di berkesempatan bersekolah di SMA Praja Nusantara. Namun di hari pertamanya dia harus berurusan dengan Damian, sampai ia harus terjebak menjadi tutor untuk si trouble maker Damian.

Tidak sampai di situ, ketika suatu kejadian membuatnya harus berurusan dengan yang namanya pernikahan muda karena Married by accident bersama Damian. Akan tetapi, pernikahan mereka harus ditutupi dari teman-temannya termasuk pihak sekolah atas permintaan Gwen.

Lalu, bagaimana kisah kedua orang yang selalu ribut dan bermusuhan ini tinggal di satu atap yang sama, dan dalam status pernikahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orie Tasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 Damian Tercyduk Lagi

"Lo berdua pada ngapain, huh!" teriak Gwen.

"Anjirr, lo yang ngapain dobrak-dobrak pintu. Gue laporin Bokap gue ya, karena lo udah ngerusakin pintu ruang laboratorium," ancam Damian dengan mata yang mendelik lebar.

Bukan Gwen namanya jika takut diancam oleh Damian. Dia kemudian melirik ke arah seorang gadis dengan penampilan berantakan yang bersandar pada tembok dengan Damian yang mengungkungnya.

Benar-benar ya dua manusia itu, ini sekolahan, bukannya rumah bordil.

"Laporin aja sono lapor, lo pikir gue takut gitu. Gue juga bakal lapor kalau lo sama tuh cewek lagi melakukan adegan tak senonoh di laboratorium."

Gadis itu adalah Alicia, pacar Damian. Saat Gwen menatapnya, Alicia buru-buru merapikan seragamnya, mengancingkan bajunya, lalu merapikan rambutnya yang acak-acakan seperti mak lampir yang baru bangun tidur.

Gwen melirik ada ponsel menyala yang ditaruh berdiri di meja dengan ganjalan tas. Dia menggelengkan kepalanya pelan. Merasa geram dengan tingkah anak muda jaman sekarang yang moralnya sudah rusak oleh perubahan jaman.

Merasa geram, Gwen cepat-cepat merampas ponsel yang ada di atas meja, dan mendapat pekikan dari Alicia.

"Itu ponsel gue, mau lo apain!" teriak Alicia. Gadis itu melesat ingin merebut ponsel miliknya yang diambil oleh Gwen. Gwen lantas mengangkatnya tinggi-tinggi. Namun sayang, tinggi tubuhnya masih kalah jauh dari gadis pemilik nama Mariana Axelir Gwen itu.

"Mau gue sita lah, buat laporan ke Pak Yus kalau ada muridnya berbuat mesum di sekolah." Gwen mengancam keduanya. Alicia langsung memasang wajah pucat pasi.

"Dam, gimana nih?" Alicia melirik ke belakang, dan Damian terlihat santai saja. Namun, dalam hati siapa yang tahu, mungkin pemuda itu sudah ingin menangis. Sekarang pasalnya bertumpuk-tumpuk. Pertama, dia terkena kasus menonton video dewasa. Kedua, dia melakukan adegan dewasa di ruang laboratorium fisika.

"Lo bisa diem, nggak. Gue janji ulangan lusa gue bakal dapat nilai sempurna. Tapi awas aja, jangan sampai tuh bocor ke Bokap gue, kalau sampai pihak sekolah tahu. Gue habisin lo."

Gwen terkekeh mendengar janji Damian. "Gue pegang janji lo deh. Awas aja kalau lo sampai ingkar janji, gue laporin kelakuan lo sekaligus rekaman ini ke Pak Arthur."

Gwen hampir melangkah, namun lengannya ditarik oleh Alicia. "Balikin hape gue, jangan main pergi aja."

"Nggak, gue balikin lusa kalau Damian beneran dapat nilai sempurna."

Alicia berdecak. "Nggak, nggak ada. Seenaknya aja lo main rampas hape orang. Itu punya gue, barang pribadi gue. Emang lo siapa main rampas-rampas emangnya lo begal hape," ujar Alicia asal. Gadis itu hanya takut kalau Gwen justru membongkar hapenya, bisa-bisa gadis itu tahu chat-chat rahasia, dan foto-foto pribadinya.

Berpikir sejenak, Gwen mengangguk. Yah benar juga dia tidak sejahat itu. Dia hanya ketua kedisplinan. Lagipula, kalau dia menyita ponsel milik Alicia, jika keluarganya menelpon bagaimana? Terus kalau dia terpaksa mengangkatnya, apa iya dia akan jawab. 'Maaf, Bu. Saya yang begal hape anak Ibu' Tidak lucu dan malah ia yang masuk bui.

"Ya udah gue balikin, tapi lo kirimin video rekaman lo tadi ke hape gue lewat bluetooth. Sebagai jaminan kalau Damian nggak mangkir dari tugas."

Alicia yang tidak mau ambil pusing, dia hanya berpikir jika video itu tersebar mungkin orangtua Damian akan menikahkan mereka berdua. Dia akhirnya mengirimkan video itu di ponsel Gwen, setelah sukses terkirim, Gwen tersenyum lalu berjalan mendekati Damian.

Jarak mereka begitu dekat. Karena Gwen hanya berdiri sekitar setengah meter tepat di depannya.

"Ingat ya, bukti udah gue pegang. Jangan sampai lo mangkir atau nilai lo di bawah lima puluh, kalau itu terjadi video lo bakal gue kasih ke Pak Arthur. Gue nggak peduli kalau misalnya lo diDO dan disuruh nikah sama pacar lo itu. Perbuatan lo berdua itu udah nggak bisa ditoleransi. Mau jadi apa sih lo berdua, dan lo lagi." Ia berbalik menatap Alicia yang masih berdiri di tempat yang sama.

"Dan lo, jadi cewek jual mahal dikit dong, jangan terlalu gampangan. Apalagi terlalu murah, belum tentu nih cowok mau tanggung jawab kalau ada apa-apa." Bibir Gwen berkomat-kamit, mengundang Damian untuk terus menatapnya. Sialan, bibir tipis itu yang tak sengaja tempo hari dirinya cium.

Damian terus menatapnya, lalu membantin. 'Anjir, bibir tuh cewek manis lagi. Lebih lembut dari bibirnya Alicia.'

"Nggak usah ceramah deh lo, kaya hidup Lo bener aja. Dam, gue balik duluan." Alicia mengambil tas miliknya yang ada di atas meja, lalu dengan sengaja dia menyenggol bahu Gwen dengan kasar.

"Sakit tahu!"

"Gue sengaja emang, napa Lo, jadi ketua kedisiplinan aja belagu. Miskin sih, pantesan mau aja jadi babunya Pak Yus, dan disuruh-suruh."

Gwen mendecih, namun dia tidak mau membuat masalah dengan Alicia. Bukan karena takut, lebih ke malas saja. Berurusan dengan Damian saja sudah membuatnya lelah jiwa dan raga.

"Sekarang ikut gue, kita belajar lagi hari ini."

"Lah, bukannya besok jadwalnya. Temen-temen gue juga udah balik." Damian protes.

"Khusus buat lo tiap hari, inget biar lo cepet naik kelas dan gue bebas dari Lo," ujarnya.

Gwen keluar lebih dulu dari ruangan tersebut meninggalkan Damian yang Lagi-lagi emosinya kembali memuncak. Bukan apa-apa mendengar kata-kata secepatnya bebas dari dirinya entah kenapa membuat ia tak rela.

"Lo pikir, secepat itu lo bisa bebas dari gue," gumam Damia.

***

"Ini tuh caranya nggak begini." Gwen geram lalu memukul kepala Damian dengan bolpoin yang ia genggam.

"Anjir, sakit bego. Lo main KDRT gue laporin lo."

"KDRT apaan, emang kita lagi berumah tangga. Ishh, gue ogah berumah tangga sama lo."

Damian menggerutu, ia kemudian menoyor kepala Gwen, dan si empunya mendelik. "Siapa juga yang mau hidup seatap dengan orang miskin yang sok modelan lo gini. Sorry gue alergi."

"Emang gue kuman penyakit." Gwen kembali berdecak, lalu dia kembali memperhatikan Damian yang tengah mengerjakan soal-soal darinya dengan serius.

Gwen sempat tersenyum, ketika Damian dengan mudah mampu mengerjakannya. Gwen sempat berpikir Damian ini sebenarnya pintar, hanya saja dia malas dan terjebak pergaulan bebas.

Damian menyadari ketika gadis itu terus menatapnya, dia yang awalnya berkutat dengan tugas seketika mendongak, dan kedua manik itu saling menatap dengan jarak wajah yang begitu dekat.

Deg

Entah kenapa wajah Gwen begitu cantik jika dilihat dari dekat begini. Bibir merah alaminya membuat jantung Damian berlompatan. Tak lain dengan Gwen, gadis itu sempat menahan napas melihat wajah Damian yang memang ia akui begitu tampan mirip aktor kesayangannya, Linyi.

'Gue kenapa sih?' batin Gwen, wajahnya memanas dengan jantung berlompatan tak karuan. Hingga ia salah tingkah, dan membuang pandangannya ke arah lain.

"Dam, gue ke kamar mandi dulu, kamar mandi lo di mana?" tanyanya agak gugup.

"Di dekat dapur, lo tanya sama Bi Asih aja."

Gwen mengangguk, dan langsung melesat pergi dari hadapan Damian.

"Lucu juga tuh cewek." Damian bergumam dan kembali berkutat dengan tugasnya.

***

Hari ini adalah hari yang ditunggu Gwen. Ia dengan gelisah menunggu di depan kelasnya saat jam istirahat. Sesekali ia melongok ke samping kiri di mana lorong menuju tangga, namun tak ada tanda-tanda kedatangan Damian.

"Gwen, lo nunggu siapa?" tanya Jane yang baru saja berjalan keluar bersama Mika, dan Axel.

"Nunggu Damian, entah si kampret itu belum datang juga."

Jane hampir saja tersedak ludahnya sendiri. Ia langsung bersembunyi di belakang tubuh Axel. "Serius si Damian bakal ke sini. Ih ngapain sih lo nyuruh dia ke mari. Serem tahu si Damian itu."

"Kenapa? Lo takut, udah deh Jane ada gue ini. Dia nggak bakalan macem-macem deh sama lo lo pada."

"Iya ih, lo suka banget nyari masalah sama itu anak, Gwen," sambar Mika yang ikut-ikutan bersembunyi di belakang tubuh Axel yang menjulang tinggi seperti tiang listrik.

"Bukan nyari masalah, tapi hari ini ada ulangan harian di kelasnya Damian, jadi gue nunggu hasilnya. Gue pengen dia dapat nilai sempurna."

Axel mendecih dalam hati. "Lo perhatian banget sama tuh berandalan." Axel berkata dengan ketus.

"Bukan gitu, Xel. Gue cuma pengen dia ada kemajuan, 'kan sia-sia gue tutorin dia kalau nggak ada perubahan apapun. Tapi, sebenarnya si kampret Damian itu pinter hanya saja dia itu males, dan terjebak pergaulan yang salah."

"Itu namanya perhatian." Nada ketus itu terdengar lagi. Gwen juga tidak paham kenapa Axel begitu. Mungkin saja karena pemuda itu tidak suka dengan Damian yang seorang biang onar di sekolah ini, dan memilih Damian diDO dari sekolah.

"Ya nggak apa-apa dong, Xel. Kok lo sewot," sahut Mika dengan bibir terkekeh.

"Nggak, siapa yang sewot. Udah ah gue mau ke kantin. Lo pada laper nggak?" tanyanya mencoba mengalihkan rasa cemburu yang membakar dada kali ini.

"Ya laper lah, buruan yuk ke kantin. Gwen lo ikutan, nggak," ajak Jane. Akan tetapi, Gwen memilih menggeleng cepat.

"Nggak, nanti gue nyusul aja. Gue nunggu Damian dulu."

Jane mengangguk, lalu mengajak dua sahabatnya pergi lebih dulu, namun baru beberapa langkah ketiganya berjalan, mereka berpapasan dengan Damian yang berjalan penuh semangat dengan senyum lebar.

Ketiganya berhenti dan berbalik ke belakang, dan mata Axel langsung melotot melihat Damian yang langsung memeluk Gwen tanpa aba-aba.

Begitupula dengan Gwen, gadis itu tersentak karena tanpa aba-aba Damian langsung menerjangnya dengan senyum lebar di bibir.

...***Bersambung***...

1
Lasmin Alif nur sejati
kenapa aku ikut deg degan ya 🤣🤣🤣🤣
Lasmin Alif nur sejati
ceritanya seru thorr, semangat terus nulisnya ya thorr🤭
Ciaaaa: Terima kasih banyak kak, author makin semangat nulis kisahnya🤩
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk yg banyak q ksih bunga lagi deh
kalea rizuky
q ksih bunga biar banyak up ya thor
Ciaaaa: hihii boleh dong, tapi sabar yaa author lagi ada kerjaan nanti di up lagi😊
total 1 replies
kalea rizuky
nah gt jangan mau di injak injak Gwen gue suka cwek. tegas g menye2
Lasmin Alif nur sejati
lanjut thor
Ciaaaa: sabar ya kak, masih mikir kata" yang akan di rilis😄
total 1 replies
Lasmin Alif nur sejati
semangat thorr
Lasmin Alif nur sejati
mau jadi suami bucin nantinya 🤣
Lasmin Alif nur sejati
kasihan sekali si gwen
Lasmin Alif nur sejati
semangat thorr💪
Ciaaaa: Terima kasih kak, silahkan baca bab selanjutnya🙏
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
jangan mau Gwen cowok bekas
kalea rizuky
dih Damian tukang celup ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!